Taipei, 30 Sep. (CNA) Yuan Eksekutif (Kabinet) telah menyebut program berencana mereka untuk menanggulangi tingkat kelahiran rendah di Taiwan dirancang secara komprehensif dengan prinsip "berani menikah, mau melahirkan, dan nyaman membesarkan anak."
Hal ini disampaikan menanggapi Pusat Anggaran Yuan Legislatif (Parlemen) yang menilai kebijakan pemerintah dalam menghadapi penurunan angka kelahiran masih terlalu bergantung pada subsidi tunai, yang mereka sebut hanya memberi dampak jangka pendek.
Laporan Pusat Anggaran menyebut bahwa sejak rencana penanganan penurunan angka kelahiran diluncurkan pada 2018 hingga 2025, mayoritas kebijakan berfokus pada pemberian tunai satu kali atau dengan batas waktu tertentu. Ketika subsidi berakhir, keluarga tetap menghadapi kondisi sulit dalam membesarkan anak, kata mereka.
Hal ini diperkuat data Kementerian Dalam Negeri yang menunjukkan angka kelahiran total Taiwan turun dari 1,125 pada 2017 menjadi 0,8856 pada 2024, jauh dari target 1,4 yang ditetapkan pemerintah, tulis Pusat Anggaran Parlemen.
Pusat Anggaran menilai kebijakan yang terlalu fokus pada subsidi justru tidak menyentuh akar masalah, seperti harga rumah yang tinggi atau lingkungan kerja yang tidak ramah keluarga.
Menanggapi hal ini, Kabinet menyatakan bahwa kebijakan pemerintah tidak hanya berfokus pada subsidi, tetapi dirancang secara komprehensif dengan prinsip agar warga "berani menikah, mau melahirkan, dan nyaman membesarkan anak."
Program tersebut mencakup cuti melahirkan fleksibel, perluasan subsidi perawatan bayi, peningkatan bantuan untuk program bayi tabung, hingga insentif pajak bagi keluarga dengan anak, lanjut Kabinet.
Kabinet pun menyebut bahwa sejak subsidi untuk program bayi tabung diperluas pada Juli 2021, sudah ada lebih dari 13 ribu pasangan yang berhasil memiliki anak berkat bantuan ini.
Selain itu, kata Kabinet, juga ada paket kebijakan "Trio Prioritas Pemuda" dan "Tiga Langkah Kehamilan Bahagia" yang diluncurkan September untuk meringankan beban keluarga muda lewat subsidi kelahiran hingga NT$100 ribu (Rp54,80 juta), perbaikan akses perawatan, serta dukungan finansial yang lebih besar.
(Oleh Kao Hua-chien dan Agoeng Sunarto)
Selesai/JC