Taipei, 18 Okt. (CNA) Tri-Service General Hospital (TSGH) telah meluncurkan platform dialisis dengan kecerdasan buatan (AI) pertama di Taiwan, dengan mengatakan bahwa platform ini akan meningkatkan efisiensi dan mobilitas proses penyaringan darah bagi pasien dengan penyakit ginjal parah.
Platform baru ini mengintegrasikan sistem-sistem informasi, dukungan keputusan AI, dan aplikasi seluler untuk tidak hanya memungkinkan proses pengiriman yang lebih lancar tetapi juga deteksi komplikasi dialisis yang lebih cepat, kata pihak rumah sakit.
"Taiwan saat ini memiliki prevalensi dialisis tertinggi di dunia," dengan total 89.700 pasien per tahun 2023, kata Hsu Shun-neng (許舜能), kepala Pusat Dialisis TSGH, Rabu (15/10), mengutip laporan dari Taiwan Society of Nephrology.
Dialisis adalah perawatan penyaringan darah yang menghilangkan limbah dan kelebihan cairan ketika ginjal tidak lagi dapat melakukannya, dengan pasien biasanya menjalani prosedur ini tiga kali sepekan di rumah sakit, kata Hsu dalam konferensi pers di TSGH, Taipei.
Sifat dialisis yang sering dan jangka panjang, yang biasanya hanya berakhir jika pasien menjalani transplantasi ginjal atau pemulihan yang jarang terjadi, memerlukan banyak pekerjaan administrasi dan membatasi kemampuan pasien untuk bepergian ke luar negeri, katanya.
"Sepuluh tahun lalu, kami berspekulasi apakah tumpukan tebal catatan dialisis pasien itu bisa dibuang dan sepenuhnya didigitalkan," untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi, kata Hsu.
Dengan pemikiran itu, kata Hsu, ia dan timnya tahun lalu mengembangkan Portable Hemodialysis Automation and Decision Support Platform, yang memungkinkan klinisi saat visitasi mengeluarkan perintah medis melalui aplikasi yang terintegrasi dengan sistem informasi rumah sakit.
Platform tersebut, yang secara resmi diluncurkan pada Rabu, sudah digunakan untuk 150 pasien dialisis di TSGH, merampingkan alur kerja dan mengurangi pekerjaan administrasi, katanya.
Platform ini juga membuat proses dialisis menjadi lebih aman, karena memungkinkan adanya peringatan AI berdasarkan pelacakan data melalui aplikasi, tambah Hsu.
Aplikasi khusus lainnya memungkinkan pasien meninjau catatan dialisis mereka selama satu tahun, mengakses informasi personalisasi tentang perawatan dialisis dan penyakit ginjal, serta menerima panduan jarak jauh untuk mendukung manajemen mandiri kapan saja, kata Hsu.
Aplikasi tersebut juga dapat menghasilkan laporan dialisis dwibahasa bagi pasien yang bepergian ke luar negeri, dan memungkinkan dokter asing untuk melihat catatan dialisis pasien dalam bahasa Mandarin dan Inggris, kata Hsu.
Penggunaan klinis lain dari platform bertenaga AI baru ini termasuk analisis hasil tes dan tanda vital pasien, menandai potensi kelainan yang mungkin menandakan komplikasi terkait dialisis, serta pengingat kepada dokter untuk pemeriksaan lanjutan, kata Hsu.
Ia mencontohkan kasus seorang pasien dialisis jangka panjang berusia 67 tahun yang rontgen dada rutinnya tampak normal tetapi ditandai oleh platform sebagai berisiko tinggi mengalami patah tulang. Serangkaian tes lanjutan mengungkapkan bahwa pasien tersebut memang memiliki mikrofraktur yang sebelumnya tidak terdeteksi dan kepadatan tulang yang rendah, kata Hsu.
Mikrofraktur tersebut terkait dengan osteoporosis berat pada pasien yang telah menjalani dialisis selama 20 tahun, tambahnya, seraya mengatakan bahwa penyerapan kalsium yang buruk dan tulang rapuh adalah efek samping dari penyakit ginjal kronis.
Terkait pengembangan ke depannya, platform ini telah lulus validasi Fast Healthcare Interoperability Resources (FHIR), yang memungkinkan pertukaran data terstandarisasi dengan rumah sakit di negara lain, menurut Hsu.
Platform berbasis perangkat lunak ini dapat diintegrasikan dengan perangkat keras yang sudah ada di rumah sakit lain, termasuk di Amerika Serikat, katanya.
"Saya pikir platform ini benar-benar berpeluang untuk dipromosikan secara global," kata Hsu.
Namun, "pada tahap ini, saya pikir sistem ini lebih mungkin diterapkan di negara-negara maju," tambahnya.
Selesai/ML