WAWANCARA /Rakyat sebagai jembatan penghubung Taiwan-Indonesia

05/12/2025 10:47(Diperbaharui 05/12/2025 15:34)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Wawancara CNA dengan TETO Indonesia di Jakarta. (Sumber Foto : CNA)
Wawancara CNA dengan TETO Indonesia di Jakarta. (Sumber Foto : CNA)

Oleh Christie Chen, Jay Chou, dan Jason Cahyadi, jurnalis staf CNA

Di tengah kompleksnya kontestasi geopolitik dan jurang ketiadaan hubungan diplomatik resmi, kehangatan interaksi antarmasyarakat menjadi fondasi penting dalam relasi Taiwan-Indonesia. Ini menjadi salah satu pusat bahasan dalam wawancara eksklusif CNA dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei (TETO) di Indonesia.

Dalam wawancara di Jakarta, Kepala TETO Bruce Hung (洪振榮) menguraikan pesatnya perkembangan hubungan Taiwan–Indonesia di berbagai bidang, yang bersumber dari keterhubungan dan kedekatan emosional antarmasyarakat.

Baca juga: Menembus lautan peluang: Harapan Taiwan atas Indonesia

Hung mengatakan bahwa dalam pengembangan hubungan resmi, kerja sama Taiwan–Indonesia terutama berfokus pada bidang ekonomi dan perdagangan.

Kedua pihak saling membutuhkan, dan TETO akan memberikan bantuan semaksimal mungkin bagi pengusaha Taiwan di Indonesia maupun pelaku usaha Indonesia yang ingin berinvestasi di Taiwan, kata Hung.

Hung menjelaskan bahwa para pengusaha Taiwan di Indonesia memiliki organisasi yang sangat lengkap, dengan total sembilan cabang asosiasi.

Apabila para pengusaha Taiwan menghadapi kesulitan dalam berinvestasi atau mendirikan pabrik di Indonesia, TETO akan memberikan bantuan, ujarnya.

Saat ini terdapat sekitar 18.000 pelajar Indonesia dan lebih dari 300.000 pekerja migran Indonesia di Taiwan, kata Hung, menekankan bahwa hubungan antarmasyarakat menjadi fondasi utama hubungan bilateral Taiwan–Indonesia.

Hung juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia sangat menantikan kesempatan pergi ke Taiwan, baik untuk belajar maupun bekerja. Masyarakat Taiwan sendiri, menurutnya, memperlakukan pekerja Indonesia dengan sangat baik.

Ia juga mengungkit kontribusi diaspora Indonesia dalam pemulihan pascabencana banjir bandang danau bendungan di Kabupaten Hualien pada September, yang telah merenggut 19 nyawa dan meninggalkan kerusakan besar yang membutuhkan tenaga penyelamatan.

"Sekitar 50 lebih pekerja migran Indonesia turut bergabung dalam aksi pemulihan bencana danau bendungan di Hualien sebagai bagian dari barisan 'Pahlawan Sekop'," sebuah aksi yang meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Taiwan, kata Hung.

Dalam bidang bisnis, Direktur Divisi Ekonomi TETO Lu Feng-ching (路豐璟) mengatakan bahwa tahun ini TETO telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama halal dengan pihak Indonesia, seiring produk yang dijual ke Indonesia harus memiliki sertifikasi halal.

Taiwan Halal Integrity Development Association telah menandatangani perjanjian pengakuan bersama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal pemerintah Indonesia, membuat Taiwan menjadi salah satu negara pertama  yang melakukannya, ujarnya.

Dengan langkah ini, produk makanan dan minuman di Taiwan yang telah disertifikasi THIDA tidak perlu disertifikasi ulang ketika dijual ke Indonesia, tambah Lu.

Harapannya, perdagangan ke Indonesia dapat dipromosikan melalui kerangka kerja ini, kata Lu, menambahkan bahwa produk halal bersertifikat Taiwan juga nantinya berpeluang menembus pasar Muslim lainnya hingga ke Timur Tengah. "Jadi prospek ke depannya sangat besar."

Dalam hal investasi, Lu menyatakan bahwa diperkirakan ada sekitar 2.000 perusahaan Taiwan yang beroperasi di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa, Batam, Medan, serta destinasi wisata seperti Bali.

Sebagian besar dari perusahaan-perusahaan Taiwan ini berfokus pada investasi di sektor manufaktur, meliputi sepatu, tekstil, mesin, dan elektronik, kata Lu.

Namun, tambahnya, sektor jasa juga tidak kalah aktif. Misalnya, CTBC Bank yang membuka cabang baru di Jawa Tengah awal Desember untuk memberikan dukungan finansial langsung kepada perusahaan Taiwan.

Selain itu, ada juga layanan transportasi, dengan pelayaran yang diwakili Evergreen Marine Corp., Yang Ming Marine Transport Corp., dan Wan Hai Lines Ltd., serta penerbangan yang disuguhkan EVA Air, China Airlines, dan STARLUX Airlines.

Seiring pemerintah Indonesia tengah menggencarkan program yang meningkatkan komposisi lokal dalam produk yang diproduksi di dalam negeri, kata Lu, ekspansi Pegatron Corp. di Batam merupakan contoh praktik transformasi digital yang selaras.

Selain itu, juga ada kerja sama antara Chunghwa Telecom Co. dan Telkom Indonesia, yang menggunakan jaringan komunikasi untuk manajemen pabrik pintar, memantau suhu, kapasitas produksi, dan tingkat kualitas, tambahnya.

Perlu dicatat, kata Lu, selain memperkuat hubungan dengan perusahaan Taiwan dan mempromosikan konsep lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG), TETO juga membantu mereka terhubung dengan organisasi-organisasi bisnis utama di Indonesia.

Di sisi lain, Direktur Divisi Konsuler TETO Jenny Wu (吳慧真) menyatakan, "Sebelum 2016, TETO Indonesia sebenarnya adalah kantor perwakilan luar negeri dengan volume urusan konsuler terbesar di seluruh dunia. Namun, karena volumenya terlalu besar, pada akhir 2015 didirikan kantor tambahan di Surabaya."

Meski begitu, hingga saat ini, TETO Indonesia tetap termasuk tiga besar kantor perwakilan luar negeri dengan volume urusan konsuler tertinggi di dunia, tambahnya.

"Saat ini Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara asal pekerja migran, peringkat pertama asal mahasiswa magang, peringkat pertama asal anak buah kapal migran, peringkat kedua asal mahasiswa asing, dan peringkat kedua asal warga asing pasangan warga Taiwan, kata Wu.

Ia menambahkan, karena jumlah verifikasi dokumen sangat banyak, ditambah dengan adanya pemalsuan dokumen dan budaya perantara lokal, urusan visa menjadi lebih kompleks, sehingga bagian konsuler harus bekerja sangat hati-hati.

"Bagaimana pun, visa adalah garda terdepan kita dalam menjaga perbatasan. Kami selalu sangat proaktif dalam menindak kemungkinan masuknya tenaga kerja ilegal ke Taiwan, sehingga warga kami dapat benar-benar menemukan mitra Indonesia yang diinginkan, bukan pekerja migran ilegal atau 'imigran nepotisme'," ujarnya.

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.