KILAS BALIK /Juni 1963: Pemuda Indonesia berenang dari Tiongkok ke Taiwan

18/06/2025 18:59(Diperbaharui 18/06/2025 19:11)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Lee Chen-yang (kanan) dan Lin Ching ketika tiba di Kinmen setelah berenang dari Xiamen pada 16 Juni 1963. (Sumber Foto : Arsip CNA)
Lee Chen-yang (kanan) dan Lin Ching ketika tiba di Kinmen setelah berenang dari Xiamen pada 16 Juni 1963. (Sumber Foto : Arsip CNA)

Oleh Jason Cahyadi dan Muhammad Irfan, penulis staf CNA

Lee Chen-yang (李鎮祥), seorang pemuda asal Indonesia, berenang melintasi laut dari Xiamen, Republik Rakyat Tiongkok ke Kepulauan Kinmen yang dikuasai Republik Tiongkok (nama resmi Taiwan) pada 16 Juni 1963 untuk "mencari kebebasan". Dua hari setelahnya, tepat 62 tahun yang lalu, mereka disambut ketika tiba di Taipei.

Kejadian ini terjadi saat Taiwan dipropagandakan sebagai wilayah "Tiongkok Bebas" oleh pemerintahan nasionalis Kuomintang, sementara Daratan Utama sedang dilanda bencana kelaparan besar akibat program "Lompatan Jauh ke Depan" yang dijalankan Partai Komunis Tiongkok.

Lee, yang saat itu berusia 18 tahun, adalah seorang Tionghoa perantauan yang pergi ke Tiongkok pada 1960. Pada pukul 8 malam tanggal 16 Juni 1963, ia bersama Lin Ching (林敬), seorang temannya di Sekolah Menengah Tionghoa Perantauan Xiamen, memutuskan untuk melompat ke laut dari pesisir.

Lee Chen-yang (depan, kanan) dan Lin Ching tiba di Taipei pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Lee Chen-yang (depan, kanan) dan Lin Ching tiba di Taipei pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Di tengah malam yang gelap gulita disertai angin dan hujan, menggunakan pakaian renang dan sebuah bola sebagai pelampung, kedua pemuda itu berenang lebih dari tiga jam, melintasi sekitar 3 kilometer hingga mencapai Kinmen. Mereka tiba di Taipei pada 18 Juni siang dan disambut meriah oleh berbagai kalangan.

Dalam sebuah acara yang diatur Free China Relief Association (kini Chinese Association for Relief and Ensuing Services), sebuah asosiasi yang saat itu membantu pengungsi dari Tiongkok daratan ke Taiwan, Lee dan Lin pada 18 Juni menceritakan pengalaman pelarian mereka.

Ku Cheng-kang (谷正綱), pendiri sekaligus ketua asosiasi tersebut, pada 19 Juni menerima kunjungan kedua pemuda itu, dan memberi mereka uang saku masing-masing sebesar NT$1.000.

Pada 21 Juni, Lee dan Lin juga melakukan kunjungan ke markas besar China Youth Anti-Communist National Salvation Corps (kini China Youth Corps), dan diterima direktur organisasi pemuda nasionalis tersebut, Wu Chao-tang (吳兆棠).

Lee Chen-yang (kiri) dan Lin Ching (kanan) menerima santunan dari Ku Cheng-kang pada 19 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Lee Chen-yang (kiri) dan Lin Ching (kanan) menerima santunan dari Ku Cheng-kang pada 19 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Lee diduga pergi ke Tiongkok dari Indonesia di tengah kisruh PP 10/1959 yang berdampak pada etnis Tionghoa. Dalam sejumlah literatur disebutkan, peraturan itu membatasi usaha etnis Tionghoa di Indonesia hanya terbatas di kota-kota besar saja yang menimbulkan mobilisasi masif oleh militer kepada kalangan etnis Tionghoa di pedesaan.

Penulis Indonesia, Pramudya Ananta Toer dalam catatannya di "Hoakiau di Indonesia" (1960) menulis "Tentara benar-benar melemparkan ratusan keluarga Tionghoa ke atas truk dan membawa mereka ke sejumlah kamp relokasi. Tidak jarang, perlawanan yang dilakukan [orang Tionghoa] berujung perlakuan yang kasar [dari militer]."

Bahkan pada Juli 1960, dua perempuan Tionghoa di Cimahi ditembak mati karena menolak penggusuran. Tindakan ini memantik amarah Beijing, sebagai Tiongkok yang punya hubungan diplomatik dengan Indonesia saat itu.

Lee Chen-yang (kiri) berbicara di markas besar China Youth Anti-Communist National Salvation Corps pada 21 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Lee Chen-yang (kiri) berbicara di markas besar China Youth Anti-Communist National Salvation Corps pada 21 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Mengutip "Yearbook of the Overseas Chinese Economy" (1962) yang dipublikasi di Taiwan Today, kebijakan tersebut juga memicu kerusuhan anti-Tionghoa. Pada situasi ekonomi Indonesia yang buruk, etnis Tionghoa yang mayoritas berdagang dan punya ekonomi relatif stabil menjadi sasaran kemarahan.

Thung Ju-Lan, pakar studi Tionghoa dalam "PRAM: Dipenjara Karena Karya" menyebut padahal modal ekonomi orang Tionghoa di Indonesia saat itu berasal dari dalam negeri, bukan asing.

Lee Chen-yang (kiri) dan Lin Ching di Bandara Sungshan (kini Songshan), Taipei pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Lee Chen-yang (kiri) dan Lin Ching di Bandara Sungshan (kini Songshan), Taipei pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

"Yearbook of the Overseas Chinese Economy" mencatat bahwa sejak Januari 1960, di Jawa Barat saja, lebih dari 80 ribu toko eceran disita dan 500 ribu orang Tionghoa terpaksa meninggalkan bisnis atau perdagangan yang mereka kelola.

Beijing lalu menawarkan para Tionghoa perantau ini untuk kembali ke Tiongkok, membangun Republik Rakyat Tiongkok yang saat itu juga masih seumur jagung. Sejak saat itu gelombang repatriasi besar-besaran dari Indonesia ke Tiongkok antara 1959 hingga awal 1960-an.

Namun, situasi yang juga sulit di Tiongkok membuat mereka yang telah eksodus ke sana memilih lari ke Hongkong dan Makau, kata Thung. Arsip CNA mencatat ribuan orang Tionghoa Indonesia pindah ke Taiwan melalui Hongkong pada 1958-1960. 

Dan jika kebanyakan memilih jalur Hong Kong, lalu Taiwan, maka Lee nekad berenang langsung dari Xiamen ke Kinmen.

Selesai/JA

Lee Chen-yang dan Lin Ching di acara Free China Relief Association pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Lee Chen-yang dan Lin Ching di acara Free China Relief Association pada 18 Juni 1963. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.