Berikut berita pilihan Taiwan berbahasa Indonesia CNA edisi ketiga:
PBHI raih penghargaan dari Taiwan Foundation for Democracy
Berita pertama, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) pada 10 Desember menerima penghargaan Asia Democracy and Human Rights 2025 dari Taiwan Foundation for Democracy (TFD).
Presiden Taiwan Lai Ching-te menyerahkan piala ke Ketua PBHI Julius Ibrani, penghargaan atas dedikasi perhimpunannya dalam mengadvokasi HAM di Indonesia.
Julius mengatakan baginya ini adalah penghargaan untuk para korban pelanggaran HAM dan mereka yang dengan penuh keberanian bersedia berdiri bersama, meskipun harus mempertaruhkan keselamatan, kebebasan, bahkan nyawa.
Presiden Lai mengucapkan selamat kepada PBHI atas nama rakyat Taiwan, dan mengatakan penghargaan ini melambangkan tekad Taiwan untuk menjaga HAM, memperdalam kebebasan, dan menegakkan prinsip-prinsip demokrasi.
Turut hadir Ketua TFD sekaligus Ketua Parlemen Taiwan, Han Kuo-yu.
Ratusan diaspora Indonesia rayakan Natal di Taoyuan
Selanjutnya, KDEI Taipei bersama Komunitas Masyarakat Kristen Indonesia di Taiwan atau KMKI menggelar acara Natal Akbar di Taoyuan pada 14 Desember.
Ratusan diaspora Indonesia berkumpul di Taoyuan, menyanyikan lagu-lagu Kristiani hingga mendengarkan pesan-pesan Natal.
Menurut ketua panitia, Eka Cipta, sekitar 800 orang hadir dalam kegiatan ini, menjadikannya salah satu perayaan Natal terbesar bagi WNI di Taiwan.
Natal Akbar tahun ini mengusung tema "You Are Loved: Jesus for Everyone", yang menurut panitia, menggambarkan makna Natal sebagai wujud kasih Tuhan bagi seluruh dunia.
Acara dimulai dengan puji-pujian, dilanjutkan khotbah yang dibawakan Pendeta Michael David Jeremiah Widjaja dari Jakarta, serta dimeriahkan bazar makanan Indonesia, sebelum ditutup undian.
Wakil Kepala KDEI Taipei, Johanes Andi Susanto, dalam sambutannya mengucapkan selamat Natal kepada seluruh WNI di Taiwan.
Taiwan genjot pariwisatanya di Indonesia
Selanjutnya, CNA pada akhir November mengunjungi TETO di Jakarta, menelusuri usaha Taiwan dalam menggenjot potensi pariwisata, perdagangan, hingga bisnisnya di Indonesia.
Di antara warga Indonesia yang sedang menunggu visa ini, ada pekerja migran, pelajar, serta semakin banyak pemohon visa wisata. Saat ini, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Taiwan setiap tahunnya telah melampaui 220.000 orang.
Wakil Kepala TETO Indonesia Trust Lin: "Pasar Indonesia merupakan pasar Muslim terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk mencapai 280 juta jiwa. Khususnya dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan telah menunjukkan prestasi yang sangat menonjol dalam mempersiapkan pengembangan pariwisata ramah Muslim. Dalam peringkat destinasi wisata ramah Muslim dunia, Taiwan berada di posisi peringkat dua hingga tiga. Pasar Muslim memiliki beberapa karakteristik penting. Pertama, wisata keluarga yang biasanya rombongan besar. Selain itu, kelas kaya baru Indonesia atau wisatawan kelas atas. Ketika bepergian mereka kerap turut membawa pekerja rumah tangga. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan di sini sedang memasuki tahap perjalanan insentif. Jadi, perusahaan-perusahaan besar ini kami nilai memiliki potensi yang sangat besar."
Untuk mempergencar promosi pariwisata, Ditjen Pariwisata Taiwan pada Januari mendatang akan membentuk divisi khusus pariwisata di TETO Indonesia.
Indonesia juga jadi mitra dagang terbesar ke-13 Taiwan, dengan nilai perdagangan bilateral yang terus naik. Investasi perusahaan Taiwan di Indonesia di bawah Kebijakan Baru ke Arah Selatan telah meluas dari sektor manufaktur ke telekomunikasi, keuangan, transportasi, teknologi tinggi, dan transisi energi.
Direktur Divisi Ekonomi TETO Lu Feng-ching: "TETO Indonesia di Taiwan memiliki divisi khusus bidang industri di bawah strukturnya. Hal ini terbilang cukup istimewa. Secara global, kurang dari lima negara yang memiliki divisi semacam ini, yang menunjukkan betapa Indonesia sangat menghargai kekuatan kerja sama industri dengan Taiwan."
Pada 2025, Taiwan dan Indonesia menandatangani MoU kerja sama halal, yang membuka peluang bagi Taiwan memasuki pasar Muslim.
Direktur Divisi Ekonomi TETO Lu Feng-ching: "Taiwan tahun ini juga menandatangani MoU kerja sama promosi halal dengan pihak Indonesia. Makanan dan minuman yang telah disertifikasi Taiwan Halal Integrity Development Association dan diekspor ke Indonesia tidak perlu lagi menjalani proses sertifikasi ulang. Selain memasuki pasar Indonesia, melalui kerja sama terkait Taiwan juga berpeluang menembus pasar Timur Tengah dan negara-negara lainnya. Jadi prospek ke depannya sangat besar."
Biaya tenaga kerja yang relatif rendah dan SDM yang mencakup lebih dari 10 juta keturunan Tionghoa, jadi daya tarik bagi perusahaan Taiwan untuk berinvestasi di Indonesia. Sementara asosiasi pengusaha Taiwan yang besar dan jaringan alumni Taiwan yang berkembang jadi kekuatan sipil penghubung kedua pihak.
Direktur Divisi Urusan Komunitas Luar Negeri TETO Lee Shu-ling: "Jaringan penghubung Indonesia terdiri dari dua blok utama. Yang pertama adalah komunitas pengusaha Taiwan. Ada sembilan cabang ditambah satu kamar dagang pusat. Ciri khas lainnya adalah perkumpulan alumni Taiwan, lulusan perguruan tinggi di Taiwan. Saat ini jumlah anggotanya telah melampaui 40.000 orang. Para alumni yang kembali ke Indonesia dan berhasil berwirausaha ini menjadi salah satu penopang yang sangat kuat bagi pertumbuhan perekonomian bersama."
Meski Taiwan dan Indonesia tak punya hubungan diplomatik resmi, pertukaran substantif yang kian erat terus menghangatkan hubungan kedua pihak. Inilah wujud diplomasi ekonomi dan diplomasi persahabatan.
(Oleh Muhammad Irfan dan Jason Cahyadi)