FEATURE /Kisah Sherlyn dan David, dua anak Indonesia yang "lahir kembali" di Taiwan

13/06/2025 15:27(Diperbaharui 14/06/2025 00:32)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Anak Indonesia, Sherlyn (jaket hijau) dan David (baju merah) di konferensi pers Rumah Sakit National Taiwan University hari Jumat. (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)
Anak Indonesia, Sherlyn (jaket hijau) dan David (baju merah) di konferensi pers Rumah Sakit National Taiwan University hari Jumat. (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)

Oleh Muhammad Irfan, penulis staf CNA

"Saya tidak bisa terima kala itu." Joko Wijaya, sambil menyeka matanya, mengenang perjalanan ia dan anaknya, David Kenrich Huang, yang berjuang melawan sebuah penyakit langka bayi hingga berkesempatan mendapatkan layanan transplantasi hati di Rumah Sakit National Taiwan University (NTUH) pada 2016. Kini, David telah tumbuh menjadi anak yang sehat.

Kepada CNA, Joko menyebut anak bungsunya, David didiagnosa menderita atresia bilier -- penyakit langka pada saluran empedu yang hanya menyerang bayi -- saat usianya belum genap setahun. Saat gejala, keluarga langsung mengambil tindakan dengan membawa David ke sejumlah rumah sakit.

Mulai dari Jakarta, pindah ke Melaka di Malaysia, hingga Singapura. Dalam proses pengobatan yang menguras tenaga, kondisi David kecil terus memburuk. Rumah sakit yang menanganinya di Jakarta bahkan telah meminta Joko pasrah.

"Kalau mengenang masa itu aku emosinya besar. Aku tak bisa terima. Sampai aku ketemu FB (Facebook) Sherlyn, yang juga pasien atresia bilier, dan aku melihat operasinya lancar di Taiwan," kata Joko, pria asal Bagan Siapiapi, Riau.

Sherlyn Aurelia, yang kini berusia dua belas tahun, juga adalah orang Indonesia yang menerima layanan transplantasi hati di NTUH pada 2014.

Dalam sebuah konferensi pers di NTUH hari Jumat (13/6), pihak dokter merayakan proses kesembuhan Sherlyn dan David setelah menjalani proses transplantasi di rumah sakit mereka kurang lebih sepuluh tahun.

"Kata keluarga Sherlyn, kalau di Indonesia sudah buntu ya coba saja ke Taiwan," ujar Joko (40) mengenang momen sembilan tahun lalu itu.

Dengan dukungan dari banyak pihak, Joko memutuskan ke Taiwan untuk memperjuangkan kesembuhan si kecil. Itu pun tidak mudah. Dengan kondisi David yang tidak baik-baik saja, ada kekhawatiran dari dokter pendamping di Indonesia jika kondisi anaknya akan memburuk di perjalanan. Namun, optimisme Joko membuatnya tak gentar. 

"Saya buat surat pernyataan ke dokter yang menangani di Indonesia, tolong kasih izin saya memperjuangkan anak saya," kata Joko. Tujuh hari ditangani di Taiwan, Joko melihat perubahan yang signifikan pada diri David.

David menjalani transplantasi beberapa bulan setelah proses pengecekan awal. Tim dokter NTUH saat itu memastikan peluang keberhasilan operasi mencapai 90 persen. Joko semakin optimistis, ia menjadi donor buat anaknya. Dan sampai saat ini, setelah sembilan tahun berlalu, ia bersyukur anak ketiganya itu berhasil melalui masa-masa sulit bersama.

"Terima kasih dokter-dokter, Anda menyelamatkan hidup saya," kata David, yang kini berusia sepuluh tahun, sambil tersenyum malu-malu.

David. (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)
David. (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)

Mati suri dan dilahirkan kembali

Djap Oi Tjin, nenek Sherlyn juga punya haru yang sama. Dalam konferensi pers, ia yang hadir bersama anaknya, Meiceria Poryo, serta Sherlyn sendiri menyebut keberhasilan transplantasi hati yang dilakukan dokter NTUH untuk gadis itu pada 2014 telah memberi harapan besar bagi mereka.

