Taipei, 1 Jun. (CNA) Lebih dari 60 persen pasien kanker payudara mengalami tekanan emosional jangka panjang atau masalah terkait stres sebelum diagnosis, menurut survei baru yang dirilis oleh Yayasan Kanker Payudara Taiwan (TBCF) pada hari Minggu (25/5).
Ketua TBCF Chang Chin-chien (張金堅) mengatakan semakin banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stres kronis dan perkembangan, progresi, serta metastasis kanker (penyebaran sel kanker). Ia menjelaskan bahwa stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan, yang keduanya berkontribusi pada pertumbuhan tumor.
Berbicara di forum TBCF tentang kualitas hidup pasien, Chang mengatakan bahwa meskipun stres jangka pendek dapat dikelola, stres kronis menyebabkan sekresi hormon berlebihan seperti kortisol dan adrenalin, yang berdampak negatif pada kesehatan secara keseluruhan.
Hormon stres ini, lanjutnya, dapat mengubah lingkungan mikro tumor dengan meningkatkan faktor peradangan yang berbahaya dan mendorong pembentukan pembuluh darah serta saraf baru, yang dapat memicu pertumbuhan dan penyebaran tumor.
Survei yang dilakukan dari akhir Februari hingga 31 Maret dengan 2.450 tanggapan yang valid itu juga menemukan bahwa ketakutan akan kekambuhan kanker adalah beban psikologis paling umum selama pengobatan dan pemulihan, memengaruhi 60 persen pasien.
Ketidaknyamanan terkait pengobatan, termasuk mual, kelelahan, dan nyeri, juga menjadi sumber stres emosional yang signifikan. Sekitar 44 persen responden mengatakan gejala-gejala ini sering menyebabkan kecemasan atau suasana hati yang rendah.
Chang juga menyoroti bahwa stres kronis menekan pertahanan kekebalan tubuh dengan mengurangi jumlah sel T sitotoksik dan sel pembunuh alami yang menyerang kanker, sekaligus meningkatkan sel penekan kekebalan yang melindungi tumor.
Untuk mengatasi efek ini, ia merekomendasikan agar pasien mengadopsi pola makan ala Mediterania dan menjaga aktivitas fisik secara teratur untuk mengurangi stres dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.
Selesai/ML