WAWANCARA /Aktivis: Tak ada hari libur dan jam istirahat khusus, pekerja sektor domestik rentan eksploitasi agensi (bagian ke-2)

06/08/2024 19:58(Diperbaharui 28/08/2024 19:42)
Fajar, aktivis GANAS. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA).
Fajar, aktivis GANAS. (Sumber Foto : Dokumentasi CNA).

Oleh Mira Luxita, reporter staf CNA

Selama sepekan lalu CNA telah membahas mengenai kasus teratas yang dihadapi oleh para pekerja sektor formal yaitu di mana tingginya biaya pembelian job (pekerjaan) yang ditawarkan agensi dan pemutusan kontrak secara pihak oleh majikan.

Baca berita sebelumnya, bagian ke-1 https://indonesia.focustaiwan.tw/society/202407265007

Serupa tetapi tak sama, kasus sektor informal yang dialami pekerja domestik juga melibatkan pihak agensi dengan mengeksploitasi para pekerjanya di mana terdapat rancunya batasan-batasan pekerjaan yang harus dilakukan sektor pekerja rumah tangga dan pekerjaan yang tidak sesuai kontrak bagi perawat migran penjaga pasien.

Saat diwawancarai CNA mengenai apa poin utama tugas dari pekerja domestik, Fajar, aktivis GANAS (Gabungan Tenaga Kerja Bersolidaritas) mengungkapkan bahwa dirinya sendiri heran tentang pengaturan pekerjaan yang diemban oleh pekerja di sektor tersebut.

Definisi pekerja domestik menurut aktivis GANAS adalah pekerjaan yang dilakukan di dalam rumah, yang seharusnya ada batasan-batasannya.

Di Taiwan sendiri ada dua jenis pekerjaan sektor domestik, antara lain, PLRT (Penata Laksana Rumah Tangga) dan perawat migran atau penjaga pasien.” Ujarnya.

Pekerja domestik sendiri tidak termasuk dalam UU ketenagakerjaan, jadi artinya masih rancu karena tidak ada batasan-batasan kerjanya, bahkan tidak menentu waktu libur dan istirahatnya. Selama pekerjaan itu di dalam rumah, apa pun itu dikerjakan, itu bukan merupakan pelanggaran,” ujar Fajar kepada CNA.

Saat ditanya, kasus apa yang paling banyak dilaporkan oleh pekerja domestik, Fajar menekankan bahwa tidak adanya batasan jam kerja, serta hari libur khusus yang diwajibkan pada pekerja tersebut.

Fajar juga menggarisbawahi mengenai ketentuan hari libur satu hari yang disayangkan mendapatkan pemotongan gaji, padahal liburnya tidak sampai 24 jam.

Mengenai hari libur, kata Fajar, hal tersebut masih merupakan kesepakatan antara pemberi kerja dan pekerja itu sendiri, bukan suatu keharusan. Jika pemberi kerja tidak memberikan izin, maka pekerja tidak bisa mengajukan protes.

Ditambah lagi tidak adanya kepastian istirahat dalam jam kerjanya. Memang kesepakatan tersebut dapat dituangkan dalam kontrak kerja, kata Fajar. Misalnya, dalam satu minggu ada kesepakatan libur, jika tidak libur, maka dapat digantikan menjadi uang lembur.

Namun, Fajar menyayangkan jika hal itu hanya sebatas tulisan di atas kontrak saja, sementara nyatanya banyak pemberi kerja tidak mematuhinya.

Menurut Fajar, banyaknya aduan mengenai tidak ada istirahat juga sering dikeluhkan oleh pekerja. Misalnya, penjaga orang tua yang setiap hari harus bekerja selama 24 jam, termasuk di malam hari, seperti saat sedot dahak, sehingga mereka tidak memiliki jam istirahat.

Kebanyakan pelapor mengeluhkan bahwa semua itu akhirnya kembali pada majikan. Jika majikan tidak setuju mengenai hal ini karena beberapa alasan, jadi tidak bisa menuntut,” ungkapnya menirukan reaksi pekerja.

Kami sebagai aktivis juga kesulitan untuk memilah mana bentuk pelanggaran mana yang masih dalam lingkup pekerjaan itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan kasus yang diterima oleh GANAS adalah sektor perawat migran atau penjaga orang tua," kata Fajar.

