Taipei, 1 Nov. (CNA) Pemerintah Taiwan baru-baru ini meluncurkan sebuah inisiatif untuk mempromosikan kerja sama global dalam meningkatkan keamanan kabel bawah laut, menyusul laporan gangguan terhadap kabel-kabel tersebut di dekat Taiwan dan di seluruh dunia.
Manajemen Inisiatif Kabel Bawah Laut Internasional bertujuan untuk "mengumpulkan para pemangku kepentingan, menyelaraskan standar, mempromosikan praktik terbaik, dan mengubah kekhawatiran bersama menjadi kerja sama yang bermanfaat," kata Menteri Luar Negeri Lin Chia-lung (林佳龍) dalam sebuah seminar di Taipei.
Proyek ini akan dikenal dengan nama "RISK," sebuah akronim dari risk mitigation (mitigasi risiko), information sharing (berbagi informasi), systemic reform (reformasi sistemik), dan knowledge building (pembangunan pengetahuan), ujarnya dalam seminar bertajuk "Taiwan-Europe Subsea Cable Security Cooperation Forum."
Lin mengatakan Taiwan berada di persimpangan penting pada peta komunikasi global, dengan beberapa kabel bawah laut internasional utama yang melewati atau berada di dekat negara tersebut.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan berulang kali mengalami konsekuensi dari gangguan kabel, dalam beberapa kasus di mana otoritas lokal menemukan kerusakan pada kabel yang menghubungkan pulau-pulau terluar, kata menteri tersebut.
"Pengalaman-pengalaman ini telah mengajarkan kita pelajaran penting -- ketahanan tidak bisa dianggap remeh. Ketahanan harus dibangun melalui perencanaan, pelaksanaan, dan kerja sama," ujarnya, seraya menambahkan bahwa inilah alasan Taiwan meluncurkan inisiatif ini.
"Ini bukan proyek nasional, melainkan kemitraan global," kata Lin, mengajak para pemangku kepentingan di seluruh dunia untuk bergabung dalam inisiatif ini.
Proyek ini adalah "platform yang terbuka, inklusif, dan kolaboratif" untuk mengamankan masa depan "di mana data mengalir dengan bebas dan aman, di mana tidak ada negara yang tertinggal, dan di mana konektivitas diperlakukan sebagai barang publik, bukan senjata geopolitik," ujarnya.
Dalam seminar tersebut, anggota Parlemen Eropa Rihards Kols mengatakan bahwa saat ini terdapat lebih dari 600 kabel yang beroperasi atau direncanakan di seluruh dunia, membentang hampir 1,5 juta kilometer.
"Ini bukan sekadar jalur data. Ini adalah sistem saraf konektivitas demokratis," yang saat ini sedang berada di bawah tekanan, katanya.
Antara tahun 2023 dan 2025, terdapat 12 insiden terpisah yang memengaruhi jalur energi dan kabel bawah laut di seluruh wilayah Baltik, kata Kols, seraya menambahkan bahwa ia percaya insiden tersebut merupakan "tindakan sabotase."
Taiwan berada di persimpangan penting infrastruktur digital Indo-Pasifik dan merupakan pusat strategis untuk konektivitas global, kata Kols, yang berasal dari Latvia.
"Taiwan lebih memahami daripada kebanyakan negara lain apa artinya menjadi sasaran tekanan yang terus-menerus -- baik ekonomi, digital, naratif, maupun fisik -- itulah sebabnya pengalaman Taiwan sangat penting dan mengapa suara Taiwan harus menjadi bagian dari percakapan global ini," ujarnya.
Seminar tersebut diselenggarakan oleh Research Institute for Democracy Society and Emerging Technology yang berbasis di Taipei, Kementerian Luar Negeri Taiwan, dan Formosa Club -- sebuah kelompok lintas partai legislator Eropa yang bersahabat dengan Taiwan.
Selesai/ML