Taipei, 30 Des. (CNA) Dewan Urusan Tiongkok Daratan (MAC) Taiwan, Senin (29/12) mengatakan peluncuran latihan tembakan langsung oleh Tiongkok di sekitar Taiwan satu hari setelah forum yang mempromosikan pertukaran antara dua kota besar di kedua sisi merupakan cerminan jelas dari pendekatan "dua jalur" Beijing terhadap Taiwan.
Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok hari Senin meluncurkan serangkaian latihan militer baru di sekitar Taiwan, yang menurut mereka dimaksudkan sebagai "Peringatan keras kepada kekuatan separatis 'Kemerdekaan Taiwan'."
Dengan sandi Misi Keadilan 2025, latihan ini dilakukan di Selat Taiwan dan di wilayah utara, barat daya, tenggara, dan timur Taiwan, dengan fokus pada "Patroli kesiapan tempur laut-udara, perebutan keunggulan komprehensif secara bersama, blokade pelabuhan dan wilayah kunci, serta pencegahan multidimensi di luar rantai pulau," kata seorang perwira senior PLA dalam pernyataan yang dirilis Senin.
Baca juga: Kantor Kepresidenan Taiwan: Latihan tembakan langsung Tiongkok provokasi sepihak
Sebagai tanggapan, MAC Taiwan mencatat bahwa latihan militer tersebut diluncurkan satu hari setelah Forum Kota Kembar Taipei-Shanghai, yang dengan jelas menunjukkan bahwa Tiongkok sedang menjalankan "Strategi dua jalur yang dirancang dengan cermat."
"Di satu sisi, mereka berbicara tentang mendekatkan diri, sementara di sisi lain mereka menggunakan intimidasi militer," kata MAC.
Beijing adalah pembuat onar dan ancaman bagi perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan, kata MAC, seraya menambahkan bahwa unjuk kekuatan PLA tidak dapat diterima oleh rakyat Taiwan maupun komunitas internasional.
Forum Kota Kembar adalah acara tahunan yang telah diadakan sejak 2010 untuk mempromosikan pertukaran antar kota antara Taipei dan Shanghai, dengan kedua kota tersebut bergantian menjadi tuan rumah.
Pada edisi ke-16 forum yang diadakan Sabtu dan Minggu, Wali Kota Taipei Chiang Wan-an (蔣萬安), yang memimpin delegasi beranggotakan 120 orang ke Shanghai mengatakan pada hari Minggu bahwa ia berharap Selat Taiwan akan dikenal "Damai dan sejahtera," bukan sebagai "Ombak yang menghantam dan angin yang meraung."
Berbicara kepada wartawan di Taipei pada hari Senin setelah pengumuman PLA, Chiang mengulangi frasa tersebut, dengan mengatakan bahwa ia memegang sikap yang sangat tegas dan konsisten dalam mendukung dialog, bukannya konfrontasi, dan berharap untuk perdamaian dan kesejahteraan, bukannya "Ombak yang menghantam dan angin yang meraung."
"Mereka yang berada di pemerintahan memiliki tanggung jawab untuk mengurangi risiko, mengelola krisis, dan menjaga keselamatan rakyat," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia mengecam "Setiap tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan regional."
Selesai/JC