Taipei, 10 Des. (CNA) Meningkatkan pemahaman cara melindungi diri dari pelecehan seksual di sekolah kepada anak-anak harus dilakukan mengingat kasus kekerasan seksual di Taiwan, lebih dari separuh korban adalah anak di bawah umur, tutur Action Alliance on Basic Education on Youth (AABE) pada Senin (8/12).
Pada Januari tahun 2025, aliansi tersebut merilis “10 Isu Utama yang Paling Diperhatikan Remaja
Taiwan 2025”, dan pertanyaan “Apa yang harus dilakukan jika mengalami pelecehan seksual?”
menempati posisi ketiga.
Menurut data aliansi, laporan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) menunjukkan bahwa pada 2024, kelompok usia 13-17 tahun mencatat proporsi korban tertinggi yakni 32,9 persen, menjadikan remaja kelompok yang paling rentan dalam kasus penyebaran konten seksual. Sementara itu, statistik semester pertama tahun ini dari MOHW menunjukkan bahwa korban berusia 12-8 tahun mencatat proporsi tertinggi, dengan total korban anak di bawah umur mencapai 52,6 persen.
Dalam konferensi pers, aliansi tersebut mengajukan tiga tuntutan, yakni menjamin dan menambah jam pelajaran yang terkait pencegahan kekerasan seksual, batasan interaksi tubuh, dan pendidikan emosional.
Memperkuat kurikulum sistematis mengenai kedaulatan tubuh, budaya persetujuan, dan batasan digital, agar siswa memahami bahwa menyebarkan foto tanpa izin adalah bentuk pelanggaran. Membangun platform bantuan terpadu dan ramah anak yang dikoordinasikan oleh MOHW.
Departemen Pendidikan Pemerintah Kota Taipei menanggapi dalam pernyataan tertulis bahwa setelah
mengetahui laporan dugaan kekerasan seksual tersebut, dan melaporkan kasus melalui mekanisme keamanan sekolah dan mengkomunikasikan hak, prosedur penyelidikan, serta jalur bantuan kepada
siswa dan orang tua.
Otoritas itu menegaskan kembali menentang segala bentuk kasus kekerasan berbasis gender di
sekolah, dan terus mengawasi agar sekolah memberikan bimbingan, dukungan emosional, serta perlindungan belajar bagi semua pihak, serta memastikan penanganan kasus berjalan dengan baik dan hak siswa tetap terlindungi.
(Oleh Hsu Chi-wei, Yang Shu-min dan Agoeng Sunarto)
Selesai/ja