Taipei, 15 Okt. (CNA) Genap satu bulan lebih seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Miaoli ini harus menanggung sakit setelah kakinya digigit ular kobra beracun. Aya (36), yang bekerja sebagai perawat orang tua ini, memberi tahu CNA bahwa ia telah menyelesaikan operasi keduanya pada hari Kamis (3/10) dan hingga hari ini masih di rumah sakit.
Seperti yang pernah diberitakan CNA sebelumnya, Aya mengalami kecelakaan kerja pada pukul 11.30, Jumat (6/9), di rumah majikannya saat memasak, di mana kaki kirinya digigit ular dan mengalami pembengkakan.
Baca berita sebelumnya di sini https://indonesia.focustaiwan.tw/society/202409135007
Diberitakan sebelumnya bahwa Aya bekerja di sektor rumah tangga. Saat dihubungi CNA, Aya mengatakan dirinya sebagai perawat orang tua yang kini masa kerjanya genap selama 5 bulan. Beruntungnya, ia mendapat majikan yang sangat baik, ujar Aya kepada CNA.
Setelah operasi yang pertama dan dirawat di rumah sakit hampir 1 bulan, Aya sempat diperbolehkan keluar untuk menjalani rawat jalan di rumah dan setiap dua hari sekali melakukan pemeriksaan berkala ke rumah sakit.
Saat ditanya dengan siapa ia pergi ke rumah sakit, Aya menuturkan majikan yang menemaninya, sedangkan sang nenek tinggal di rumah.
“Kalau check up (pemeriksaan berkala) hanya memakan waktu 1 jam, tidak lama, jadi nenek bisa ditinggal sendirian di rumah, aman kok.” Tutur Aya.
Dokter memutuskan Aya harus melakukan operasi kedua dikarenakan operasi yang pertama tidak cukup untuk membersihkan sisa-sisa racun yang masih menempel di daging kaki Aya.
“Dokter bilang operasi yang kedua untuk membuang daging yang terkena racun. Jadi kalau saya lihat setelah dioperasi itu penampakan kaki saya berlubang besar,” tambahnya.
Saat dihubungi CNA lewat sambungan telepon genggamnya pada Selasa (15/10) sore, Aya mengatakan bahwa baru saja dokter menjahit lukanya yang baru selesai dioperasi Kamis pekan lalu.
“Setelah dioperasi, lukanya belum dijahit dokter karena harus pemulihan dulu, baru sore ini selesai dijahit, ya Allah mbak sakitnya minta ampun,” ujar Aya kepada CNA.
Dokter juga mengatakan bahwa jika keadaan Aya membaik, ia bisa kembali pulang pada Kamis (17/10) dan diwajibkan untuk tetap melakukan pemeriksaan berkala setiap dua hari sekali ke rumah sakit, ujar Aya.
Saat ditanya CNA bagaimana dengan kesehariannya saat di rumah menjaga pasien setelah operasi pertama, Aya menerangkan bahwa kondisinya masih belum bisa jalan cepat. Ia pun harus memakai tongkat saat berjalan. Majikan memanggil kanhu (perawat pengganti) orang Taiwan untuk memandikan nenek karena Aya belum bisa melakukan hal tersebut.
“Tugas saya sekarang cuma jaga nenek, masak untuk berdua, tetapi tidak bisa membawa nenek jalan-jalan keluar. Ketika nenek mau kamar mandi untuk buang air kecil, saya membantu nenek berjalan dengan tongkat, dan nenek juga membawa tongkat. Jadi ini seperti orang sakit memandu orang sakit, ha ha ha,” ujar Aya tertawa lepas.
“Alhamdulilah, selain majikan baik, nenek yang dijaga juga tidak rewel, jadi saat bekerja sehari-hari tidak ada kendala,” tambah Aya.
Ketika ditanya mengenai biaya pengobatan dan kelancaran gaji, Aya mengatakan bahwa majikannya sangat baik. Gajinya tak pernah dipotong selama ia dirawat di rumah sakit. Semua biaya perawatan juga sudah ditanggung National Health Insurance (NHI) dan majikan hanya membayar biaya-biaya lain yang di luar tanggungan NHI.
“Alhamdulilah, majikan baik banget dan pengertian. Ia bilang saya tidak usah kuatir mengenai biaya.” Ujar Aya.
Aya juga menuturkan pada CNA bahwa selama dirawat di rumah sakit baik pada operasi yang pertama maupun operasi kedua, ia tak pernah sendiri karena banyak rekan-rekan PMI lainnya yang datang menjenguk.
“Alhamdulilah saya terharu sekali dengan persaudaraan teman-teman PMI di sini. Banyak yang jaga nenek dan kakek yang dirawat di rumah sakit yang sama, mereka juga sempat menjenguk saya sebentar dan membelikan sarapan,” ujar Aya.
Aya, yang dirawat di rumah sakit kamar nomor 1013-2 di Da Chien Health Medical System di Miaoli ini menuturkan rasa terima kasih pada segenap rekan-rekan PMI, media, pemerintah dan majikannya atas perhatian yang diberikan padanya selama ia sakit.