Berita Pilihan Taiwan Berbahasa Indonesia EP2

08/12/2025 18:40(Diperbaharui 08/12/2025 18:44)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Berikut berita pilihan Taiwan berbahasa Indonesia CNA edisi kedua:

Pawai akbar pekerja migran dua tahunan di Taipei

Berita pertama, pawai akbar dua tahunan pekerja migran kembali digelar di Taipei pada 7 Desember, membawa tuntutan dihapuskannya batas masa kerja di Taiwan.

Sekitar seribu orang turun ke jalan, menyuarakan dukungan terhadap hak pekerja migran. Tuntutan utama mereka adalah agar batas masa kerja di Taiwan untuk pekerja migran kerah biru, yakni 12 sampai 14 tahun, dihapuskan.

Ketua SEBIMA Ignas: "Gimana ya, saya susah mengungkapannya. Gimana ya, ya sedih ya, ya marah, ya kecewa, itu campur aduk. Apalagi kami sudah, apa ya, kalau dalam bahasa keseharian kami itu seolah-olah kami itu punya, ada rumah kedua juga di sini gitu lo, di mana kami bersosialisasi berinteraksi dengan kawan-kawan kan."

Mereka juga menolak program Pekerja Teknis Tingkat Menengah atau PTTM, yang mengizinkan pekerja migran bekerja di Taiwan lebih lama,  jika berhasil lolos syarat dan mengikuti proses tertentu.

Ketua SBIPT Fajar: "Namun, dalam hal ini pemerintah Taiwan itu memakai program yang namanya PTTM itu untuk mem-framing ataupun membuat kebijakan dengan bisa bertahan lama bekerja di Taiwan. Namun sebenarnya itu adalah bentuk eksploitasi. Nah selain bentuk eksploitasi itu kita juga melihat bahwa ini adalah sebagai bentuk diskriminasi."

Penyelenggara aksi mengatakan penghapusan batas masa kerja dapat menguntungkan Taiwan, yang sedang kekurangan tenaga kerja, dan menyebut program PTTM bermasalah karena bergantung pada keputusan majikan.

Menanggapi aksi, Kementerian Ketenagakerjaan membela program PTTM, yang mereka sebut telah memfasilitasi 60.000 pekerja migran. Mereka mengakui ada kekurangan dalam pelaksanaannya, dan berjanji akan terus membuat perbaikan.

CNA kunjungi TETO, simak pertukaran Taiwan-Indonesia

Selanjutnya, CNA pada akhir November mengunjungi TETO di Jakarta, menyimak pemaparan mendalam terkait pencapaian dan potensi pertukaran Indonesia-Taiwan.

CNA Taiwan baru-baru ini mengunjungi Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Indonesia (TETO), menyimak pemaparan tentang capaian kerja sama dan prospek Taiwan–Indonesia di bidang ekonomi, pariwisata, pendidikan, dan pekerja migran. 

Kepala TETO Indonesia Bruce Hung: "Ada lebih dari 300 ribu pekerja migran Indonesia di Taiwan. Hubungan antarmasyarakat ini menurut saya jadi fondasi terpenting di hubungan bilateral Taiwan-Indonesia. Di bidang ekonomi dan perdagangan, kedua pihak saling membutuhkan. [Kami] berusaha membantu, baik pengusaha Taiwan [di Indonesia] maupun pihak Indonesia yang ingin berinvestasi di Taiwan, kami memberikan dukungan bagi mereka. Taiwan dan Indonesia dapat saling melengkapi keunggulan masing-masing dan bersama-sama menciptakan situasi saling menguntungkan. Kebijakan 'diplomasi komprehensif' dan 'negara matahari tak pernah tenggelam dalam bidang ekonomi' yang diajukan setelah Presiden Lai Ching-te menjabat, dengan upaya seluruh tim, saya yakin kita akan terus bergerak dan bekerja menuju arah 'diplomasi komprehensif' tersebut."

Keragaman pertukaran dan kebutuhan antara Taiwan dan Indonesia membuat TETO Indonesia menjadi salah satu kantor perwakilan Taiwan terbesar di Asia. Bagian visa tampak sangat sibuk saat CNA berkunjung, memfasilitasi teman-teman Indonesia yang hendak menginjakkan kaki di tanah Formosa.

Direktur Divisi Konsuler TETO Jenny Wu"Saat ini Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara asal pekerja migran, peringkat pertama asal mahasiswa magang, peringkat pertama asal anak buah kapal migran, peringkat kedua asal mahasiswa asing, dan peringkat kedua asal warga asing pasangan warga Taiwan. Dari sini juga bisa dilihat ukuran divisi konsuler kami sangat besar."

Warga Indonesia yang datang ke Taiwan bukan hanya pekerja migran dan pasangan warga Taiwan, dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak pula generasi muda Indonesia yang datang untuk belajar di Taiwan.

Universitas-universitas Taiwan menyambut baik pelajar Indonesia, setiap tahunnya pameran pendidikan tinggi Taiwan digelar di kota-kota besar Indonesia.

Direktur Divisi Pendidikan TETO Grace Ou"Pusat Pendidikan Taiwan didanai Kementerian Pendidikan Taiwan dan didirikan di kampus-kampus penting Indonesia. Fungsinya terutama memberikan konsultasi profesional dan seminar sosialisasi, serta menyelenggarakan penjelasan tentang pendidikan Taiwan di berbagai jenjang sekolah. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah orang yang datang untuk berkonsultasi setiap tahun mencapai puluhan ribu. Setiap tahun tersedia 37 kuota Taiwan Scholarship bagi mahasiswa Indonesia untuk menempuh pendidikan gelar di Taiwan, mulai dari sarjana, magister, hingga doktor. Selain itu ada Huayu Enrichment Scholarship untuk mahasiswa Indonesia belajar bahasa Mandarin di Taiwan selama enam bulan hingga satu tahun, dengan hasil yang sangat baik. Saat ini, tiga staf kami sendiri adalah penerima beasiswa bahasa tersebut."

Ke mana pun takdir membawa pelajar Indonesia setelah lulus dari Taiwan, baik bekerja di Taiwan maupun kembali mengabdi di Indonesia, komunitas alumni Taiwan yang besar telah menjadi fondasi penting serta kekuatan pendukung terbesar bagi pengembangan hubungan Taiwan–Indonesia.

(Oleh Jennifer Aurelia dan Jason Cahyadi)

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.