WAWANCARA /Saian Nur Fajri, sosok pembatik Indonesia di Taiwan

27/10/2025 15:09(Diperbaharui 27/10/2025 15:21)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Saian Nur Fajri memperlihatkan kepiawaian membatiknya dalam acara Festival Batik di Taipei baru-baru ini. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Saian Nur Fajri memperlihatkan kepiawaian membatiknya dalam acara Festival Batik di Taipei baru-baru ini. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Oleh Muhammad Irfan, staf reporter CNA

Saian Nur Fajri mungkin jadi sedikit dari banyaknya orang Indonesia di Taiwan yang piawai dalam aktivitas membatik. Tinggal di Taiwan sejak jenjang S2 dan kini menempuh S3 di National Yunlin University of Science and Technology, pria ini aktif membuka lokakarya batik yang diikuti tidak hanya sesama orang Indonesia, tetapi komunitas lokal sendiri.

"Saya mulai belajar membatik ini dari usia 14 tahun, dan terus saya tekuni sampai saya mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Profesi Batik dan pernah juga jadi asesor kompetensi batik saat masih di Indonesia," kata Saian yang berasal dari Magelang ini.

Aktivitas membatik di Taiwan dimulai tak lama saat ia menempuh studi master di Yunlin pada 2018. Saat itu ia sudah punya niat untuk memperkenalkan batik ke khalayak Taiwan, kata Saian.

Gayung bersambut, ia bertemu dengan Indonesian Diaspora Network (IDN) Taiwan yang kerap menggelar acara festival budaya Indonesia di Taiwan termasuk lokakarya batik.

"Dari situ dalam kurun waktu tujuh, delapan tahun ini sampai dua tahun terakhir sudah banyak yang tahu orang Taiwan kalau ada yang bisa mengajari batik di Taiwan. Saya pikir ya itu kesempatan kita sebagai orang Indonesia di Taiwan," kata Saian.

Menurut Saian ada banyak faktor yang membuat orang Taiwan menyenangi batik, seiring kebanyakan dari mereka memang sedang dengan aktivitas prakarya, apalagi ketika dibungkus dengan konteks budaya asing atau lebih spesifik dari Indonesia, yang membuat ketertarikan mereka semakin bertambah.

Selain itu, dalam konteks pertukaran budaya, di Taiwan, menurut pemegang visa Gold Card ini, masyarakat lokal juga mengenal "藍染" (lán rǎn), sebuah seni pewarnaan kain tradisional Taiwan yang paling terkenal.

Namun konten lokakarya yang paling digemari belakangan, kata Saian adalah bagaimana membedakan batik asli dan palsu. 

"Ini menurut mereka menarik, saat mereka pergi ke Indonesia jangan sampai membeli sesuatu yang palsu. Sehingga membantu UMKM di Indonesia juga," kata Saian.

Saian menyebut jam terbang dia dalam melatih batik belakangan meningkat. Biasanya, dari tengah tahun ke akhir tahun akan banyak undangan untuk mengisi lokakarya.

Beberapa orang yang antusias juga berupaya mengontaknya dan menanyakan ketersediaan studio Saian untuk menerima lokakarya secara berkala. Sayang, saat ini ia belum memililiki studio khusus.

"Sayangnya saya pribadi belum punya ruang untuk lokakarya. Jadi akses mereka untuk belajar jadi tidak fleksibel, harus dua pihak sama-sama ada waktu," kata Saian.

Adapun untuk kebutuhan alat, menurut Saian saat ini juga masih menjadi kendala karena harus dikirim langsung dari Indonesia. Masalahnya, menurutnya, sejumlah alat seperti pewarna dan cap batik berbahan kayu memiliki isu sendiri saat dibawa ke luar negeri, belum lagi riskannya kerusakan beberapa alat saat dikirim.

"Jadi biasanya alat kita bawa hand-carry. Karena pewarna ini enggak bisa dikirim. Saat ada teman pulang ke Indonesia paling nanti nitip. Pernah dicoba kirim pewarna tapi dikembalikan dan enggak bisa masuk Taiwan, begitu juga produk kayu," kata dia.

Saian pernah mencoba mensubtitusi bahan baku pewarna dengan yang ada di Taiwan, tetapi hasil akhirnya tidak terlalu baik, sehingga saat ini bahan baku masih bertumpu pada alat dari Indonesia.

Kendati demikian, ini bukan halangan baginya untuk terus memperkenalkan batik Indonesia di Taiwan. Selalu ada jalan dan ia membuktikan selalu punya ruang untuk menjadi jembatan budaya antara Indonesia dan Taiwan.

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.