Taipei, 25 Juli (CNA) Telah ditemukan sebuah pesan permintaan bantuan dalam botol yang diduga ditulis seorang kapten kapal perikanan Taiwan yang telah hilang selama empat tahun bersama sembilan anak buah kapal (ABK) migran Indonesia, membuat asosiasi perikanan meminta pemerintah Taiwan bertindak.
Menurut laporan media Malaysia, Nanyang Siang Pau, seorang pria bernama Matt bersama temannya Chris menemukan botol tersebut saat berjalan-jalan di area kolam batu pantai Pulau Inis Oirr, Irlandia.
Tulisan di kertas menyebutkan dalam bahasa Indonesia, "TOLONG KIRIMKAN BANTUAN! KAMI TERSESAT SEJAK 12/20 ADA 3 DARI KAMI DI SINI. KAMI TIDAK TAHU NAMA PULAU INI TERLUKA HELP HELLO SOS," ditutup marga kapten, Lee (李), ditambah nama kapal "Yong Yu Sing 18".
Menanggapi ini, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perikanan Su'ao, Chen Chun-sheng (陳春生) dalam wawancara telepon dengan CNA hari Jumat (25/7) mengatakan keluarga Lee telah mengetahui hal ini, dan asosiasinya juga akan melaporkan hal ini ke pemerintah.
Jika terbukti benar, kata Chen, ia berharap pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi internasional untuk melakukan pencarian.
Kapal tuna berbobot 99 ton "Yong Yu Sing No. 18", yang terdaftar di Kelurahan Su'ao, Kabupaten Yilan, sempat hilang kontak pada 30 Desember 2020 di sekitar 527 mil laut di timur laut Atol Midway, Hawaii, tanpa mengirimkan sinyal darurat.
Pemilik kapal melaporkan kejadian ini pada 1 Januari 2021 ke Komando Penyelamatan Nasional, yang kemudian meminta bantuan dari otoritas Amerika Serikat.
Sebuah pesawat pencarian dan penyelamatan bersayap tetap Amerika menemukan kapal itu di sekitar 606 mil laut di timur laut Atol Midway pada 2 Januari.
Para pengamat di pesawat saat itu memerhatikan bahwa jendela kabin kapten telah pecah, sementara kapal tersebut tampak hanyut, dan tidak ada tanda-tanda keberadaan kru di dalamnya.
Keberadaan kesepuluh awak, termasuk kapten Taiwan dan sembilan ABK migran Indonesia, masih belum diketahui, sementara kapal itu kemudian ditarik kembali ke Pelabuhan Perikanan Su'ao oleh kapal lainnya.
Kejaksaan, yang kemudian melakukan penyelidikan, pada 2021 menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti tindak kriminal di atas kapal, dan insiden tersebut diduga disebabkan bencana cuaca.
(Oleh Wang Chao-yu, Ko Lin, dan Jason Cahyadi)
Selesai/JA