Taipei, 24 Sep. (CNA) Warga Desa Guangfu di Kabupaten Hualien, Taiwan timur, menceritakan kembali detik-detik menakutkan saat banjir bandang menghantam rumah dan pertokoan setelah Danau Penghalang Sungai Matai’an meluap, Selasa (23/9) yang menewaskan sedikitnya 14 orang dan membuat 124 lainnya hilang.
Luapan air yang dipicu Taifun Ragasa tersebut menghancurkan Jembatan Sungai Matai’an di Jalan Provinsi 9 dan menerjang pusat perdagangan Guangfu. Lantai dasar rumah serta toko terendam lumpur tebal, memaksa warga menyelamatkan barang seadanya.
Seorang pemilik toko buah bermarga Tsai (蔡), yang menjalankan toko di dekat stasiun kereta Guangfu, mengatakan kepada CNA bahwa ia mulai mengumpulkan barang-barangnya setelah mendengar siaran evakuasi polisi, tetapi air tiba-tiba naik dari saluran pembuangan dalam hitungan detik dan membanjiri tokonya.
"Itu sangat menakutkan. Air datang sekaligus, menyapu rak buah dan skuter listrik. Kami tidak punya waktu untuk menyelamatkan apa pun," katanya, seraya menambahkan bahwa keluarganya hanya sempat berlari ke lantai atas untuk berlindung.
Warga lain, bermarga Hsu (徐), mengatakan ia belum pernah melihat banjir sebesar ini dan mengira rumahnya yang berada di tempat lebih tinggi akan aman.
Namun, air banjir justru naik sekitar 25 sentimeter di dalam rumahnya, meninggalkan lapisan lumpur setebal 10 cm setelah air surut.
"Saya belum pernah melihat yang seperti ini," katanya.
Ipar perempuannya mengatakan banjir telah menghancurkan hampir semua barang di rumahnya.
"Semua perabotan di dapur dan ruang tamu saya, termasuk kulkas, terbalik oleh air," katanya.
Tetangga Hsu mengatakan ia berada di sebuah toko serba ada pada Selasa dan melihat mobil-mobil tersapu air banjir.
"Saya takut keluar karena bisa saja tertabrak kulkas atau sampah yang hanyut," katanya kepada CNA. Ia mengatakan kemudian menunggu air surut sebelum berlindung di stasiun kereta.
Sementara itu, Kao Chen-han (高晨瀚), seorang pekerja sosial di cabang World Vision Taiwan Kelurahan Fenglin, Hualien, yang juga terdampak banjir, mengatakan ia pertama kali mendengar "Suara sungai yang bergemuruh" dan mengira itu hanya hujan deras.
"Tapi sangat cepat saya tahu ada yang tidak beres. Saya lari ke lantai tiga, dan dari atap yang saya lihat hanya air dan mobil-mobil yang tersapu," katanya.
World Vision Taiwan mengatakan para pekerja sosialnya sedang memeriksa lebih dari 100 anak dan remaja rentan di zona bencana dan telah mendirikan pusat penitipan anak di Desa Guangfu.
Satu anak masih belum ditemukan, kata lembaga amal tersebut.
Hingga pukul 8 pagi Rabu, Taifun Ragasa telah merenggut 14 nyawa -- semuanya di Kecamatan Guangfu -- menyebabkan 34 orang luka-luka, termasuk 18 di Kabupaten Hualien, dan membuat 124 orang hilang, menurut Pusat Operasi Darurat Nasional.
Sebanyak 3.285 orang dievakuasi dari Guangfu, Fenglin, dan Wanrong di Hualien.
Selesai/ja