WAWANCARA /Ragam kisah PMI tertipu percintaan online

17/07/2025 21:32(Diperbaharui 17/07/2025 21:32)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Foto hanya untuk ilustrasi semata. (Sumber Foto : Unsplash).
Foto hanya untuk ilustrasi semata. (Sumber Foto : Unsplash).

Oleh Mira Luxita, staf reporter CNA

Kasus penipuan percintaan online yang dialami pekerja migran Indonesia (PMI) mendapat perhatian dari Wakil Kepala Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI), Johanes Andi Susanto. Pria asal Solo ini berkomitmen untuk menangani pelaporan PMI yang tertipu, terutama dalam kasus percintaan online. Ia menegaskan akan mengusutnya hingga ke Indonesia, jika si penipu berada di tanah air, ungkap Andi kepada CNA. 

Kenal dari aplikasi dating online, PMI tertipu NT$160 ribu 

Seorang wanita berusia 30 tahun lebih melaporkan kasusnya kepada Wanti, ketua Garda BMI (Buruh Migran Indonesia). Nani (nama samaran) sudah bekerja lama di Taiwan hampir 8 tahun. Majikannya sangat baik. Suatu hari ia berkenalan dengan seorang lelaki melalui aplikasi “TT”, Asian dating. 

Lelaki tersebut kebetulan warga negara Indonesia (WNI) yang juga bekerja di Taiwan. Nani sempat berjumpa dengan lelaki tersebut dan berpacaran selama 6 bulan. Kemudian si lelaki menawarkan job untuk keluarga PMI tersebut. Ia meminta uang sebesar NT$60.000 (Rp33 juta) untuk ditransfer berkali-kali. Namun ternyata job tidak ada, ujar Wanti.

Kemudian lelaki tersebut juga menawarkan pengurusan APRC (penduduk tetap) dengan meminta uang sebesar NT$100.000 dengan cara ditransfer selama berkali-kali.  Nani juga diminta foto paspor dan ARC. Setelah beberapa waktu Nani menanyakan kejelasan APRC-nya, ia malah diblokir. 

Wanti menyarankan Nani untuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi dengan menyerahkan bukti tangkapan layar obrolan daring, serta bukti transfer uang ke pihak lelaki. 

Setelah dihamili, langsung diblokir

Wanti juga menjelaskan ada kasus lagi PMI korban aplikasi dating online yang sama. PMI tersebut bekerja sebagai perawat orang tua. Ia berkenalan dengan seorang lelaki dari aplikasi tersebut. Si lelaki adalah PMI juga.

Mereka akhirnya berpacaran dan berkencan dengan nonton bioskop, termasuk tidur di hotel. Kemudian PMI wanita hamil. Setelah dia memberitahu pacarnya bahwa dia hamil, sang lelaki langsung memblokirnya. Untungnya majikan baik, memberikan dia kesempatan untuk tetap bekerja meskipun hamil dan diizinkan melahirkan di Taiwan. Saat ini anaknya dititipkan di salah satu panti asuhan di Taipei.

Penipuan percintaan facebook, hampir bunuh diri

Seorang PMI yang telah menjadi ibu berusia 30 tahun, juga tertipu percintaan online yang ia dapat dari facebook. Sebut saja Sri (nama samaran). Ia berkenalan dengan seorang bule, yang mengaku warga negara Amerika. Setelah beberapa minggu, bule tersebut ingin menikahinya, tetapi ia kesulitan untuk datang menemui Sri karena uang gajinnya sebagai tentara masih belum bisa dicairkan.

Si lelaki penipu ini meminta Sri untuk transfer sejumlah uang ke rekeningnya. Dengan percaya, ia pun mentransfer puluhan ribu NT$ ke rekening penipu. Setelah uang ditransfer, bule tersebut menghilang dan memblokir Sri. Hingga akhirnya Sri mengalami depresi sampai mau bunuh diri, cerita Wanti.

“Saya dan seorang teman sempat menjemput Sri di stasiun Taoyuan. Kemudian saya membawanya ke musala Zhongli dan saya juga mengantarnya ke KDEI untuk laporan,” ujar Wanti.

Garda BMI khawatirkan PMI tertipu jaringan narkoba dan pelacuran

Wanti mengungkapkan pada CNA bahwa dirinya merasa khawatir mengenai PMI yang berkenalan dengan lelaki melalui aplikasi dating online. 

“Aplikasi ini sangat berbahaya sekali bagi PMI yang masih lugu karena di situ banyak sekali kejahatan yang bisa menjerumuskan PMI. Hal paling mengerikan adalah jika PMI sampai mengenal sindikat narkoba, ataupun pelacuran,” ungkap Wanti dari Garda BMI.

PMI juga rentan terpapar virus HIV, AIDS, tambah Wanti. Dari aplikasi tersebut kita tidak tahu latar belakang lelaki yang berkencan dengan PMI. Takutnya, mereka tak hanya membawa hal negatif menjerumuskan pada kejahatan, atau penipuan, tetapi juga rentan dengan tertular penyakit kelamin lainnya.

“Makanya setiap live TikTok saya selalu berpesan pada teman-teman untuk tidak masuk ke aplikasi tersebut,” ujar Wanti.

Wakil Kepala KDEI : Laporkan kepada kami, bisa diusut hingga ke Indonesia

Saat CNA menemui Wakil Kepala KDEI, Johanes Andi Susanto, bertanya mengenai kasus percintaan online yang terjadi di kalangan PMI. Andi, sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa kasus tersebut dapat dilaporkan ke hotline KDEI dan bisa dibantu untuk menelusurinya hingga ke Indonesia.

Untuk permasalahan hukum di sini yang dilakukan oleh PMI, maupun si korban PMI yang tertipu, silahkan untuk melaporkan ke hotline kami. Permasalahan hukum di Taiwan yang dialami oleh PMI, seperti penipuan yang dilakukan dari Indonesia bisa kita tangani dengan cara bekerja sama dengan aparat hukum atau kepolisian, imigrasi, bea cukai atau apapun itu di Indonesia. 

“Tugas kami di sini melayani WNI terkait masalah apapun juga termasuk masalah hukum,” ungkapnya.

Selesai/IF



How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.