Taipei, 30 Sep. (CNA) Anak imigran baru Indonesia, Chen Yi-chun (陳宜均), menjadi anggota grup pemuda Di Rumah dengan membawa cita-cita dapat membagikan pengalaman ibunya beradaptasi di Taiwan kepada lebih banyak orang, kata Direktorat Jenderal Pengembangan Pemuda (YDA) pada Senin (29/9).
Chen, yang ibunya datang sendirian dari Indonesia ke Xiaoliuqiu, juga berharap dapat membuat publik memahami kisah dan tantangan yang dialami perempuan migran lainnya yang meninggalkan kampung halaman untuk tinggal di pulau kecil di lepas pantai barat daya Taiwan itu, kata YDA dalam sebuah rilis pers.
Ia memulai dari kenangan makan di meja makan ibunya, mengajak imigran baru dan pemuda lokal berpartisipasi, menggabungkan cita rasa kampung halaman dengan bahan lokal untuk menciptakan masakan asli atau kuliner kreatif yang memadukan budaya, menurut YDA.
Mereka juga melakukan wawancara dan mendokumentasikan kisah hidup, berbagi pengalaman melalui makan bersama, sehingga mendorong pengenalan dan penerimaan komunitas terhadap imigran baru, kata ditjen tersebut.
Selain Chen, ditjen tersebut juga membagikan kisah Fang Yu (方禹), anggota tim A Little Bang, yang memulai dari kehidupan pekerja migran di kota tua Taichung, bekerja sama dengan 1095 Migrants Cultural Association.
Melalui observasi lapangan, kolom daring, dan kegiatan berjalan sambil belajar, mereka mengundang pekerja migran untuk berbagi pengalaman hidup dan harapan masa depan di kota tua tersebut, kata YDA.
Hasilnya dibukukan dalam kurasi aksi berjudul "Yours and Migrant Workers Shapes of Taichung Old Town" (你的、移工們的台中舊城形狀), sehingga lebih banyak orang dapat memahami kehidupan sehari-hari kelompok imigran baru sekaligus menandai partisipasi pekerja migran dalam perubahan kota Taiwan, kata YDA.
YDA menyatakan, untuk mendorong pemuda menyadari isu-isu lokal serta menyalurkan kreativitas dan keahlian mereka, mereka telah mendorong warga berusia 18–35 tahun membentuk tim dan mengajukan proposal melalui "Program Penggerak Perubahan dan Pertemuan Pemuda dalam Keterlibatan Komunitas Pemuda 2.0".
Program ini juga menyediakan dana aksi, konsultasi bimbingan dari mentor, dan bantuan lainnya, kata ditjen tersebut, menambahkan bahwa selain isu pembangunan komunitas dan memori budaya, banyak tim juga fokus pada imigran baru di tanah Taiwan.
Tahun ini, sebanyak 50 tim aksi disetujui, mencakup berbagai isu dan budaya kelompok di berbagai wilayah. Dorongan aksi pemuda di tingkat lokal diharapkan dapat merespons kebutuhan daerah sekaligus menunjukkan tanggung jawab generasi terhadap pelestarian budaya dan inovasi sosial, kata YDA.
(Oleh Phoenix Hsu dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF