Taipei, 22 Des. (CNA) Jumlah pelajar anak imigran baru di semua jenjang pendidikan Taiwan mencapai 265.000 orang pada tahun ajaran 2024/2025, turun 47.000 dalam lima tahun, menurut statistik terbaru Kementerian Pendidikan (MOE).
Jumlah di tahun ajaran 2024/2025 tersebut mencakup 6,7 persen dari keseluruhan pelajar di Taiwan, turun dari 7,4 persen dalam lima tahun, menurut data MOE yang dirilis baru-baru ini tersebut.
Statistik MOE menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, persentase pelajar anak imigran baru di taman kanak-kanak serta pendidikan dasar dan menengah terhadap total siswa terus menurun.
Sebaliknya, di jenjang perguruan tinggi, jumlah pelajar anak imigran baru meningkat dari 52.000 orang pada tahun ajaran 2019/2020 menjadi 91.000 pada 2023/2024, kemudian turun ke 90.000 pada 2024/2025.
Sementara itu, dari 265.000 pelajar anak imigran baru pada tahun ajaran 2024/2025, yang orang tuanya berasal dari Tiongkok daratan berjumlah 116.000 orang (43,7 persen), menjadi yang terbanyak, diikuti Vietnam dengan 93.000 orang (35,2 persen), dan Indonesia dengan 21.000 orang (7,8 persen), menurut MOE.
Dilihat dari persebaran wilayah, MOE menyatakan bahwa New Taipei menempati urutan pertama dengan 40.000 pelajar (15,1 persen), disusul Taichung dengan 36.000 (13,5 persen) dan Taipei dengan 33.000 (12,5 persen).
Jika digabungkan, jumlah pelajar anak imigran baru di enam kota istimewa -- Taipei, New Taipei, Taoyuan, Taichung, Tainan, dan Kahsiung -- mencapai 189.000 orang, atau 71,2 persen dari total pelajar anak imigran baru yang tersebar di 22 kota dan kabupaten di seluruh Taiwan.
Data MOE juga menemukan proporsi pelajar anak imigran baru terhadap total pelajar di tiap kabupaten/kota paling tinggi terdapat di Kabupaten Lienchiang sebesar 16 persen, disusul Kabupaten Kinmen sebesar 14,3 persen. Sementara itu, kabupaten Yunlin, Miaoli, Chiayi, dan Penghu juga melampaui 8 persen.
Mengingat pelajar anak imigran baru tersebar di berbagai kabupaten/kota, kata MOE, pemerintah telah memasukkan mata pelajaran bahasa ibu mereka ke Kurikulum 2019 dan mulai mendorong pelaksanaannya sejak tahun ajaran 2020/2021.
Hingga tahun ajaran 2024/2025, kata kementerian, sekolah menengah pertama dan sekolah dasar telah membuka 9.353 kelas terkait, dengan 19.470 pelajar yang memilih mata pelajaran tersebut.
Untuk memperluas kesempatan belajar bahasa imigran baru bagi pelajar di daerah terpencil, kata MOE, mereka juga mendorong pembelajaran jarak jauh, dengan jumlah kelas yang telah meningkat dari 152 dengan 392 pelajar pada tahun ajaran 2020/2021 menjadi 237 dengan 904 pelajar pada 2024/2025.
Seiring dengan meningkatnya proporsi mahasiswa anak imigran baru, pemerintah sejak 2017/2018 telah memberikan subsidi kepada perguruan tinggi untuk membuka program bahasa Asia Tenggara, kata MOE.
Jumlah kelas terkait telah meningkat dari 111 dengan 5.022 mahasiswa saat dimulai menjadi 130 dengan 5.123 mahasiswa pada tahun ajaran 2024/2025, menyediakan lebih banyak jalur pembelajaran bahasa bagi para mahasiswa, kata MOE.
(Oleh Phoenix Hsu dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF