Oleh Jason Cahyadi, penulis staf CNA
The Central News Agency (CNA) baru-baru ini mengadakan program magang ke luar negeri, mengirim delapan koresponden dari Taiwan ke berbagai kota di sejumlah negara, termasuk Jakarta. Adalah Meryl Kao (高筱淇), seorang mahasiswi magister di National Chengchi University, yang terpilih untuk merasakan perjalanan menjadi jurnalis di Indonesia.
Menjadi koresponden
Dalam program ini, Kao berkesempatan mencicipi pengalaman magang menjadi koresponden CNA di Jakarta, wartawan kantor berita nasional Taiwan tersebut yang bertugas dan melaporkan berita dari Indonesia.
Melalui kesempatan ini, kata Kao, ia mempelajari hal-hal yang tidak didapat pemagang reporter biasa di Taiwan, yakni banyak keterampilan praktis yang dibutuhkan sebagai koresponden luar negeri.
Kao menceritakan bahwa ia tidak hanya duduk dan menulis berita saja, tetapi juga mesti melakukan wawancara hingga secara langsung merekam, mengumpulkan, dan menyunting video sendiri.
"Belum lagi melaporkan berita langsung di lokasi dengan mikrofon," kata Kao.
Dengan melewati proses ini, menurut Kao, ia mengalami apa yang diperlukan untuk menjadi koresponden profesional.
Baca juga wawancara dan hasil tulisan Kao di TETO: Ekonomi Indonesia dan Taiwan saling melengkapi.
Kao pun mengungkapkan bahwa program ini sangat berharga baginya, karena ia tahu betapa kompetitifnya pasar kerja di industri berita dan sulitnya untuk benar-benar mendapatkan kesempatan menjadi koresponden di luar negeri, yang memerlukan pelatihan bertahun-tahun.
Di samping pelajaran yang ia dapatkan, Kao menggarisbawahi hal terpenting yang dapat dipetik dari program ini adalah bagaimana pesertanya menghargai kesempatan yang ada.
"Saya sangat bersyukur memiliki kesempatan ini, dan saya rasa pada akhirnya bukan tentang negara mana yang kita kunjungi, seperti melihatnya sebagai kompetisi dari awal hingga akhir, tetapi lebih tentang bagaimana kita benar-benar menghargai kesempatan tersebut dan benar-benar menikmati pengalaman penuh dalam perjalanan kita," ujar Kao.
Mahasiswi tahun ketiga Program Magister Internasional Studi Komunikasi Internasional tersebut mengatakan bahwa ia merasa tidak hanya mempelajari keterampilan praktis dalam melaporkan berita, tetapi yang paling penting adalah bahwa ia bisa merasakan Indonesia dari sudut pandangnya sendiri.
Mengubah pandangan
Dirinya yang sedang menulis tesis tentang pekerja migran dari Asia Tenggara mengatakan bahwa pengalaman ini benar-benar membuka matanya, di mana ia menjadi tahu seperti apa kehidupan di Indonesia.
Bagi Kao, tinggal di Indonesia selama satu bulan telah mengubah pandangan hidupnya.
Kao mengakui bahwa mulanya ia tidak berbeda jauh dari kebanyakan orang awam Taiwan yang memiliki stereotip tentang negara-negara Asia Tenggara.
Ia juga tidak menampik bahwa masal-masa awalnya di Indonesia memberikannya gegar budaya dalam hal transportasi, makanan, dan polusi udara.
Kendati demikian, waktu-waktu berikutnya yang ia jalani di Indonesia benar-benar mengubah kesan pertamanya tentang negara tersebut, kata Kao, yang paling menyukai nasi uduk, rendang, dan mie instan di antara makanan-makanan Indonesia yang telah ia cicipi.
"Selama di sana, saya mengunjungi beberapa daerah pinggiran seperti Bandung dan Yogyakarta, yang benar-benar luar biasa dan melebihi deskripsi dangkal saya. Khususnya Yogyakarta, saya pikir tempat ini sangat indah karena memiliki sejarah yang mendalam baik secara budaya maupun agama," ujarnya.
Dari kesempatan itu, kata Kao, ia akhirnya menyadari betapa rumitnya kebhinekaan dan sejarah Indonesia, yang memberikan keindahaan tersendiri kepada negara tersebut.
Orang-orangnya
"Orang-orang di sana," kata Kao, memberitahukan apa yang paling ia sukai dari Indonesia.
Ia pun mengatakan orang-orang Indonesia yang paling membuatnya merasa sangat rindu dengan negara itu. Kao mengungkapkan, ia merasakan keramahan orang-orang Indonesia selama berada di sana.
Orang-orang selalu tersenyum ketika melihatnya, yang menurut Kao membuat hari-harinya selalu terasa menyenangkan.
Selama di Indonesia, Kao bekerja bersama rekan-rekan di kantor berita Antara. Ia mengungkapkan bahwa dirinya terkesan dengan hubungan antarmanusia di sana, di mana setiap orang terasa setara.
"Rasanya meskipun beberapa bapak memiliki jabatan yang tinggi, mereka tetap tidak keberatan minum kopi bersama seolah-olah tidak ada batas di antara kami, dan saya sangat kagum dengan suasana kantor yang hidup setiap hari...saya merasa nyaman setiap kali masuk ke kantor," ujarnya.
Untuk itu, "Saya rasa orang-orangnya adalah sebagian besar yang akan saya rindukan dari Indonesia."
"Saya Adalah Koresponden Luar Negeri"
Program "Saya Adalah Koresponden Luar Negeri" CNA, yang telah usai digelar, memasuki edisi ketujuhnya tahun ini, yang merupakan edisi dengan jumlah koresponden pemagang internasional terbanyak sepanjang sejarah.
Baca juga CNA gelar acara berbagi hasil program magang ke luar negeri, termasuk Indonesia
Delapan koresponden yang berpartisipasi dalam program ini dikirim ke New York dan San Francisco di Amerika Serikat, Jakarta di Indonesia, Kuala Lumpur di Malaysia, Bangkok di Thailand, Bonn di Jerman, serta Manila di Filipina.
Serangkaian kegiatan tersebut dipandu Kementerian Kebudayaan Taiwan dan didukung berbagai sponsor seperti Chunghwa Telecom, CTBC Bank, First Commercial Bank, Mega Bank C&E Foundation, dan Ever Rich D.F.S. Corporation.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu pelajar muda untuk terus memperluas wawasan internasional dan meningkatkan literasi media mereka, serta terus mengejar impian mereka dalam dunia media berita.
Selesai/IF