FEATURE /Semangat belajar di kalangan PMI (1): Tak hanya dapat upah, juga pulang bawa ijazah

12/09/2025 17:13(Diperbaharui 12/09/2025 17:13)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Ria Nurhisaroh, salah satu lulusan terbaik di kelas Paket C PKBM PPI Taiwan. (Sumber Foto : CNA)
Ria Nurhisaroh, salah satu lulusan terbaik di kelas Paket C PKBM PPI Taiwan. (Sumber Foto : CNA)

Oleh Muhammad Irfan, reporter staf CNA

Ria Nurhisaroh hari itu tampak bahagia. Menggunakan toga, ia juga mendekap sampul tebal ukuran A4 yang berisi ijazah kejar paket C-nya. Pekerja migran Indonesia (PMI) asal Banyumas ini baru saja didaulat lulus dari program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Taiwan dan diwisuda pada Minggu (7/9) di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, dengan nilai tertinggi dengan 93 dari 100.

"Dulu saya enggak mampu (meneruskan pendidikan), sekarang Alhamdulillah bisa menyelesaikan program ini," kata Ria yang sudah 10 tahun bekerja di Taiwan sebagai seorang pengasuh lansia.

Ria menerawang, di masa lalu, keluarganya menghadapi situasi ekonomi yang sulit sehingga tak mampu menyekolahkan Ria, yang merupakan anak pertama untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Apalagi, punya dua adik lain yang harus bersekolah, kata Ria.

"Saya enggak mau membebani orang tua, jadi saya mengalah. Dan setelah lulus SMP saya langsung bekerja," kata Ria yang lulus SMP di tahun 2007.

Ria sadar, sejatinya pendidikan tak hanya cukup sampai jenjang SMP. Oleh karena itu meski telah 15 tahun lulus SMP, Ria masih berupaya mengejar semangat belajar yang selama ini terus bergelora di dalam dirinya.

"Biar wawasannya luas," kata Ria.

Sementara di acara wisuda yang sama, PMI asal Banyumas lainnya, Yuniken Indasari juga meraih nilai tertinggi di kelas Paket C-nya. Sama seperti Ria, Niken juga punya nilai nyaris sempurna.

Yuniken Indasari, salah satu siswa terbaik di Kejar Paket C 2025 PKBM PPI Taiwan. (Sumber Foto : CNA)
Yuniken Indasari, salah satu siswa terbaik di Kejar Paket C 2025 PKBM PPI Taiwan. (Sumber Foto : CNA)

Senada dengan Ria, Niken juga tak bisa melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi di masa lalu karena ketidakmampuan keluarganya. Namun, ketika di Taiwan, ia senang saat mengetahui ada program kejar paket C yang bisa diikuti oleh PMI.

"Karena selalu ada perasaan ingin melanjutkan (pendidikan). Kebetulan sekarang ada rezeki lebih dan untuk masa depan yang lebih cerah, akhirnya saya ikut program ini," kata Niken yang menyebut biaya sekolah di PKBM PPI Taiwan adalah NT$ 22.000 (Rp11,9 juta) yang bisa dicicil selama masa studi tiga tahun.

"Daftarnya bisa di Facebook dan admin-nya juga cepat balasnya," kata Niken yang sudah lima tahun bekerja di Taiwan sebagai pengasuh lansia.

Dukungan majikan dan tantangan belajar sambil bekerja

Proses belajar bagi PMI di Taiwan tidaklah mudah. Mereka harus bisa membagi waktu antara jam kerja dengan jam belajar. Menurut Niken, biasanya dalam satu pekan ada tiga sampai lima pertemuan dengan durasi sekitar dua jam di tiap pertemuannya.

Pengajaran dilakukan oleh tutor PKBM PPI Taiwan dan biasanya ada juga pekerjaan rumah yang perlu diunggah secara daring.

"Harus pintar-pintar cari waktu agar bisa tetap belajar. Mengerjakan tugas, ujian. Capai sih, ya tapi harus semangat," kata Niken.

Niken menyebut sejauh ini majikannya mendukung proses belajar dia. Tetapi situasi tidak selalu nyaman. Ada kalanya kakek, atau pasien yang ia juga harus mendapat perawatan intensif sehingga dirinya juga memiliki lebih sedikit waktu luang.

"Jadi ya curi-curi waktu saja. Pintar-pintar kitanya," kata Niken.

Sementara Ria, majikannya mendukung dengan memberi perangkat belajar berupa iPad dan bahkan mereka mendanai sekolah Ria di PKBM PPI Taiwan. Menurutnya, selain dari motivasi pribadi, dukungan dari majikan seperti itu sangat penting dalam proses pembelajaran dirinya.

"(Majikan) kalau kasih tahu, sekolah itu tidak ada batasan umur. Dan dia bilang dengan wawasan yang luas kita bisa lebih kritis," kata Ria yang bekerja di Tainan.

Proses belajar di PKBM PPI Taiwan untuk kejar paket C adalah tiga tahun. Di masa pembelajaran yang panjang ini, dengan situasi yang tidak mudah, tak heran kalau banyak teman-teman yang mundur. Di kelas Ria misalnya dari 14 orang yang ikut serta, hanya sembilan orang yang lulus sampai wisuda.

Tak hanya dapat upah, tapi juga ijazah

Ijazah kejar paket C yang kini didapat Ria dan Niken memicu semangat lebih bagi keduanya untuk terus belajar. Ria misalnya, punya cita-cita jadi guru dan ia berencana meneruskan pendidikannya ke Universitas Terbuka yang juga ada di Taiwan.

"Sempat saya tanya ke tutor, terus mereka merekomendasikan jurusan komunikasi," kata Ria.

Sementara Niken, ia merasa mimpinya yang tertunda kini tercapai. Namun ini bukan akhir melainkan awal bagi dirinya. Sama seperti Ria, dia juga berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.

"Supaya nanti pulang ke Indonesia bisa dapat kesempatan yang lebih baik," kata Niken.

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.