Taipei, 26 Sep. (CNA) Sepuluh orang telah dituntut kejaksaan atas dugaan perdagangan manusia, setelah mendatangkan wanita dari Vietnam ke Taiwan dengan iming-iming pekerjaan perawat migran namun kemudian memaksa korban menjadi pekerja seks, kata Direktorat Jenderal Imigrasi (NIA), Jumat (26/9).
Brigade Operasi Khusus Kabupaten Chiayi NIA dalam sebuah rilis pers menyatakan mereka sebelumnya menggerebek sebuah spa di Kaohsiung dan menemukan 12 wanita Vietnam yang dipaksa menjadi pekerja seks.
Salah satu korban menyatakan dirinya datang ke Taiwan melalui perusahaan agensi tenaga kerja dengan tujuan bekerja sebagai perawat migran, namun setelah tiba dipaksa menjadi pekerja seks, kata brigade tersebut.
Atas temuan brigade tersebut, Kantor Kejaksaan Distrik Kaohsiung pada April tahun ini menggeledah agensi dan menemukan seorang tersangka, bermarga Kung (龔), yang memanfaatkan posisinya di perusahaan itu untuk merekrut pekerja migran di Vietnam.
Kung menggunakan banyak identitas pemberi kerja fiktif guna mengajukan izin perawat migran, lalu para pekerja tersebut, setelah masuk ke Taiwan, hanya tinggal kurang dari satu hari di rumah majikan palsu itu sebelum dipindahkan anggota sindikat dan dipaksa bekerja dalam prostitusi, kata brigade NIA.
Selain itu, kata brigade tersebut, seorang tersangka bermarga Lin (林) menyewa rumah untuk menampung para korban, memanfaatkan kondisi mereka yang tidak mampu, tidak tahu, atau sulit mencari pertolongan.
Korban diwajibkan tinggal di tempat yang ditentukan dan diawasi ketat, kemudian, melalui seorang tersangka bermarga Chang (張), dijual untuk menjadi pekerja seks di sebuah spa di Kaohsiung, kata brigade tersebut.
Para korban bersaksi bahwa sebelum berangkat ke Taiwan, Chang sudah memberitahu mereka bahwa biaya masuk lebih dari NT$150.000 (Rp82,3 juta) akan ditanggung sementara olehnya, tetapi setelah tiba di Taiwan mereka dipaksa melunasi dengan cicilan NT$30.000 per bulan selama empat bulan, kata brigade tersebut.
Chang mengambil potongan dari setiap transaksi seksual yang menghasilkan NT$800 hingga NT$1.000, sementara korban juga diwajibkan membayar uang jaminan NT$8.000 dan biaya tempat tinggal NT$5.000 per bulan, dengan berbagai dalih yang sengaja dibuat untuk menguras penghasilan mereka, menurut brigade NIA.
Kejaksaan Distrik Kaohsiung, setelah menyelesaikan penyidikan pada September, menuntut sepuluh orang yang tergabung dalam sindikat tersebut atas dugaan pelanggaran Undang-Undang (UU) Pencegahan Perdagangan Manusia, tindak pidana kesusilaan, pemalsuan dokumen, dan UU Layanan Ketenagakerjaan.
(Oleh Tsai Chih-ming dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF