Oleh Zachary Lee, pemagang Meryl Kao, dan Jason Cahyadi, reporter dan penulis staf CNA
Deputi Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen (陳盛鵬), menyatakan bahwa ekonomi Indonesia dan Taiwan saling melengkapi, di mana Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah sedangkan Taiwan memiliki sumber daya manusia berkualitas.
Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan mitra dagang terbesar ke-14 Taiwan, dengan total nilai perdagangan kedua negara mencapai US$10,421 miliar (Rp160,377 triliun) pada 2023.
Chen, dalam wawancara dengan CNA baru-baru ini, berbagi pandangannya tentang situasi kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Taiwan dan Indonesia serta prospeknya di masa depan. Ia menyatakan bahwa masih banyak ruang untuk peningkatan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Chen menjelaskan bahwa saat ini, nilai total perdagangan bilateral antara Taiwan dan Indonesia berkisar antara US$10 miliar hingga 15 miliar, dan masih ada banyak ruang untuk peningkatan.
Untuk itu, kata Chen, dalam beberapa tahun terakhir, TETO di Indonesia secara aktif mendorong kerja sama bilateral di berbagai bidang, termasuk kerja sama formal maupun nonformal.
Ia mengatakan, saat ini sudah ada mekanisme dialog setingkat wakil menteri, serta kerja sama antara sektor swasta dan pemerintah di berbagai bidang, seperti makanan dan baja. Harapannya, melalui kerja sama ini, ketergantungan perdagangan Taiwan terhadap Tiongkok dapat berkurang, tambah Chen.
"Selama bertahun-tahun, ketergantungan perdagangan kami terhadap Tiongkok dan Hong Kong terlalu tinggi, dengan total perdagangan mencapai sekitar 40 persen. Oleh karena itu, negara aktif mendorong diversifikasi, dan Indonesia adalah salah satu tempat investasi yang sangat penting," ujarnya.
Baca juga TETO: Berharap dapat tarik lebih banyak pelajar Indonesia ke Taiwan
Dalam wawancara dengan CNA, Chen mengatakan bahwa semakin banyak perusahaan Taiwan yang berinvestasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena potensi pasar dan jumlah penduduk Indonesia.
"Khususnya, Presiden Lai (賴清德) juga mengingatkan kami untuk secara aktif mendorong diplomasi ekonomi. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah prioritas utama," ujar Chen.
Menurut data TETO di Indonesia, ekspor Taiwan ke Indonesia pada 2023 mencapai US$3,011 miliar, dengan produk utama meliputi memori, semikonduktor, bensin, baja paduan, dan kain rajut yang diwarnai dengan serat sintetis, membuat Indonesia menjadi pasar ekspor terbesar ke-17 bagi Taiwan.
Sementara itu, menurut data mereka, impor Taiwan dari Indonesia mencapai US$7,409 miliar, dengan produk utama berupa batu bara, minyak kelapa sawit, berbagai jenis mineral, dan karet, menjadikan Indonesia sumber impor terbesar ke-12 bagi Taiwan, dengan defisit perdagangan sebesar US$4,398 miliar.
"Kondisi ekonomi Indonesia dan Taiwan bisa dikatakan saling melengkapi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga mengekspor banyak bahan mentah. Sementara Taiwan memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sumber daya manusia yang sangat kuat," kata Chen.
Ia juga mengatakan, "Baru-baru ini, banyak perusahaan Taiwan, seperti Lai Yih dan Pou Chen (industri alas kaki), yang mengadakan upacara pembukaan besar-besaran untuk investasi. [Mereka] menciptakan banyak lapangan kerja, hanya dari industri alas kaki saja, sudah ada lebih dari 10 ribu lapangan pekerjaan."
Namun, Chen juga menekankan bahwa kecuali perusahaan asing mengembangkan industri hilir di Indonesia, ekspor bahan mentah seperti nikel, tembaga, timbal, dan seng akan dibatasi dengan ketat untuk melindungi sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan industri seperti kendaraan listrik ke depannya.
Chen juga mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sangat menyadari kekuatan investasi Taiwan. Contohnya, katanya, saat Taiwan masih dalam pembatasan pandemi, Menteri Investasi Indonesia saat itu, Bahlil Lahadalia, tetap mengunjungi Taiwan, berharap agar Hon Hai Precision Industry Co. berinvestasi di Indonesia.
Chen menyebutkan bahwa saat itu, Bahlil hanya tinggal di hotel dan tidak pergi ke tempat lain, hingga akhirnya perwakilan dari Hon Hai -- yang juga dikenal sebagai Foxconn -- datang ke hotel untuk membahas investasi di bidang kendaraan listrik.
"Jika Anda memiliki kekuatan, orang akan mengundang dan menghargai Anda, karena Taiwan memang memiliki kekuatan ini," tambah Chen.
Ia menyatakan bahwa perubahan cepat dalam rantai pasokan global dan situasi regional menuntut kerja sama ekonomi dan perdagangan yang lebih baik antara Taiwan dan Indonesia, untuk memanfaatkan keunggulan dan hubungan yang saling melengkapi dari kedua negara tersebut.
Chen menjelaskan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan Taiwan, seperti pekerja dengan biaya yang relatif terjangkau.
Namun, kata Chen, juga ada tantangan yang harus dihadapi, termasuk proses administrasi dan status Indonesia sebagai negara berkembang, di mana masih ada ruang untuk peningkatan dalam lingkungan investasi.
Meskipun demikian, Chen menekankan bahwa tantangan ini adalah masalah yang dihadapi semua negara. Ia mengungkapkan keyakinannya bahwa kerja sama antara Taiwan dan Indonesia di masa depan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, maupun pariwisata, akan menjadi semakin erat.
Selesai/IF