"(Sherlyn) dilahirkan kembali untuk kedua kalinya di Taiwan," kata Tjin.

Warga Singkawang, Kalimantan Barat ini juga punya pengalaman panjang memperjuangkan kesehatan cucunya. Ia pernah membawa sang cucu ke Kuching dan Kuala Lumpur, Malaysia hingga akhirnya berakhir mendapat perawatan di Taiwan.

Saat itu, tim dokter NTUH memprediksi peluang keberhasilan pencangkokan hati bagi Sherlyn, dengan donor dari ibunya, akan berhasil 85 persen.

Namun, sebelum jadwal pencangkokan tiba, ia dan keluarga memaksakan diri membawa Sherlyn ke Taiwan lebih awal. Soalnya, kondisi Sherlyn di Indonesia sudah berat. Betul saja, sehari tiba di Taiwan, Sherlyn masuk Unit Gawat Darurat (UGD), hidupnya bergantung pada bantuan alat medis.

"Kalau bahasa Indonesia, mati suri. Di sini bilang (Sherlyn) sudah enggak ada, hanya dibantu alat-alat," kata Tjin.

Di usia satu tahun dengan kondisi seperti ini, mulanya dokter meminta keluarga pasrah. Tetapi Tjin punya keyakinan kalau Sherlyn akan kembali. Tim dokter memberi waktu tiga hari menopang hidup Sherlyn dengan peralatan medis, sementara Tjin meminta waktu lebih.

"Kami sudah jauh-jauh, kami mohon. Di hari kesembilan dokter bilang napas Sherlyn balik. Lalu saya bilang, kalau yang sudah pergi dan balik lagi, saya yakin dia pasti balik. Saya yakin karena Sherlyn tahu kan saya menunggu dia, saya juga tetap menunggu dia, pasti balik!" ucap Tjin.

Betul saja, setelah itu kondisi Sherlyn stabil sampai 20 hari ke depan. Di tahun 2014, saat Sherlyn masih berusia satu tahun dua bulan, transplantasi itu pun dijalankan. Kini setelah sebelas tahun berlalu, kondisi Sherlyn pun terus membaik.

"Sekarang setahun dua kali ke Taiwan untuk melakukan pengecekan," kata Tjin.

Dalam bahasa Inggris, Sherlyn pun mengucapkan syukurnya atas bantuan semua pihak di Taiwan selama ini, dalam proses penyembuhannya. "Thank you for all, I love Taiwan (Terima kasih semuanya, aku cinta Taiwan)," kata Sherlyn.

Sherlyn (kanan). (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)
Sherlyn (kanan). (Sumber Foto : CNA, 13 Juni 2025)

Tak mudah

Dalam konferensi pers, Hu Rey-heng (胡瑞恒), dokter spesialis bedah anak NTUH, menjelaskan bahwa antara 1992 hingga 2021, pihak rumah sakit telah melakukan 174 transplantasi hati pada pasien anak-anak di bawah usia 18 tahun, lebih dari 80 persen di antaranya terkait penyakit saluran empedu.

Namun, tantangan terbesar adalah keterbatasan ruang di rongga perut bayi, sulitnya menemukan donor yang cocok, serta ukuran struktur tubuh yang sangat kecil. Bahkan benang untuk menjahit saat operasi begitu halus hingga tak tampak mata telanjang. Perawatan pascaoperasi pun sangat kompleks dan memerlukan kolaborasi lintas disiplin.

Chen Hui-Ling (陳慧玲), dokter anak di NTUH, mengatakan bahwa prosesnya seperti mengikuti tiga lomba maraton beregu: mulai dari pasien yang bolak-balik UGD sebelum operasi, tim bedah dan anestesi yang harus bekerja serempak pada donor dan penerima, hingga menghadapi risiko penolakan organ dan infeksi pasca transplantasi.

