Taipei, 16 Juli (CNA) Perusahaan tekstil berbasis di Taiwan, Eclat Textile Co. dan Makalot Industrial Co., serta salah satu merek elektromekanik terkemuka negara tersebut, Teco Electric & Machinery Co., mengatakan mereka merasa agak lega dengan tarif impor terbaru yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.
Pada Selasa (15/7), pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengumumkan mereka telah mencapai kesepakatan untuk memberlakukan tarif impor 19 persen pada produk buatan Indonesia, turun dari ancaman 32 persen yang diumumkan dalam gelombang pertama yang dirilis Gedung Putih pada awal Juli.
Hal ini terjadi setelah AS mencapai kesepakatan dengan Vietnam pada awal Juli untuk memberlakukan tarif 20 persen pada barang dari negara tersebut, turun dari ancaman 46 persen.
Baik Eclat maupun Makalot mengatakan bahwa tarif impor di kisaran 19 persen hingga 20 persen masih dapat diterima dan bahwa peningkatan biaya tersebut bukanlah hal yang mengubah permainan.
Menurut Eclat, yang diyakini memproduksi pakaian untuk merek internasional seperti Nike, Under Armour, dan Lululemon Athletica, Vietnam menyumbang hingga 65 persen dari total produksinya dan Indonesia sebesar 25 persen lainnya.
Tiffany Lin (林芬如), wakil presiden keuangan dan akuntansi Eclat, mengatakan kepada CNA bahwa isu tarif ini berkembang ke arah yang positif dan bahwa Eclat akan bernegosiasi harga dengan kliennya berdasarkan bea baru tersebut.
Sempat ada spekulasi bahwa Eclat menunda investasi baru di Indonesia karena tarif yang sangat tinggi yang diumumkan sebelumnya, namun Lin mengatakan bahwa investasi luar negeri perusahaan tetap berjalan sesuai rencana dan memang diperlukan untuk ekspansi perusahaan.
Pada akhir Juni, perusahaan mengumumkan akan menyuntikkan dana sebesar US$41 juta (Rp667,7 miliar) dalam penerbitan hak yang diajukan oleh anak perusahaan Eclat di Indonesia, Eclat Textile International, yang membuka jalan bagi pembangunan fasilitas ketiga di Indonesia, kata Lin.
Sementara itu, Makalot memperoleh 42 persen dari total produksinya di Indonesia dan 38 persen di Vietnam, menurut juru bicara perusahaan Hengyu Lin (林恆宇).
"Dengan kedua negara telah mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat, kekhawatiran di hati saya telah berkurang setengah," ujarnya.
Ia mengatakan Makalot akan menunggu hasil negosiasi tarif dengan mitra dagang AS lainnya selesai sebelum perusahaan berdiskusi dengan kliennya tentang bagaimana membagi beban keuangan akibat kenaikan bea.
Sementara itu, Teco, yang memproduksi transformator listrik di Indonesia, mengatakan tarif yang lebih rendah untuk negara tersebut akan membuat produk mereka lebih kompetitif di pasar Amerika, seiring permintaan transformator listrik dari AS tetap solid.
Menurut Teco, struktur biaya fasilitas transformator listriknya di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan pabrik sejenis di Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.
Pada akhir September 2024, Teco mengakuisisi 57,2 persen saham produsen transformator listrik berbasis di Taiwan, Shenchang Electric Co.
Setelah akuisisi tersebut, kata Teco, perusahaan telah membentuk kemitraan strategis dengan afiliasi Shenchang di Indonesia, P.T. Sintra, untuk memperluas portofolio produknya di negara Asia Tenggara tersebut dengan tujuan pasar Amerika Utara dan Taiwan.
Selesai/IF