Taipei, 17 Des. (CNA) Taiwan akan mengajukan permohonan sertifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas keberhasilannya dalam mencegah dan mengobati hepatitis C pada akhir tahun ini, kata Presiden Lai Ching-te (賴清德) dalam sebuah konferensi pers hari Rabu (17/12).
"Kami dijadwalkan untuk mengajukan permohonan ke Kantor Regional WHO untuk Pasifik Barat guna mengesahkan eliminasi hepatitis C pada akhir tahun ini, untuk menunjukkan kepada dunia tekad Taiwan dalam menjaga kesehatan masyarakat dan berbagi strategi serta pengalaman kami," kata Lai.
Mengingat Taiwan bukan anggota WHO, mungkin akan menjadi tantangan untuk mendapatkan sertifikasi WHO, namun Lai pada Rabu tampak yakin bahwa Taiwan telah memposisikan dirinya untuk pengakuan tersebut.
Taiwan meyakini telah memenuhi kriteria sertifikasi tingkat emas dalam kerangka tiga tingkat “Path to Elimination” milik WHO, yang dirancang untuk menurunkan infeksi hepatitis baru sebesar 90 persen dan kematian terkait hepatitis sebesar 65 persen secara global dibandingkan tingkat tahun 2015.
Taiwan juga telah mencapai tingkat diagnosis dan pengobatan di atas 90 persen serta keselamatan darah dan suntikan 100 persen, sekaligus menyediakan lebih dari 150 akses jarum suntik steril bagi setiap individu yang menggunakan narkoba suntik, kata Shen Ching-fen (沈靜芬), Direktur Jenderal Promosi Kesehatan.
Standar tingkat emas WHO menetapkan cakupan keselamatan darah dan suntikan 100 persen, cakupan diagnosis 80 persen, dan cakupan pengobatan 70 persen, serta penyediaan setidaknya 150 jarum dan alat suntik per orang per tahun bagi pengguna narkoba suntik.
Mengutip laman WHO, karena hepatitis C sangat erat kaitannya dengan penularan lewat darah, dan penggunaan narkoba suntik adalah salah satu jalur penularan terbesar di dunia, maka kewajiban menyediakan 150 jarum dan alat suntik per orang per tahun bagi pengguna narkoba suntik adalah bagian dari strategi pengurangan dampak buruk.
Standar WHO tidak mengharuskan "eliminasi" total penyakit tersebut, yang mana Taiwan belum mencapainya, dengan 395 kasus hepatitis C akut dan delapan kematian akibat penyakit tersebut yang dilaporkan di Taiwan sejauh tahun ini, menurut data Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan.
Namun Lai mengatakan Taiwan telah mengambil banyak langkah untuk mengurangi prevalensi penyakit tersebut, mulai dari mendirikan kantor nasional untuk pencegahan hepatitis C hingga memasukkan obat antivirus kerja langsung terbaru ke dalam sistem asuransi kesehatan nasional, sehingga secara signifikan menurunkan biaya pengobatan.
Sejak obat-obatan tersebut pertama kali ditanggung pada Januari 2017, sekitar 176.000 warga Taiwan telah menjalani pengobatan hepatitis C hingga Juni, dengan tingkat kesembuhan 98,4 persen, kata Lai.
Pada tahun 2018, kata Lai, ia menyetujui Pedoman Kebijakan Hepatitis C Taiwan dalam kapasitasnya sebagai perdana menteri, membuka jalan bagi kebijakan kesehatan masyarakat presisi yang berfokus pada langkah pencegahan untuk berbagai demografi.
Namun, Taiwan mungkin tidak memenuhi syarat untuk sistem validasi negara WHO, karena badan tersebut tidak mengakui Taiwan sebagai negara.
WHO juga dapat menolak laporan yang sedang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) untuk badan kesehatan tersebut yang mendokumentasikan perjalanan Taiwan dalam mengeliminasi penyakit tersebut mengingat Taiwan bukan anggota.
Shen mengatakan hal itu merupakan kemungkinan, namun menegaskan bahwa MOHW akan tetap mengajukan laporan tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Chuang Jen-hsiang (莊人祥) mengatakan kementerian telah memberitahu para ahli di Kantor Regional WHO untuk Pasifik Barat tentang pengiriman laporan tersebut dan telah mengirimkannya terlebih dahulu.
Hepatitis C adalah peradangan hati dan umumnya ditularkan melalui suntikan dan praktik seksual yang tidak aman, serta dapat menyebabkan penyakit seumur hidup seperti sirosis hati dan kanker hati, menurut WHO.
Diperkirakan 50 juta orang di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C kronis, dengan sekitar 1 juta infeksi baru setiap tahunnya, catat WHO.
Karena Taiwan bukan anggota WHO, Taiwan berpartisipasi dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHA) sebagai pengamat dari tahun 2009 hingga 2016 dengan nama "Chinese Taipei" di bawah pemerintahan Kuomintang saat itu, yang mendorong hubungan lebih dekat dengan Tiongkok.
Karena tekanan politik dari Tiongkok, Taiwan telah dikeluarkan dari WHA sejak 2017, setelah Partai Progresif Demokratik (DPP) yang condong pada kemerdekaan berkuasa pada 2016.
Selesai/ja