Taipei, 24 Juni (CNA) "Turnamen Sepak Bola Imigran Internasional Piala Taiwan" (Taiwan Immigrants Football Competition) tahun ini telah diadakan di Stadion Olahraga Tucheng, Kota New Taipei pada 21 dan 22 Juni, menurut rilis pers Global Workers' Organization (GWO).
Kegiatan serupa juga akan diselenggarakan di Chaoma Sports Center Kota Taichung pada tanggal 12-13 Juli mendatang, ujar Hsu Jui-hsi (徐瑞希), ketua GWO.
GWO, yang menjadi tuan rumah turnamen tersebut, mengatakan bahwa turnamen tersebut pertama kali diselenggarakan pada 2015 di Stadion Sepak Bola Xinzhuang.
Dalam sepuluh tahun terakhir, sepak bola antar pekerja migran Taiwan telah berkembang pesat dan telah menjadi kegiatan rekreasi yang menyenangkan bagi para pekerja migran, dan telah berkembang pesat di berbagai daerah, menurut organisasi.
Selain tim pekerja migran Asia Tenggara, tim yang berpartisipasi dalam Piala Taiwan juga terdiri dari pekerja kerah putih (profesional) dan mahasiswa dari berbagai negara, menurut keterangan tersebut.
Terlepas dari ragam latar belakang dan kebangsaan para peserta, warna kulit, dan kepercayaan, kata GWO, mereka mengadakan Piala Taiwan dengan semangat "Mempromosikan kesetaraan melalui pertandingan sepak bola."
Pertandingan sepak bola tahun ini didukung Departemen Olahraga dan Departemen Urusan Ketenagakerjaan New Taipei serta Komisi Pengawas Keuangan Yuan Eksekutif.
Sempat menghadapi pemain Eropa dan Amerika, tim Indonesia tahun ini berhasil melesat ke babak semifinal. Namun, kompetisi dimenangkan tim Gambia, dengan kapten yang adalah selebriti internet di Taiwan. Banyak penggemar datang menonton pertandingan sepak bola untuknya, tulis keterangan GWO.
Selain mengadakan kompetisi, GWO juga akan membantu teman-teman pekerja asing guna mendirikan organisasi sepak bola yang bertujuan bagi persatuan antar pekerja asing yang menyukai sepak bola.
Hsu, yang akrab disapa Karen, saat dihubungi CNA mengatakan bahwa selain menyelenggarakan kegiatan sepak bola untuk persatuan pekerja migran, pihaknya juga ingin mempromosikan antipenipuan yang marak terjadi di kalangan pekerja.
Para pekerja migran kerap ditipu, kata Karen, menambahkan bahwa sering kehilangan uang telah menjadi masalah serius. Mereka sering kali tidak memiliki cara untuk mencari bantuan saat menghadapi penipuan karena kendala bahasa, ujarnya.
Untuk itu, GWO secara khusus telah membekali informasi mengenai promosi anti-penipuan dan keamanan finansial lainnya dalam kegiatan tersebut, ujar Karen.
Selain memutar animasi dalam bahasa Indonesia, Vietnam, Inggris, dan Thailand di stan promosi, juga disediakan layanan untuk mengingatkan para pekerja migran agar memerhatikan penipuan dengan berbagai trik, kata Karen.
Yayasan Bantuan Hukum New Taipei juga memberikan bantuan dengan menjawab pertanyaan seputar penipuan keuangan, ujarnya.
GWO juga menyebutkan dalam rilis persnya, jika pekerja migran tertipu, mereka dapat melaporkan kasus tersebut ke kantor polisi terdekat.
Bahkan jika mereka telah ditipu saat mengambil paket, mereka dapat meminta staf toko serba ada seperti FamilyMart untuk membantu mencatat dan melaporkan kasus tersebut, kata GWO.
Selesai/JC