Oleh Muhammad Irfan, reporter staf CNA
Tepat 1.30 siang waktu Taipei, sirene meraung keras di sekitar pusat perbelanjaan Ximending, Kamis (17/7). Sejumlah turis dengan masih mengerek koper masing-masing terlihat kebingungan seraya banyak warga lokal mempercepat langkahnya bahkan sampai berlari sembari sesekali mengecek ponsel. Area yang biasa ramai itu mendadak sepi seiring orang-orang diminta masuk ke bangunan terdekat.
Ini adalah latihan serangan udara yang dikenal sebagai Latihan Ketahanan Perkotaan, yang melibatkan seluruh orang yang ada di Taiwan, kecuali terjadi situasi darurat tertentu, dengan meminta mereka mencari tempat perlindungan sesegera mungkin saat sirene berbunyi.
Pada pembukaannya, Kementerian Pertahanan Nasional (MND) mengirimkan pesan peringatan dalam bahasa Inggris dan Mandarin yang memberitahukan bahwa sedang berlangsung latihan yang menyimulasikan ada serangan misil dan mendesak seluruh orang di jalan untuk mencari tempat berlindung.
Salah satu reporter CNA berada di pusat perbelanjaan dan destinasi wisata populer Ximending saat Latihan Ketahanan Perkotaan di Taipei berlangsung. Sebagai area wisata dengan banyak tempat menginap, tak heran kalau sejumlah wisatawan masih terlihat hiruk pikuk di area tersebut saat sirene menyala.
Sementara sekira 10 menit sebelum latihan berlangsung, sejumlah masyarakat lokal telah terlihat berjalan cepat atau berlari untuk mendapat tempat perlindungan yang baik. Pasalnya, selama latihan ini, warga diminta berdiam diri selama 30 menit di tempat berlindung sampai kemudian sirene tanda selesainya latihan menyala.
Dibantu Staf
Reporter CNA melintasi pusat perbelanjaan the Eslite Epicentrum saat sirene berbunyi. Dari dalam mal tersebut staf perempuan berbaju hitam dengan walki talki di tangan melambaikan tangan sebagai isyarat agar orang yang berada di sekitar gedung tersebut untuk masuk ke dalam.
Adapun di luar, petugas keamanan berbaju biru juga memberi komando pada orang yang masih mencari tempat berlindung untuk segera masuk ke gedung terdekat.
Staf perempuan dari mal itu lantas menjelaskan kepada orang-orang dalam bahasa Mandarin tentang situasi yang terjadi. Menyadari beberapa orang yang berlindung adalah orang asing, ia segera menunjukkan pesan dalam bahasa Inggris yang ia terima di ponselnya yang menyatakan sedang ada latihan serangan udara.
Seluruh pintu gulung yang mengitari mal kemudian ditutup. Musik yang biasa menjadi latar pusat perbelanjaan pun dimatikan. Sedikit ada kebingungan dari wisatawan, tetapi staf tersebut menjelaskan bahwa situasi terkendali dan ini adalah bagian dari latihan.
Sejumlah orang pun tampak lebih tenang dan mulai menghabiskan 30 menit selama latihan berlangsung dengan membeli kopi atau sekadar duduk-duduk.
Langkah pencegahan
Pon, seorang wisatawan dari Thailand mengaku ini merupakan pengalaman pertamanya diminta mengevakuasi diri dalam situasi perang. Menurutnya, di tengah situasi Taiwan yang menyenangkan, ia tidak menduga kalau Taiwan punya latihan tahunan yang disiapkan sebagai sebuah langkah preventif dari serangan militer.
"Ini jadi pengalaman juga bagi saya. Ketika berlibur ke Taiwan ternyata ada yang seperti ini," kata Pon.
Menurut dia, selama ini dirinya tak begitu mengikuti pemberitaan Taiwan dari sisi politik, sehingga ia tak mengetahui bahwa Taiwan punya potensi terancam. Namun, pengalamannya selama berlibur di Taiwan dalam sepekan sangat menyenangkan.
"Jadi, kalau dianggap rawan, kami juga tidak merasakan karena pengalaman kami di sini justru amat seru," kata dia.
Sementara itu, perempuan Taiwan bermarga Hsu (許) yang juga ikut berlindung di dalam mal tersebut mengaku sebagai orang Taiwan dia sudah terbiasa dengan latihan ini.
Pegawai swasta tersebut menyatakan, bahkan sejak jauh hari pemerintah sudah menginformasikan lewat sejumlah kanal dan media berita.
"Ini adalah upaya pencegahan, tetapi tentunya kami berharap tidak akan ada situasi genting di masa depan," ucap dia.
Latihan Serangan Udara tahun ini diselenggarakan sejak dari 15 sampai 18 Juli, bersamaan dengan latihan militer tahunan Han Kuang untuk menguji kesiapan pertahanan Taiwan di bawah kondisi simulasi masa perang, menurut MND.
Kegiatan ini bersifat wajib bagi siapa pun, dengan orang yang menolak mengikuti arahan untuk evakuasi dapat dikenai denda sebesar NT$30.000 (Rp16,744 juta) hingga NT$150.000 berdasarkan Undang-Undang Pertahanan Sipil.
Selesai/JC