Oleh Li Chien-chung, Chao Yen-hsiang, dan Muhammad Irfan reporter dan penulis staf CNA
Bagi pesenam artistik Taiwan-Swedia, Tonya Paulsson, yang bergabung dengan tim nasional senam Swedia pada tahun 2016, berkompetisi di tingkat internasional bukanlah hal baru.
Prestasinya termasuk membantu Tim Swedia meraih podium di Kejuaraan Nordik pada 2016-2018, serta meraih medali perunggu di Youth Olympic Games 2018.
Namun, Kejuaraan Senam Asia yang akan datang di Jecheon, Korea Selatan, pada pertengahan Juni akan menandai babak baru dalam kariernya.
Untuk pertama kalinya, Paulsson akan mewakili Taiwan -- tanah kelahiran ibunya -- alih-alih Swedia, tempat ia telah tinggal selama lebih dari 20 tahun.
"Di Swedia, mereka dikenal sangat ketat dalam seleksi Olimpiade. Hanya karena kamu lolos kualifikasi, bukan berarti kamu pasti berangkat. Akan lebih mudah jika kamu bagian dari program talenta mereka ... Federasi saya tidak menominasikan saya, tapi mereka menominasikan gadis-gadis lain.
"Saya pikir itu tidak adil karena saya juga punya hasil di level yang sama tinggi dengan mereka. Saya sangat senang untuk mereka... tapi saya tidak pernah diberi kesempatan. Jadi saya bertanya pada ibu saya, 'Bisakah saya mencoba mengganti kewarganegaraan?'" kata Paulsson dalam wawancara terbaru dengan CNA di Kaohsiung, tempat ia mempersiapkan diri untuk ajang di Korea Selatan.
Paulsson mengumumkan keputusannya untuk mengganti kewarganegaraannya menjadi Taiwan pada November 2024. Langkah ini disetujui oleh Federasi Senam Internasional (FIG) pada akhir Februari.
Paulsson mendapatkan tempat di tim nasional Taiwan setelah meraih posisinya di National Intercollegiate Games yang diadakan pada 27 April hingga 1 Mei.
Senam: Pertemuan yang Tak Disengaja
Kini berusia 21 tahun, Paulsson mengatakan senam artistik adalah satu-satunya olahraga yang benar-benar ia tekuni -- dan semuanya dimulai secara kebetulan. Saat ia masih kecil bermain di taman setempat, seorang tetangga yang merupakan pelatih senam memperhatikan kelenturan dan kelincahannya yang luar biasa.
Berbeda dengan kebanyakan pesenam yang biasanya mulai berlatih pada usia tiga atau empat tahun, Paulsson sudah berusia delapan tahun. Namun setelah melihat penampilannya di kelas pertama, pelatihnya mengatakan ia punya potensi.
Menyebut dirinya sebagai seseorang yang "Butuh tantangan", Paulsson mengatakan ia terus menekuni senam artistik sejak saat itu karena ia merasa tuntutan mental dan fisik dari olahraga ini "Menantang" namun "Menyenangkan".
Ikatan dengan Taiwan
Paulsson sering mengunjungi Taiwan selama liburan musim panas, tanpa pernah mengorbankan latihan senamnya.
Untuk menjaga rutinitas latihannya, ibunya menghubungi Cheng Kun-chieh (鄭焜杰), pelatih tim senam di SMA Datong Kota Taipei. Cheng menyambut Paulsson untuk berlatih bersama mereka -- sebuah koneksi yang akhirnya membuka jalan bagi perubahan kewarganegaraannya.
"Saya sangat berterima kasih padanya karena dia yang membantu saya pindah negara. Prosesnya sulit, tapi dia membuatnya jauh lebih mudah," kata Paulsson, juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Cheng karena telah membantunya menyadari potensinya.
Sementara itu, Cheng telah mengatur agar Paulsson berkompetisi di Kejuaraan Asia dan FISU World University Games di Jerman pada bulan Agustus ini, di mana ia berharap Paulsson dapat memenangkan medali senam artistik pertama untuk Taiwan di ajang tersebut.
Di antara dua dunia
Sejak memindahkan latihannya ke Taiwan, Paulsson mengatakan ia menerima lebih banyak dukungan dan sumber daya dibandingkan di Swedia, di mana ia tidak dibayar dan harus mengurus dirinya sendiri bahkan saat cedera.
"Di sini, saya hanya perlu naik lift dari lantai enam ke lantai satu. Saya tidak perlu khawatir tentang apa pun selain senam."
Selain itu, ia mengatakan dikelilingi oleh peraih medali Olimpiade di Pusat Pelatihan Olahraga Nasional Taiwan sangat memotivasi.
"Saya pikir saya juga bisa memberi lebih banyak -- ketika saya melihat orang lain bekerja sangat keras, saya merasa saya bisa seperti mereka."
Selain lingkungan latihan, Paulsson mengatakan ia menikmati kenyamanan dan cuaca hangat di Taiwan.
Namun, ia mengakui bahwa mengganti kewarganegaraan adalah hal yang "Sulit".
Dalam sebuah wawancara dengan media olahraga Swedia pada November lalu, Paulsson menggambarkan menerima gelombang kritik -- termasuk komentar rasis -- setelah mengumumkan keputusannya. Meski mendapat reaksi negatif, ia mengatakan identitas Swedianya tetap tidak berubah.
"Saya adalah warga negara Swedia -- saya merasa lebih Swedia daripada Taiwan dan selalu sangat bangga setiap kali mengenakan bendera Swedia."
Apa selanjutnya?
Setelah World University Games, Paulsson akan memulai program sarjana hukum sipil di University of California, Berkeley. Namun karier senamnya akan terus berlanjut.
"Saya akan mengikuti senam perguruan tinggi untuk kampus dan terus berlatih untuk mewakili Taiwan," katanya, menegaskan kembali komitmennya untuk Asian Games 2026 dan Piala Dunia.
"Tujuan utama saya adalah Olimpiade 2028."
Selesai/ML