Dalam rilis pers yang diterima CNA, NTUH menyebut kisah sukses transplantasi hati Sherlyn dan David menjadi saksi kekuatan medis dan kepedulian kemanusiaan dari tim medis internasional rumah sakit.

Wakil Presiden NTUH Chang Chih-hao (張志豪) menyebut, melalui konferensi pers ini, rumah sakit hendak menyampaikan keberhasilan operasi kedua anak Indonesia itu menunjukkan kekuatan medis yang tangguh dan unggul, dan merupakan pencapaian medis yang sangat sulit, yaitu transplantasi hati hidup pada anak-anak.

"Cinta dan kepedulian ini bahkan meluas hingga ke luar negeri, khususnya dua keluarga dari Indonesia. Setelah beberapa tahun, kami sangat senang melihat bahwa kedua anak ini tumbuh dengan sehat dan baik. Karena itu, kami mengadakan konferensi pers ini untuk berbagi kabar baik ini kepada masyarakat," kata Chang.

Sementara itu, Lee Yu-Hsuan (李怡萱), dokter dari Pusat Medis Internasional menjelaskan Sherlyn dan David dirawat melalui pusat tersebut, yang berdiri di NTUH sejak 2005 dengan tujuan mempromosikan pertukaran medis internasional dan membantu pasien dari luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis di Taiwan.

Selama beberapa tahun ini, kata Lee, pihaknya fokus membantu pasien dengan penyakit serius yang mengalami kesulitan di rumah sakit atau negara asal mereka. 

"Setelah mereka menghubungi kami dan memberikan rekam medis, kami melakukan diskusi dengan dokter spesialis terkait. Setelah menilai kondisi pasien, kami akan membantu dalam proses lanjutan seperti pengaturan perjalanan ke Taiwan, informasi visa, serta komunikasi antara keluarga pasien dan tim medis kami," kata Lee.

(Sumber Video : Kanal YouTube 潮台灣Trending Taiwan)

"Taiwan Can help"

Menurut Lee, keberhasilan Sherlyn dan David bukan hanya hasil dari kerja keras tim bedah, tetapi juga hasil kerja sama yang luar biasa dari seluruh tim medis NTUH. Ke depannya, tim transplantasi rumah sakit akan terus mendampingi pertumbuhan mereka, ujarnya.

Pusat Medis Internasional NTUH juga terus memantau kondisi pasien dan keluarga mereka karena transplantasi bukan proses sehari atau dua hari, kata Lee, menambahkan bahwa perawatan lanjutan membutuhkan kolaborasi berkelanjutan dari semua pihak.

Sejak Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan mempromosikan "Kebijakan Baru ke Arah Selatan" pada 2018, kata NTUH, mereka telah menerima proyek terkait dan secara aktif memperdalam kerja sama medis dengan Indonesia.

Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan kualitas layanan medis NTUH, tetapi juga merupakan wujud nyata dari semangat "Taiwan Can Help", membuktikan bahwa kekuatan medis Taiwan dapat bersinar di panggung internasional, kata rumah sakit.

Trianingsih, dokter pelatihan dari Rumah Sakit Sardjito, Indonesia yang turut hadir menyatakan transplantasi hati tidak hanya menyelamatkan hidup Sherlyn dan David, tetapi juga mengembalikan harapan bagi keluarga mereka.

"Saya berharap kerja sama antara Indonesia dan Taiwan akan terus berlanjut dan semakin kuat di dunia internasional. Atas nama saya sendiri, terima kasih banyak kepada seluruh tim yang telah melakukan transplantasi hati, serta kepada Sherlyn dan David. Terima kasih banyak," kata Trianingsih.

Kisah Sherlyn juga ditampilkan dalam dokumenter medis internasional produksi Kementerian Luar Negeri "Rumah Kedua Saya", yang menunjukkan kekuatan Taiwan di bidang medis serta nilai-nilai kemanusiaannya, sekaligus menyerukan dukungan komunitas global terhadap partisipasi Taiwan dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Majelis Kesehatan Dunia (WHA), kata NTUH.

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.