WAWANCARA /Anies: Pendidikan jadi ruang pererat kolaborasi masyarakat Indonesia-Taiwan

27/06/2025 17:23(Diperbaharui 27/06/2025 17:41)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

Anies Baswedan berbicara dalam acara temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology hari Jumat setelah menerima wawancara eksklusif CNA. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)
Anies Baswedan berbicara dalam acara temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology hari Jumat setelah menerima wawancara eksklusif CNA. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)

Oleh Muhammad Irfan, reporter staf CNA

Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga akademisi, Anies Baswedan menilai banyak ruang mempererat kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan, terutama di bidang pendidikan, budaya, riset, dan pariwisata, sebagaimana ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan CNA di Kabupaten Yunlin, Jumat (27/6).

Di sela-sela kunjungannya untuk menghadiri International Design Study Forum and Conference ke-12 pada Sabtu, Anies dalam wawancara bersama CNA menyebut bahwa Taiwan, yang ia dengar sebagai masyarakat paling maju dalam bidang semikonduktor, memberikan peluang bagi anak-anak muda Indonesia untuk belajar, misalnya dalam membangun industri teknologi tinggi.

"Yang nantinya bisa membawa manfaat besar bagi Indonesia," kata Anies.

Sebaliknya, selain adanya warga Indonesia yang datang ke Taiwan untuk belajar, Anies mendorong para diaspora juga mengajak orang Taiwan berkunjung ke Nusantara.

Menurutnya, di Indonesia ada dua hal yang layak ditampilkan: budaya, hasil kreativitas, rasa, dan peradaban Nusantara; dan alam, yang ia katakan memiliki keindahan luar biasa. 

"Jadi, saya rasa ada banyak ruang untuk kolaborasi," ucap dia.

Bersahabat dengan semua bangsa

Anies Baswedan memberikan pemaparan dalam temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)
Anies Baswedan memberikan pemaparan dalam temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)

Anies menyebut Indonesia harus menjaga hubungan persahabatan dan saling belajar dengan semua bangsa. Oleh karena itu, ujarnya, ia menghargai keluarga-keluarga yang mengirim anak-anak mereka untuk belajar di berbagai wilayah, termasuk Taiwan.

Ia menambahkan, hubungan antarwarga ini harus terus dipelihara, sehingga bagi masyarakat Taiwan, kehadiran pelajar diaspora akan membantu mereka lebih memahami Indonesia. 

"Dan bagi pelajar Indonesia yang belajar di sini, mereka bisa mempelajari bahasa, budaya, dan pada akhirnya menjadi jembatan antara dua komunitas. Inilah yang kita sebut sebagai hubungan antarwarga -- hubungan antar komunitas yang dibangun melalui pendidikan," ucap dia.

Apalagi karena pendidikan hampir selalu melibatkan anak muda, dampaknya bersifat jangka panjang, ucap Anies.

"Karena anak muda memiliki lebih banyak hari esok daripada hari kemarin. Maka dengan menjadi jembatan hari ini, mereka juga akan menjadi jembatan di masa depan. Dan kita harus sadar bahwa berteman dengan semua komunitas dan memilih untuk menjaga hubungan tersebut adalah demi perdamaian dunia jangka panjang," ucapnya.

Ia juga menambahkan pesan agar orang Indonesia di Taiwan menjadi representasi yang baik bagi tanah air. "Jadi, pesan sederhana saya kepada sesama para diaspora adalah ini. Dua hal, pertama, jaga nama baik Indonesia; kedua, buat mereka (orang asing) terkesan," ucap Anies dalam wawancara.

Kesan terhadap Taiwan

Anies Baswedan berinteraksi dengan salah satu pekerja yang juga mahasiswa Indonesia di Taiwan usai temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar oleh PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)
Anies Baswedan berinteraksi dengan salah satu pekerja yang juga mahasiswa Indonesia di Taiwan usai temu wicara di National Yunlin University of Science and Technology, yang digelar oleh PPI Yunlin, Jumat. (Sumber Foto : CNA, 27 Juni 2025)

Anies menyebut bahwa ini adalah pertama kalinya ia datang ke Taiwan, dengan kesan pertama yang ia dapat dimulai dari Bandara Internasional Taoyuan.

"Karena itulah tempat kami pertama kali menginjakkan kaki. Di situlah juga kami melakukan interaksi pertama," kata Anies.

Di bandara, ia bertemu dengan seorang petugas keamanan yang adalah orang Indonesia. Petugas tersebut menyapa Anies, dan itu membuatnya terkejut karena di balik seragam keamanan bandara, ada seorang Indonesia. 

"Apa yang membuat saya terkejut? Saat kami mengobrol, saya mengetahui bahwa dia bisa berbicara dalam tujuh bahasa, meskipun dia hanya menyebut lima secara resmi. Ini mencerminkan sebuah kebijakan yang menarik bahwa Taiwan bersikap terbuka terhadap pendatang baru. Bukan pendatang baru yang harus belajar bahasa lokal, melainkan staf bandara yang menguasai bahasa para pengunjung," kata Anies.

Dari situ ia beranggapan bahwa Taiwan berorientasi pada penyambutan tamu, dengan mewajibkan staf untuk bisa berbahasa sesuai wilayah asal tamu.

"Kedua, dari obrolan kami, saya tahu bahwa proses seleksinya tidak melibatkan koneksi orang dalam. Semuanya berbasis meritokrasi. Persyaratannya pun jelas. Dari situ saya mendapatkan kesan bahwa ada sistem meritokrasi yang berjalan. Dan saya bangga bahwa melalui meritokrasi ini, para pekerja migran Indonesia bisa lolos. Mereka memang memenuhi syarat. Dan itulah citra awal yang saya dapatkan," ucapnya.

Selesai/JC

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.