Taipei, 26 Agu. (CNA) Penyelenggara karnaval multikultural imigran baru, yang diadakan Sabtu sore (24/8) di Matsu, mengatakan melalui acara ini, mereka berharap dapat mengucapkan terima kasih kepada warga setempat atas dukungan serta penerimaan mereka terhadap para imigran baru.
Penyelenggara menyatakan bahwa dalam acara yang diadakan di Desa Nangan di sana, para imigran baru yang menikah dengan orang setempat dari berbagai negara mengenakan pakaian tradisional yang indah.
Wakil Bupati Lienchiang, Chen Kuan-jen (陳冠人), dalam sambutannya mengatakan bahwa tidak peduli dari mana asal para imigran baru, "Sekarang mereka semua adalah orang Matsu."
Matsu sendiri adalah nama lain dari Lienchiang. Kabupaten ini merupakan kepulauan terluar Taiwan yang berjarak lebih dekat ke daratan utama Tiongkok ketimbang ke pulau utama Taiwan.
Chen juga mengatakan ia berharap para imigran baru ini dapat berakar di Matsu, membesarkan generasi berikutnya yang bisa menjadi jembatan antara tempat tersebut dan negara asal orang tua mereka.
Ketua New Immigrant Women Care Association Kabupaten Lienchiang, Liang Yen-lin (梁燕林), mengatakan kepada wartawan CNA bahwa jumlah total imigran baru di kabupaten tersebut sebanyak 626 orang.
Di antaranya, 549 orang berasal dari daratan utama Tiongkok, yang merupakan 87,69 persen dari keseluruhannya, sementara 52 orang dari Vietnam (8,3 persen) dan 25 lainnya dari Myanmar, Indonesia, dan Kamboja (3,99 persen).
Dalam sambutan oleh Liang, ia menyatakan bahwa migrasi adalah proses yang penuh tantangan dan peluang, menambahkan bahwa ia percaya setiap imigran baru sedang berusahaa untuk beradaptasi dengan kehidupan baru mereka di Matsu dan menciptakan masa depan yang lebih baik dengan tangan mereka sendiri.
Selain itu, ia berharap dapat menyampaikan rasa terima kasih kepada warga Matsu melalui acara ini, dan juga berharap perbedaan bahasa, budaya, serta cara hidup menjadi kekayaan berharga untuk tumbuh bersama dan saling belajar.
Liang menambahkan bahwa imigran baru secara aktif berintegrasi ke dalam kehidupan di Matsu, berpartisipasi dalam berbagai sektor, dan menggunakan keahlian mereka untuk berkontribusi kepada masyarakat.
Liang, yang mengenakan pakaian tradisional dari kampung halamannya di Provinsi Guangxi, Tiongkok, juga mengakui bahwa dalam suasana lintas selat saat ini, ada sedikit kekhawatiran akan diperlakukan dengan tidak ramah.
Tetapi, di Matsu, warga setempat menunjukkan sikap ramah dan baik hati, sehingga ia merasa tidak ada tekanan dan semakin termotivasi untuk berjuang di tanah ini.
(Oleh Pan Hsin-tung dan Jason Cahyadi)
Selesai/JA