"Misalnya, ada satu kasus, dalam kontraknya adalah menjaga orang tua, tetapi dipekerjakan sebagai perawat anjing. Bahkan anjing yang dirawatnya lebih dari satu dan melakukan perawatan tersebut seperti layaknya perawatan manusia. Kemudian ia juga dipekerjakan untuk memasak bagi 1 anggota keluarga, bersih-bersih hingga 7 lantai, padahal ada orang tua yang butuh penjagaan total,” tambahnya.

Ketika disinggung mengenai permasalahan sektor PLTR atau pekerja rumah tangga, Fajar juga menekankan bahwa sektor-sektor tersebut juga tidak ada batasan kerjanya.

Selama itu bekerja di rumah, tidak melanggar. Jadi kalau menjaga anjing, menjaga anak, memasak untuk satu anggota keluarga, menjaga bayi. Hal tersebut tidak salah, itu bukan bekerja di luar job. Itulah mengapa menurut saya pekerja domestik itu rentan dengan eksploitasi,” ujar Fajar yang telah berpengalaman menangani pengaduan selama 10 tahun ini.

Saat ditanya oleh CNA tentang bagaimana cara pekerja domestik mendeteksi bahwa mereka mengalami pelanggaran dengan dipekerjakan di bidang yang tidak sesuai job-nya, GANAS memberikan petunjuk hal tersebut terjadi jika mereka dipekerjakan di luar rumah.

Misalnya, kata Fajar, jika mereka diminta berkebun, bekerja di pabrik yang dipunyai majikan, bekerja di restoran, dan pekerjaan di luar rumahnya.

影片來源:Fokus Taiwan Indonesia

 

GANAS juga mengingatkan agar rekan-rekan yang mendapati pengalaman serupa untuk melapor segera, jangan menunda sampai masalahnya bersifat kronis.

Hal tersebut harus dilaporkan agar majikan tidak merekrut pekerja lain dan mengulang kesalahannya, kata Fajar.

Ketika ditanya apakah pekerja harus menyertakan bukti, sedangkan untuk membawa alat komunikasi berupa telepon genggam tidak diperkenankan saat bekerja, Fajar mengungkapkan bahwa bukti memang diperlukan.

Namun, Fajar juga mengingatkan untuk berhati-hati dengan agensi dan majikan yang semakin pintar dan mempunyai trik tersendiri untuk menghindari tuduhan, misalnya jika pekerjanya didapati bekerja di kebun, mereka akan mengatakan bahwa pihaknya tidak menyuruh pekerja tersebut, melainkan itu adalah inisiatif pekerja tersebut sendiri.

Jadi, jika ada hal-hal semacam ini, GANAS atau pun TIWA memberikan trik tertentu, silahkan menghubungi kami (GANAS community),” ungkapnya.

Fajar mencontohkan suatu kasus, di mana seorang pekerja yang melapor pada saluran siaga 1955 dan akhirnya pihak tersebut meminta agensi untuk menjemputnya. Sesampainya di kantor agensi, pekerja tersebut dibuat tak berdaya karena agensi terus mendesaknya untuk berdamai dan mencabut laporan.

Menurut Fajar, bahkan ada yang sampai menjadikan keluarga atau temannya yang masih di P3MI (Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia) sebagai jaminan dan diintimidasi.

Dikarenakan hal itulah akhirnya pekerja tersebut menghubungi kami dan minta dijemput dan diambil dari agensinya. Kami (GANAS bersama TIWA) pun akhirnya menjemput dan membawanya ke shelter depnaker,” katanya.

Fajar juga menambahkan bahwa para pekerja domestik juga sering mendapatkan tekanan dari agensi seperti saat pasporan (istilah memperbaharui paspor), di mana dokumen mereka sengaja ditahan, sehingga pekerja tersebut harus mengurus paspor menggunakan jasa agensi.

Selain itu, menurut Fajar, bagi yang sakit bukan karena kecelakaan kerja, ada agensi yang menekan pekerjanya agar tidak berobat di Taiwan, dan memaksanya untuk pulang ke Indonesia.

Masalah pekerja domestik itu sangat rumit. Sama seperti pekerja formal pada umumnya, yang menjadi kendala utama adalah sistem agensi, mengakibatkan pekerja sektor domestik penuh dengan eksploitasi,” tutupnya mengakhiri wawancara.

Selesai/JC

Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.