Taipei, 25 Okt. (CNA) Maskapai Taiwan EVA Air pada hari Jumat (24/10) menguraikan kemungkinan perubahan kebijakan setelah melakukan investigasi internal terkait kematian seorang pramugari muda pada 10 Oktober, yang tetap bekerja meskipun sedang sakit.
Dalam sebuah pernyataan, maskapai tersebut mengatakan sedang mempertimbangkan aturan baru yang mewajibkan kepala dan wakil kepala pramugari, yang mengawasi awak kabin di pesawat, untuk membebastugaskan anggota awak kabin yang dianggap tidak layak bertugas dan melaporkan situasi tersebut kepada perusahaan.
Berdasarkan usulan tersebut, anggota awak yang sakit akan dipulangkan ke Taiwan sebagai penumpang, sementara awak lain yang bertugas di penerbangan tersebut akan menerima bonus karena mengambil pekerjaan tambahan untuk "meringankan rasa bersalah" dari pramugari yang dibebastugaskan.
EVA Air juga mengatakan akan merevisi sistem penilaian kinerja kerja mereka pada akhir 2025 untuk "memberikan toleransi terhadap cuti sakit," namun tidak menjelaskan langkah-langkah apa yang akan diterapkan.
Perusahaan membuat pengumuman ini setelah kematian seorang pramugari berusia 34 tahun bermarga Sun (孫), yang dilaporkan jatuh sakit saat bekerja dalam penerbangan pulang-pergi antara Taipei dan Milan pada akhir September dan kemudian meninggal di Taiwan pada 10 Oktober.
● Kematian pramugari EVA Air sedang diselidiki
● Serikat pekerja marah atas keengganan EVA Air menangani kematian pramugari
EVA Air mengatakan hasil penyelidikan mereka menemukan bahwa kepala pramugari di penerbangan tersebut "Gagal menggunakan sumber daya medis yang tersedia" atau melaporkan kondisi Sun kepada pilot dan perusahaan karena "Kurangnya pengetahuan," sehingga menunda aksesnya ke perawatan medis.
Maskapai tersebut mengatakan akan memberikan informasi yang lebih baik kepada pramugari tentang kontak manajer dan cakupan biaya ambulans di tujuan luar negeri, menambahkan bahwa beberapa awak tidak mengetahui detail ini dan mereka berencana membuat "platform terbuka" yang akan mengungkapkan informasi tersebut "di masa depan."
Serikat Pramugari Taoyuan menanggapi pernyataan EVA Air dalam sebuah unggahan Facebook pada hari Jumat, mengkritik perusahaan karena gagal menangani tekanan struktural yang menyebabkan pramugari tetap bekerja saat sakit dan karena tidak cukup merefleksikan budaya kerja mereka.
Serikat tersebut mencatat bahwa pramugari menghadapi berbagai sanksi jika mengambil cuti dalam bentuk apapun, seperti pengurangan nilai kinerja dan pembatasan penjadwalan penerbangan, dengan sanksi yang lebih berat selama hari libur nasional.
Serikat pekerja berpendapat bahwa laporan EVA Air hanya secara samar-samar berjanji untuk menyesuaikan sistem evaluasi mereka, dan menyatakan kekhawatiran bahwa keterlambatan maskapai dalam melakukan perubahan bisa jadi merupakan taktik untuk meredam kritik.
Serikat mendesak EVA Air untuk bernegosiasi dengan serikat dan menjamin bahwa pengambilan cuti tidak akan memengaruhi evaluasi karyawan atau hak penjadwalan. Hingga saat ini, kedua belah pihak baru mengadakan satu pertemuan.
Selesai/ML