Kandidat ketua KMT akan desak Tiongkok: 'Tidak ada kemerdekaan, tidak ada kekerasan'

14/10/2025 15:08(Diperbaharui 14/10/2025 15:08)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Mantan Wali Kota Taipei Hau Lung-bin. (Sumber Foto : CNA, 14 Oktober 2025)
Mantan Wali Kota Taipei Hau Lung-bin. (Sumber Foto : CNA, 14 Oktober 2025)

Taipei, 14 Okt. (CNA) Mantan Wali Kota Taipei Hau Lung-bin (郝龍斌), yang saat ini mencalonkan diri sebagai ketua Kuomintang (KMT), pada Selasa (14/10) mengusulkan untuk membuat kesepakatan dengan Tiongkok berupa "Tidak ada penggunaan kekuatan selama Taiwan tidak mendeklarasikan kemerdekaan."

Dalam konferensi pers yang mengumumkan kebijakan lintas selatnya, Hau mengatakan bahwa ia secara resmi akan meminta Tiongkok untuk meninggalkan penggunaan kekuatan terhadap Taiwan sebagai imbalan atas janji untuk tidak mengejar visi kemerdekaan Taiwan.

Ia menyatakan bahwa upaya dari kedua belah pihak sangat penting untuk membangun niat baik di seluruh selat. Oleh karena itu, pelanggaran udara dan laut yang terus-menerus dilakukan Tiongkok, serta latihan militer berulang di sekitar Taiwan, merupakan hambatan terbesar bagi hubungan damai dan stabil antara kedua sisi selat.

Hau juga mengusulkan kebijakan, termasuk mengadakan debat besar di dalam partai mengenai kebijakan lintas selat, mendorong pembentukan kantor partai di Beijing dan Shanghai, serta memperluas pengalaman positif dari Forum Kota Taipei-Shanghai dengan mendirikan "Forum Lintas Selat."

Terakhir, ia mengatakan akan mengarahkan kembali kebijakan lintas selat partai agar lebih sesuai dengan semangat Konstitusi Republik Tiongkok (ROC, Taiwan), yang menafsirkan hubungan lintas selat sebagai hubungan antara ROC di Taiwan dan ROC di wilayah daratan, bukan dua negara terpisah.

Hau mengatakan Konstitusi adalah perlindungan terbaik Taiwan dan penghubung hukum terbaik antara kedua sisi selat, serta mengkritik pelanggaran dan penyajian keliru Presiden Lai Ching-te (賴清德) terkait hubungan lintas selat dan hubungan antara Taiwan dan ROC.

Ia mengatakan bahwa Beijing harus mengakui realitas kelanjutan dan eksistensi ROC saat ini. Jika tidak, hubungan hukum yang "Paling alami dan masuk akal" antara kedua sisi selat akan semakin menipis.

Rakyat Taiwan hanya dapat merasa terlindungi jika ROC diakui dan dihormati, dan hanya dengan demikian mereka dapat secara rasional mendiskusikan dan merencanakan tujuan pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat di kedua sisi Selat Taiwan, ujarnya.

(Oleh Wu Shu-wei, Wu Kuan-hsien, dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.