Kolonel AU Taiwan divonis 16 tahun usai bocorkan informasi ke Tiongkok di Indonesia

26/09/2025 17:32(Diperbaharui 26/09/2025 17:32)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Foto untuk ilustrasi semata. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)
Foto untuk ilustrasi semata. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA)

Taichung, 26 Sep. (CNA) Seorang kepala akademi Angkatan Udara (AU) Taiwan yang berpangkat kolonel telah divonis 16 tahun penjara pasca menjadi mata-mata Tiongkok, dengan menyerahkan informasi ke Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), termasuk melalui pertemuan langsung di Bali, Indonesia, kata Pengadilan Tinggi pada Kamis (25/9).

Menurut penyidikan Kantor Kejaksaan Tinggi Taiwan Cabang Taichung, seorang pengusaha Taiwan, Chung Shun-ho (鍾順和), menargetkan personel militer sebagai sasaran infiltrasi, setelah ia kembali pasca berbisnis di Tiongkok sejak 2005, di mana ia direkrut PLA.

Pada September 2019, Chung mengatur agar tersangka, Kolonel Chang Ming-che (張銘哲) pergi ke Bali untuk bertemu tiga anggota PLA yang bekerja di Kantor Penghubung Luar Negeri Provinsi Guangdong, Tiongkok, kata kejaksaan.

Dalam pertemuan tersebut, menurut kejaksaan, Chang menyerahkan data pribadi tentang unit dinas, jabatan, serta anggota keluarganya, dan menerima uang pertemuan sebesar US$10.000 (Rp167,5 juta).

Menurut penyidikan, Chang direkrut sebagai anggota organisasi dan menerima upah RMB15.000 (Rp35,2 juta) per bulan serta bonus pada perayaan Tahun Baru Imlek, Festival Perahu Naga, dan Festival Pertengahan Musim Gugur, dengan total keuntungan ilegal sekitar NT$1,34 juta (Rp736 juta) dalam empat tahun.

Sebagai imbalannya, Chang melaporkan informasi sensitif seperti presentasi latihan AU, penempatan misi kerja sama Taiwan-Amerika Serikat, serta latar belakang personel militer, sementara juga mengumpulkan data terkait partai politik dan opini publik di dalam negeri, menurut penyidikan.

Penyidikan juga mengungkap adanya seorang perwira bermarga Yeh (葉) yang diduga bertemu anggota PLA di Singapura setelah dihubungi Chung sejak 2023.

Di sana, ia menyerahkan data pribadi dan gambar kartu identitas militernya, serta berjanji membantu merekrut kepala dusun atau ketua RT dan mengumpulkan informasi terkait kerabat atau teman yang dijamu di Tiongkok, membuatnya menerima total sekitar US$10.000, menurut penyidikan.

Kejaksaan Tinggi Taiwan Cabang Taichung pada Maret tahun ini menuntut Chang, Yeh, dan Chung atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Keamanan Nasional, di mana mereka meminta hukuman berat.

Dalam putusan pada Kamis, Pengadilan Tinggi Taiwan Cabang Taichung memvonis Chang 16 tahun penjara dan menyita keuntungan ilegalnya senilai NT$1,34 juta.

Sementara itu, Yeh divonis bebas karena kurangnya bukti, sedangkan Chung telah meninggal dunia saat persidangan berlangsung, sehingga majelis hakim menyatakan tuntutan terhadapnya tidak dapat diterima, menurut putusan pengadilan.

Seluruh perkara ini masih dapat diajukan banding.

(Oleh Hao Hsueh-ching dan Jason Cahyadi)

Selesai/IF

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.