Jakarta, 25 Juni (CNA) Plt. Sekjen Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Prihasto Setyanto yang pernah mengunjungi Taiwan pada hari Senin (24/6) menyatakan bahwa pertanian di Taiwan maju dan memiliki peralatan laboratorium yang canggih, berharap agar ke depannya Indonesia bisa lebih banyak melakukan pertukaran dan kolaborasi dengan Taiwan.
Selain itu, untuk mencapai tujuan swasembada pangan dan program makan siang bergizi gratis untuk siswa di Indonesia, mereka akan memperluas area lahan penananaman dan meningkatkan teknologi pertanian. Mereka juga menyambut investasi dari Taiwan, ujar Prihasto menambahkan.
Direktur Jenderal Hortikultura dan Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Prihasto Setyanto dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNA mengatakan bahwa ia kagum dengan kemajuan sektor pertanian Taiwan.
Prihasto yang telah dua kali mengunjungi Taiwan, terakhir kali pada akhir 2022 ke National Chung Hsing University untuk berdiskusi tentang teknologi pertanian antara industri dan akademisi Taiwan, menyatakan bahwa penerapan teknologi seperti penanaman organik dan pesawat nirawak (drone) dalam pertanian sangat dibutuhkan di Indonesia.
Selain itu, Prihasto menyambut baik program magang hampir seratus pemuda setiap tahun yang dikirim oleh Kementan RI ke berbagai pertanian, perikanan, dan peternakan di Taiwan sejak tahun 2019.
Ia menyatakan kepuasannya terhadap hasil program ini, "Kalau menurut saya ini harus terus-terusan ada. Saya sangat mendukung sekali dengan program tersebut karena saya melihat Taiwan ini salah satu negara yang secara teknologi dari pertanian ini cukup maju, teknologi-teknologi tingginya juga di sana bagus."
Ia juga menambahkan, "Anak-anak muda [Indonesia] ini banyak yang antusias, hanya [saja] mereka tidak memiliki kesempatan. Dengan adanya pertukaran seperti ini saya senang sekali, sehingga nanti [saat] mereka [kembali] datang ke Indonesia mereka sudah memiliki satu skill yang berbeda, mereka sudah punya tambahan ilmu, mereka sudah punya tambahan teknologi."
Dalam hal pencapaian swasembada pangan di Indonesia, Prihasto menyatakan bahwa lahan di Pulau Jawa sudah hampir mencapai kapasitas maksimalnya sehingga tidak bisa lagi dilakukan ekstensifikasi. Mereka harus melakukan intensifikasi, yakni menaikkan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas, tambah Prihasto.
Ia juga mengatakan bahwa lahan di Indonesia masih sangat luas, "Karena [lahan] masih tersedia sangat luas, di Sumatera, di Kalimantan, di Sulawesi, sampai di Papua." Ke depannya akan dilakukan intensifikasi terhadap lahan-lahan yang sudah tersedia dan ekstensifikasi untuk memperluas area tanam lainnya, ia menambahkan.
Prihasto menutup dengan menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia membutuhkan 2,5 hingga 2,6 juta ton beras setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, dan dengan menanam padi di area seluas 1 juta hektare setiap bulan, Indonesia dapat mencapai swasembada pangan selama sepanjang tahun dan bahkan berpotensi untuk mengekspor beras.
(Oleh Zachary Lee dan Jason Cahyadi)
Selesai/ML