Singapura, 18 Juli (CNA) Pemengaruh Taiwan yang dikenal sebagai Yaner (妍兒) baru-baru ini mengungkapkan bahwa saat berlibur ke Malaysia, ia mengalami pemeriksaan mendadak oleh polisi yang memintanya membayarkan uang, dengan ancaman pemborgolan, hingga menemani ke bar sebelum membebaskannya.
Dalam unggahan di Instagram, Yaner menyebut bahwa saat tengah berjalan-jalan, ia dihentikan polisi di jalanan. Saat mencari paspor, ia tanpa sengaja menyentuh tombol rekam video di ponselnya dan langsung dimarahi polisi yang menuduhnya "Mengambil gambar diam-diam."
Polisi itu, kata Yaner, memintanya turun dari kendaraan, merampas ponselnya, dan mengancam, "Kamu harus bayar denda RM10.000 (Rp38,362 juta), kalau tidak, saya akan borgol kamu dan bawa ke kantor polisi satu malam."
Yaner juga mengatakan bahwa polisi memintanya mengubah bahasa ponsel ke bahasa Inggris, melihat foto-fotonya selama liburan, membuka aplikasi perbankan untuk memeriksa saldo, dan bertanya, "Berapa banyak ringgit yang bisa kamu tukar?"
Selain itu, kata Yaner, seorang polisi bahkan mengatakan, "Beri saya RM1.000, nanti setelah jam kerja ikut saya ke bar untuk minum, lalu saya akan membiarkanmu pergi," yang ia katakan membuatnya sangat tidak nyaman.
Ia menegaskan bahwa saat berada di luar negeri, bersikap tenang dan waspada adalah hal paling penting. Karena polisi sudah tahu di mana ia menginap, ia langsung memesan hotel lain. Namun, polisi itu masih mencoba menghubunginya beberapa kali, hingga akhirnya ia memblokir nomor tersebut.
Insiden ini memicu perbincangan di media sosial. Sejumlah media Malaysia melaporkan bahwa polisi telah mengonfirmasi identitas oknum yang terlibat, dan akan mengambil tindakan lebih lanjut, termasuk menyelidiki berapa banyak petugas yang terlibat dalam pemeriksaan jalanan saat kejadian.
Lai Chun Chian (賴俊權), asisten Anggota Parlemen Malaysia Lim Lip Eng (林立迎), menyampaikan bahwa ia telah pergi ke markas kepolisian setempat untuk membantu memahami situasi dan menyerahkan bukti-bukti terkait.
Laporan, kata Lai, juga menyebutkan bahwa setelah memastikan tuduhan tersebut, kepolisian menyatakan bahwa pelaku benar-benar polisi asli, bukan gadungan.
"Divisi Integritas dan Kepatuhan Standar (JIPS) telah membuka kasus ini, dan telah mengonfirmasi identitas polisi yang terlibat," ujarnya.
Menanggapi pertanyaan CNA, Kantor Ekonomi dan Budaya Taipei di Malaysia menyatakan mereka hari Rabu (16/7) menerima permintaan bantuan dari korban, langsung menunjukkan kepedulian dan simpati, serta memastikan bahwa keselamatannya terjamin.
Kedutaan de facto Taiwan di Malaysia tersebut mengatakan mereka juga telah secara resmi menyurati kepolisian, dengan tegas meminta agar kasus ini segera diselidiki.
Saat ini kasus tersebut telah masuk dalam tahap penyelidikan, kata kantor tersebut, menambahkan bahwa mereka akan terus menjalin komunikasi dengan pihak Malaysia untuk mengusut kasus ini dan melindungi hak warga Taiwan.
(Oleh Henry Wu dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF