WAWANCARA /TETO: Berharap dapat tarik lebih banyak pelajar Indonesia ke Taiwan

12/09/2024 18:58(Diperbaharui 20/10/2024 14:50)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Deputi Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen, saat diwawancarai CNA baru-baru ini. (Sumber Foto : CNA)
Deputi Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen, saat diwawancarai CNA baru-baru ini. (Sumber Foto : CNA)

Oleh Zachary Lee, pemagang Meryl Kao, dan Jason Cahyadi, reporter dan penulis staf CNA

Deputi Perwakilan Taiwan di Indonesia, Steve Chen (陳盛鵬), baru-baru ini mengatakan bahwa pemerintah Taiwan telah mengalokasikan banyak sumber daya, dengan harapan dapat menarik lebih banyak pelajar Indonesia untuk belajar di Taiwan.

Menurut data Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) di Indonesia, sejak 2020, Indonesia telah menjadi negara asal pelajar luar negeri terbesar kedua bagi Taiwan. Data tahun 2023 menunjukkan bahwa 16.725 pelajar asal Indonesia menempuh pendidikan di Taiwan. 

Chen, dalam wawancara dengan CNA baru-baru ini, berbagi tentang kerja sama bidang pendidikan antara Taiwan dan Indonesia, serta hasil promosi pendidikan bahasa Mandarin di luar negeri dalam beberapa tahun terakhir.

Chen mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Taiwan menghadapi masalah penurunan angka kelahiran, yang menyebabkan banyak universitas di negara tersebut mengalami penurunan jumlah mahasiswa.

Oleh karena itu, kata Chen, pemerintah Taiwan telah menginvestasikan banyak sumber daya untuk mendorong pelajar asing menempuh pendidikan di negara tersebut.

Baca juga TETO: Ekonomi Indonesia dan Taiwan saling melengkapi

Selain melalui promosi rekrutmen oleh Pusat Pendidikan Taiwan (TEC) dan penyelenggaraan pameran pendidikan, TETO juga mendirikan sejumlah basis untuk menarik pelajar berprestasi dari Indonesia ke Taiwan.

Ia menyatakan bahwa pada 2019 dan 2020, TETO di Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Negeri Jakarta, serta mendirikan TEC di kedua universitas tersebut.

Hal ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama pendidikan antara Taiwan dan Indonesia, serta mempromosikan pendidikan Taiwan secara aktif, kata Chen.

Chen menjelaskan bahwa TETO di Indonesia bekerja sama dengan universitas-universitas setempat melalui TEC untuk menyediakan informasi terkait program khusus di Taiwan.

"Pemerintah Taiwan menyediakan sumber daya, beasiswa, dan tiket pesawat bagi pelajar setempat untuk belajar di Taiwan selama beberapa tahun. Setelah lulus, mereka harus magang di perusahaan Taiwan selama setidaknya dua tahun agar mendapatkan gelar pendidikan Taiwan," ujarnya.

Ia juga menyebutkan bahwa setiap tahun TETO menyelenggarakan Pameran Pendidikan Taiwan (THEF) Indonesia, yang tahun ini digelar dari 3 hingga 11 Agustus di Jakarta, Bandung, Pontianak, Surabaya, dan Medan, dengan partisipasi 57 perguruan tinggi Taiwan dan lebih dari 10.000 pengunjung.

Chen menambahkan, pemerintah Indonesia menawarkan berbagai beasiswa bagi pelajar yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, di mana banyak dari mereka memilih Taiwan untuk menempuh program sarjana, magister, dan doktoral.

Universitas di Taiwan juga menyediakan program khusus bagi diaspora Tionghoa dan pelajar internasional, kata Chen, di mana setiap tahun, Dana Kerja Sama dan Pembangunan Internasional (ICDF) memberikan beasiswa bagi mereka yang terpilih dan hendak melanjutkan studi ke Taiwan.

Chen mengungkapkan bahwa beasiswa ini awalnya hanya diberikan kepada pelajar dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, namun kemudian diperluas hingga ke negara-negara sahabat.

Ia menambahkan bahwa TETO juga mendirikan berbagai basis di Indonesia untuk mempromosikan program beasiswa khusus dan menarik lebih banyak pelajar negara tersebut untuk belajar, magang, dan bekerja di Taiwan, sekaligus mempromosikan pendidikan bahasa Mandarin di sana.

Chen menyatakan bahwa jumlah pelajar Indonesia yang mengikuti Ujian Kemampuan Bahasa Mandarin (TOCFL) Taiwan juga meningkat setiap tahunnya, di mana ada 2.500 peserta pada tahun 2023 dan diperkirakan akan lebih banyak lagi tahun ini.

Ke depannya, Chen mengatakan, kerja sama pendidikan antara Taiwan dan Indonesia memiliki banyak peluang, karena Indonesia memiliki sekitar 10 juta orang keturunan Tionghoa, yang akan menjadi potensi besar dalam bidang pendidikan di masa depan.

"Sebagian besar warga keturunan Tionghoa di Indonesia ... berharap bisa melanjutkan pendidikan di Taiwan di masa mendatang. Oleh karena itu, ini merupakan potensi yang akan kami kembangkan dalam promosi pendidikan. Kami sangat yakin hubungan Taiwan dan Indonesia di bidang ini akan semakin erat di masa depan," kata Chen.

Selesai/ ML

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.