Oleh Muhammad Irfan, reporter staf CNA
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga akademisi, Anies Baswedan menilai banyak ruang mempererat kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan, terutama di bidang pendidikan, budaya, riset, dan pariwisata, sebagaimana ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan CNA di Kabupaten Yunlin, Jumat (27/6).
Di sela-sela kunjungannya untuk menghadiri International Design Study Forum and Conference ke-12 pada Sabtu, Anies dalam wawancara bersama CNA menyebut bahwa Taiwan, yang ia dengar sebagai masyarakat paling maju dalam bidang semikonduktor, memberikan peluang bagi anak-anak muda Indonesia untuk belajar, misalnya dalam membangun industri teknologi tinggi.
"Yang nantinya bisa membawa manfaat besar bagi Indonesia," kata Anies.
Sebaliknya, selain adanya warga Indonesia yang datang ke Taiwan untuk belajar, Anies mendorong para diaspora juga mengajak orang Taiwan berkunjung ke Nusantara.
Menurutnya, di Indonesia ada dua hal yang layak ditampilkan: budaya, hasil kreativitas, rasa, dan peradaban Nusantara; dan alam, yang ia katakan memiliki keindahan luar biasa.
"Jadi, saya rasa ada banyak ruang untuk kolaborasi," ucap dia.
Bersahabat dengan semua bangsa
Anies menyebut Indonesia harus menjaga hubungan persahabatan dan saling belajar dengan semua bangsa. Oleh karena itu, ujarnya, ia menghargai keluarga-keluarga yang mengirim anak-anak mereka untuk belajar di berbagai wilayah, termasuk Taiwan.
Ia menambahkan, hubungan antarwarga ini harus terus dipelihara, sehingga bagi masyarakat Taiwan, kehadiran pelajar diaspora akan membantu mereka lebih memahami Indonesia.
"Dan bagi pelajar Indonesia yang belajar di sini, mereka bisa mempelajari bahasa, budaya, dan pada akhirnya menjadi jembatan antara dua komunitas. Inilah yang kita sebut sebagai hubungan antarwarga -- hubungan antar komunitas yang dibangun melalui pendidikan," ucap dia.
Apalagi karena pendidikan hampir selalu melibatkan anak muda, dampaknya bersifat jangka panjang, ucap Anies.
"Karena anak muda memiliki lebih banyak hari esok daripada hari kemarin. Maka dengan menjadi jembatan hari ini, mereka juga akan menjadi jembatan di masa depan. Dan kita harus sadar bahwa berteman dengan semua komunitas dan memilih untuk menjaga hubungan tersebut adalah demi perdamaian dunia jangka panjang," ucapnya.
Ia juga menambahkan pesan agar orang Indonesia di Taiwan menjadi representasi yang baik bagi tanah air. "Jadi, pesan sederhana saya kepada sesama para diaspora adalah ini. Dua hal, pertama, jaga nama baik Indonesia; kedua, buat mereka (orang asing) terkesan," ucap Anies dalam wawancara.
Kesan terhadap Taiwan
Anies menyebut bahwa ini adalah pertama kalinya ia datang ke Taiwan, dengan kesan pertama yang ia dapat dimulai dari Bandara Internasional Taoyuan.
"Karena itulah tempat kami pertama kali menginjakkan kaki. Di situlah juga kami melakukan interaksi pertama," kata Anies.
Di bandara, ia bertemu dengan seorang petugas keamanan yang adalah orang Indonesia. Petugas tersebut menyapa Anies, dan itu membuatnya terkejut karena di balik seragam keamanan bandara, ada seorang Indonesia.
"Apa yang membuat saya terkejut? Saat kami mengobrol, saya mengetahui bahwa dia bisa berbicara dalam tujuh bahasa, meskipun dia hanya menyebut lima secara resmi. Ini mencerminkan sebuah kebijakan yang menarik bahwa Taiwan bersikap terbuka terhadap pendatang baru. Bukan pendatang baru yang harus belajar bahasa lokal, melainkan staf bandara yang menguasai bahasa para pengunjung," kata Anies.
Dari situ ia beranggapan bahwa Taiwan berorientasi pada penyambutan tamu, dengan mewajibkan staf untuk bisa berbahasa sesuai wilayah asal tamu.
"Kedua, dari obrolan kami, saya tahu bahwa proses seleksinya tidak melibatkan koneksi orang dalam. Semuanya berbasis meritokrasi. Persyaratannya pun jelas. Dari situ saya mendapatkan kesan bahwa ada sistem meritokrasi yang berjalan. Dan saya bangga bahwa melalui meritokrasi ini, para pekerja migran Indonesia bisa lolos. Mereka memang memenuhi syarat. Dan itulah citra awal yang saya dapatkan," ucapnya.
Selesai/JC