Taipei, 3 Okt. (CNA) Pemerintah Taiwan hari Kamis (2/10) menanggapi laporan Guardian yang menyebut Taiwan importir terbesar di dunia untuk nafta Rusia, dengan mengatakan bahwa meskipun badan usaha milik negara (BUMN) tidak lagi mengimpor minyak ringan tersebut, pihak swasta masih melakukannya.
The Guardian, mengutip Center for Research on Energy and Clean Air yang berbasis di Finlandia, melaporkan pada hari Rabu bahwa Taiwan telah mengimpor nafta Rusia senilai US$4,9 miliar (Rp81,4 triliun) sejak Februari 2022.
Ini mewakili 20 persen dari total ekspor turunan minyak bumi Rusia yang digunakan untuk membuat bahan kimia yang dibutuhkan industri semikonduktor Taiwan, menurut artikel dari organisasi media yang berbasis di Inggris tersebut.
Laporan itu juga menyatakan bahwa impor nafta Rusia oleh Taiwan pada paruh pertama 2025 mencapai US$1,3 miliar, dengan rata-rata bulanan hampir enam kali lebih tinggi dibandingkan 2022.
"Meskipun bergabung dengan sanksi lain terhadap Rusia, Taiwan, yang sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan energinya, belum memberlakukan pembatasan atas pembelian bahan bakar fosil Rusia," kata laporan Amy Hawkins, koresponden senior Tiongkok dari Guardian.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan pada Kamis, Kementerian Luar Negeri (MOFA) Taiwan mengatakan semua BUMN telah berhenti membeli minyak mentah dan produk minyak ringan Rusia sejak 2023.
MOFA juga mengatakan bahwa Taiwan "Telah lama bekerja sama erat dengan sekutu demokratis untuk memberlakukan kontrol ekspor teknologi tinggi yang ketat terhadap Rusia," dengan memperluas daftar kontrolnya enam kali hingga mencakup 3.300 entitas Rusia.
Juga pada Kamis, Kementerian Urusan Ekonomi (MOEA) Taiwan menyatakan dalam rilis persnya sendiri bahwa semua BUMN berhenti membeli minyak bumi Rusia mulai 2023.
Namun, kementerian mencatat bahwa "Minyak ringan saat ini bukan merupakan barang impor yang dikendalikan" dan perusahaan swasta Taiwan masih membelinya dari Rusia.
MOEA mengatakan akan meninjau lebih lanjut isi regulasi terkait dan berkomunikasi dengan industri Taiwan.
Menurut laporan yang diterbitkan Center for Research on Energy and Clean Air berjudul "Dangerous dependence", total impor minyak ringan Taiwan "Tidak meningkat tetapi pasokannya telah bergeser" dari sumber-sumber seperti Uni Emirat Arab dan India.
"Kenaikan impor dari Rusia sebagian besar didorong oleh diskon yang ditawarkan dibandingkan sumber lain," kata laporan tersebut.
Laporan yang diterbitkan pada hari Rabu itu menyebut Formosa Petrochemical Corp. (FPCC) sebagai "Pembeli nafta Rusia terbesar yang diketahui di dunia."
"Pembelian yang berkelanjutan dapat merusak citra Taiwan dan melemahkan hubungan diplomatik dengan sekutu strategis," kata laporan lembaga pemikir Finlandia tersebut.
Selesai/IF