Taipei, 12 Des. (CNA) Taiwan pada hari Senin (8/12) meluncurkan aliansi uji klinis baru yang bertujuan untuk mengoordinasikan institusi medis di seluruh negeri guna membantu pasien mendapatkan akses lebih cepat ke obat-obatan yang menjanjikan namun belum disetujui, menurut para penggagasnya.
"Ini bukan tentang memperlakukan pasien sebagai kelinci percobaan, tetapi tentang mempersiapkan hari ini untuk pengobatan di masa depan," kata Presiden Taipei Medical University (TMU) Wu Mai-szu (吳麥斯) dalam sebuah upacara di Taipei yang mengumumkan pendirian Aliansi Pusat Uji Klinis Taiwan (TACTC).
Aliansi ini, yang diprakarsai oleh TMU, tiga rumah sakit afiliasinya, dan Rumah Sakit Umum Veteran Taichung, menyatukan 32 institusi medis dan penelitian di seluruh negeri. Didukung oleh pemerintah, aliansi ini bertujuan untuk menggabungkan sumber daya, memperkuat koordinasi, dan meningkatkan daya saing internasional Taiwan, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut.
Menteri Kesehatan Shih Chung-liang (石崇良) mengatakan uji klinis merupakan indikator penting perkembangan teknologi medis suatu negara, namun "inefisiensi prosedural" telah lama menghambat Taiwan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Taiwan saat ini hanya melakukan 300 hingga 400 uji klinis per tahun - jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara Asia-Pasifik lainnya, seperti Australia, Korea Selatan, dan Jepang, kata Wu.
Data dari Platform Registri Uji Klinis Internasional Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa Australia mendaftarkan 2.602 uji klinis pada tahun 2024, sementara Jepang mendaftarkan 2.156 dan Korea Selatan 1.864.
Shih mencatat bahwa uji klinis sebelumnya hanya terbatas pada delapan pusat medis yang ditunjuk, meskipun banyak rumah sakit lain yang mampu melakukan pekerjaan tersebut.
Dengan berdirinya TACTC, ia mengatakan dokumentasi yang distandarisasi, prosedur yang disederhanakan, dan mekanisme satu pintu yang mengintegrasikan persetujuan obat baru serta tinjauan penggantian Asuransi Kesehatan Nasional akan membantu masyarakat di Taiwan mendapatkan manfaat dari obat-obatan baru lebih cepat, tanpa merinci lebih lanjut.
Di era di mana kecepatan sangat penting dalam pengembangan obat baru, kekhawatiran terbesar masyarakat adalah "seberapa cepat mereka dapat menggunakan obat-obatan tersebut," kata Shih.
Jika uji klinis untuk obat baru merekrut peserta di Taiwan, proses persetujuannya sering kali dapat dipercepat, memungkinkan pasien mendapatkan manfaat lebih awal selama fase uji coba, tambahnya.
Shih mengatakan aliansi baru ini juga diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi internasional dengan mendorong perusahaan farmasi memilih Taiwan sebagai basis penelitian dan pengembangan.
Selesai/ML