NTUST gandeng mahasiswa Indonesia dan Jepang bangun wisata Penduduk Asli

30/06/2025 19:46(Diperbaharui 30/06/2025 19:46)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Tim pengabdian masyarakat memugar Jalur Pendakian Babaw Kulu di Kabupaten Yilan. (Sumber Foto : NTUST)
Tim pengabdian masyarakat memugar Jalur Pendakian Babaw Kulu di Kabupaten Yilan. (Sumber Foto : NTUST)

Taipei, 30 Juni (CNA) National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) mengatakan mereka telah bekerja sama dengan mahasiswa Indonesia dan Jepang untuk membantu komunitas Penduduk Asli di Kabupaten Yilan membangun sistem pemandu budaya dan jalur ekowisata.

Hal ini dilakukan sebagai kegiatan pengabdian masyarakat selama musim panas yang diharapkan dapat menarik minat warga dan wisatawan untuk berkunjung serta menyuntikkan semangat inovasi dan keberlanjutan di Dong'ao, kata NTUST dalam sebuah rilis pers hari Senin (30/6).

NTUST menyatakan bahwa program ini telah diterapkan sejak tahun 2020 saat pertama kali mereka memasuki kampung Suku Atayal di Yilan dan telah berjalan selama enam tahun berturut-turut, dengan edisi tahun ini berfokus pada revitalisasi budaya, panduan wisata, inovasi pendidikan, dan pendidikan berkelanjutan.

Tahun ini, kata NTUST, mereka menggandeng Songshan High School of Agriculture and Industry, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), dan Osaka Institute of Technology (OIT) dalam melaksanakan praktik lapangan selama sepuluh hari dalam bentuk kerja sama internasional untuk pertama kalinya.

NTUST mengatakan bahwa tim, bersama pemuda Penduduk Asli, memugar kembali Jalur Pendakian Babaw Kulu, yang memiliki makna sejarah mendalam sebagai lokasi berburu dan bercocok tanam bagi warga kampung, namun telah ditutup selama bertahun-tahun akibat kerusakan dan bencana angin.

Mereka membangun ulang tangga, gazebo, serta fasilitas lain, termasuk membersihkan saluran air, memasang batu serpentinit, dan papan peringatan keselamatan, dengan metode konstruksi yang ramah ekologi, kata NTUST.

Peserta dari UKWMS, Brian Lionardi, mengatakan bahwa "Meskipun memindahkan batu besar cukup melelahkan ditambah cuaca yang panas, namun perasaan puas setelah berhasil menyelesaikannya dan kebahagiaan karena bisa membantu orang lain membuat saya merasa sangat terpenuhi."

NTUST mengatakan bahwa aksi ini tidak hanya menghadirkan kembali jalur yang aman, tetapi juga menghidupkan lagi narasi budaya kampung, dengan harapan menarik warga lokal dan wisatawan untuk berkunjung kembali.

Dinding informasi yang dipasang tim. (Sumber Foto : NTUST)
Dinding informasi yang dipasang tim. (Sumber Foto : NTUST)

Menanggapi meningkatnya permintaan wisata internasional, kata universitas, tim juga memasang dinding informasi multibahasa dan papan budaya di Stasiun Dong’ao dan titik wisata sekitarnya

Materi panduan mencakup sejarah, teknik tenun, budaya memanah, dan pengenalan lagu sekolah suku Atayal, dengan sistem yang tersedia dalam bahasa Mandarin, Inggris, Jepang, Korea, dan Atayal, yang didukung panel surya dan mekanisme putar yang menyimpan listrik di siang hari dan menyala saat malam, kata NTUST.

Tim juga membangun papan informasi edukatif dan interaktif di Sekolah Dasar Dongao yang menggunakan kayu dan akrilik, menggabungkan permainan pinball, puzzle, kotak lampu sensorik, dan kode QR bersuara, kata universitas.

Guru bahasa Atayal turut merekam konten panduan, sehingga anak-anak bisa belajar bahasa suku melalui permainan, kata universitas.

Sementara itu, kata NTUST, tim juga merancang berbagai topik praktikum di mana anak-anak diperkenalkan pada konsep lingkungan mulai dari pembangkitan listrik, reaksi asam-basa, hingga jejak karbon, untuk menumbuhkan kreativitas dan pola pikir hijau mereka sejak dini.

Tim program menyatakan harapan mereka agar melalui penciptaan bersama dengan komunitas, wawancara lapangan, dan pembangunan kepercayaan, mereka dapat beralih dari "pelayanan pasif" menjadi "kolaborasi aktif" dalam menciptakan sistem pemandu budaya dan jalur ekowisata.

(Oleh Phoenix Hsu dan Jason Cahyadi)

Selesai/ML

Tim bersama para pelajar di Sekolah Dasar Dongao. (Sumber Foto : NTUST)
Tim bersama para pelajar di Sekolah Dasar Dongao. (Sumber Foto : NTUST)
How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.