Taipei, 19 Des. (CNA) Setelah pawai akbar pekerja migran baru-baru ini ditanggapi secara alot oleh sebagian publik Taiwan, Migrant Empowerment Network in Taiwan (MENT) selaku penyelenggara hari Kamis (18/12) menyerukan dialog yang lebih ramah dan rasional serta menegaskan negara membutuhkan partisipasi tenaga kerja asing.
Pawai akbar dua tahunan pekerja migran kembali digelar di Taipei pada 7 Desember dengan membawa tuntutan dihapuskannya batas masa kerja tenaga kerja asing kerah biru di Taiwan. Namun, setelahnya, riak timbul di media sosial, di mana sebagian publik menyampaikan komentar negatif.
Menanggapi ini, MENT, dalam sebuah unggahan media sosial tepat pada Hari Migran Internasional, mengatakan, "Sebagian opini publik di media sosial menimbulkan kesalahpahaman, komentar yang tidak relevan dengan tuntutan, bahkan menolak hak partisipasi publik pekerja migran."
"Hal ini tidak hanya mencerminkan kesenjangan pemahaman masyarakat terhadap kondisi pekerja migran, tetapi juga menyoroti bahwa diskusi publik di Taiwan tentang hak-hak pekerja dan partisipasi demokratis masih perlu diperdalam," kata aliansi yang terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat sipil tersebut.
Untuk itu, MENT mengatakan masyarakat perlu dialog yang lebih ramah dan rasional tentang isu pekerja migran, seraya mencatat bahwa mereka mengalami lingkungan kerja yang tidak pernah dialami warga Taiwan.
"Sebelum fokus pada kekhawatiran jumlah pekerja migran tak berdokumen yang meningkat, yang lebih penting untuk dibahas adalah bagaimana regulasi dan diskriminasi terhadap pekerja migran legal memaksa mereka pergi [dari Taiwan]," kata mereka.
MENT pun menyerukan masyarakat Taiwan untuk menghormati pekerja migran dan serikat yang berpartisipasi dalam aksi, seraya menegaskan hal itu dijamin secara hukum. Publik juga harus menjadikan perbedaan sebagai titik awal pemahaman, serta mendorong persatuan dan kemajuan sosial, kata mereka.
Di sisi lain, MENT juga mencatat, anggapan bahwa tuntutan pekerja migran untuk hak bekerja jangka panjang adalah privilese dan tenaga kerja asing tidak terlalu penting bagi Taiwan "Bertentangan dengan realitas sosial Taiwan."
Jika pekerja migran tidak lagi datang, yang akan runtuh adalah ekonomi dan sistem perawatan jangka panjang Taiwan, kata aliansi.
Di sektor industri manufaktur tradisional, menurut MENT, banyak pekerja teknis lokal senior telah pensiun, dan tidak sedikit pabrik bergantung pada pekerja migran berpengalaman untuk tetap beroperasi.
"Jika terus ada hambatan atau atmosfer permusuhan sehingga pekerja migran pergi, kerugian tidak hanya dirasakan pekerja lokal di industri tersebut, tetapi juga seluruh rantai produksi, distribusi, logistik, serta penelitian dan pengembangan," kata MENT.
Sementara itu, di sektor perawatan, "Pekerja migran senior yang sudah memahami bahasa dan budaya Taiwan memiliki keterampilan dan pengalaman menangani situasi perawatan. Jika mereka harus meninggalkan Taiwan karena batasan masa kerja, ini adalah kerugian besar bagi masyarakat Taiwan," kata MENT.
Seiring Taiwan menghadapi pertumbuhan penduduk negatif, "Perekrutan pekerja migran bukan lagi strategi menekan biaya, tetapi kebutuhan dasar masyarakat. Pekerja migran bukan tenaga tambahan, tetapi penopang operasi sehari-hari masyarakat," kata MENT.
"Ini bukan era 30 tahun lalu ketika pekerja migran dianggap ancaman bagi pekerjaan warga Taiwan, tetapi era di mana mereka harus dilihat sebagai anggota masyarakat," kata aliansi.
Pekerja migran dan lokal memiliki satu kesamaan: hak mereka tidak akan membaik tanpa diperjuangkan, kata MENT. "Pekerja migran di posisi paling bawah tidak menyerah untuk bersatu dan bersuara. Pekerja Taiwan seharusnya juga bersatu untuk menuntut hak mereka," kata aliansi.
Selesai/IF