Film tentang hak kerja mahasiswa asing di Taiwan raih penghargaan festival

14/10/2025 17:22(Diperbaharui 14/10/2025 17:22)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Potongan gambar dari film "A Better Place." (Sumber Foto : Dokumentasi Public Television Service)
Potongan gambar dari film "A Better Place." (Sumber Foto : Dokumentasi Public Television Service)

Taipei, 14 Okt. (CNA) "A Better Place" (留學生), sebuah film yang mengeksplorasi semakin kaburnya batas antara mahasiswa internasional dan pekerja migran di Taiwan, termasuk di antara judul-judul yang diakui pada Taiwan International Human Rights Film Awards yang pertama kali diadakan.

Film ini mengikuti dua mahasiswa Vietnam, Ching-chun dan Mei, yang bekerja paruh waktu di mana mereka menghadapi eksploitasi dan berisiko menjadi pekerja tidak berdokumen di Taiwan.

Film ini memenangkan hadiah utama dalam Kategori Pemuda. Upacara penghargaan diadakan pada hari Minggu di Chiang Kai-shek Memorial Hall di Taipei setelah penutupan Taiwan International Human Rights Film Festival.

Ben Oui (黃勇嵻), sutradara film asal Malaysia, mengatakan ia berharap dapat menggunakan identitas ganda para tokoh utama untuk memberikan gambaran realistis tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi orang-orang dengan pengalaman serupa.

Dewan juri mengakui film ini karena penggambaran mendalam atas masalah ketenagakerjaan sistemik yang mengakar di Taiwan, demikian pernyataan Kementerian Kebudayaan yang mengawasi festival film tersebut pada hari Minggu.

Sementara itu, "The Taste of Pork Belly" (五花肉) karya sutradara Sophie Suei (隋淑芬) meraih hadiah utama dalam Kategori Terbuka.

Diedit oleh veteran pemenang Penghargaan Golden Horse, Liao Ching-sung (廖慶松), dan dibintangi Esther Huang (小薰) serta Tuo Tsung-hua (庹宗華), film ini menggambarkan era Teror Putih tahun 1960-an melalui sudut pandang seorang anak laki-laki yang menemukan rahasia kelam orang tuanya, kata kementerian.

Dewan juri memuji penceritaan sastranya dan perspektif perempuan yang bernuansa, menggambarkannya sebagai "Tuduhan diam terhadap zaman," kata kementerian.

Oui dan Suei masing-masing akan menerima hadiah uang sebesar NT$150.000 (Rp81 juta).

Dalam sambutannya, Wakil Menteri Kebudayaan Sue Wang (王時思) mengatakan bahwa karya-karya yang masuk mencakup berbagai topik, termasuk era Teror Putih, hak-hak buruh, keadilan yudisial, kebebasan beragama, dan imigrasi, menegaskan kekuatan sinema sebagai media untuk memori dan dialog tentang hak asasi manusia.

"Ini adalah kisah-kisah yang hanya bisa diceritakan di tanah bebas seperti Taiwan," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kementerian akan terus mempromosikan pendidikan hak asasi manusia melalui film dan menggunakan Chiang Kai-shek Memorial Hall sebagai tempat pendidikan demokrasi dan kebebasan, sehingga "dunia dapat melihat upaya Taiwan dalam menjaga demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia."

(Oleh Sean Lin dan Muhammad Irfan)

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/ML

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.