Taipei, 26 Mei (CNA) Menteri Dewan Urusan Tiongkok Daratan (MAC) Chiu Chui-cheng (邱垂正), Senin (26/5) mengatakan bahwa Taiwan dan Tiongkok masih mempertahankan beberapa tingkat interaksi, meskipun dialog resmi telah terhenti.
Chiu mengatakan dalam sebuah acara radio bahwa interaksi dengan Tiongkok dilakukan sesuai denganUndang-Undang yang Mengatur Hubungan antara Rakyat Wilayah Taiwan dan Wilayah Daratan.
Chiu menyampaikan komentar tersebut setelah Ketua Yayasan Pertukaran Selat (SEF), Frank Wu (吳豊山), mengatakan dalam sidang legislatif pada 21 Mei bahwa meskipun "Dialog lintas selat ditangguhkan, saluran untuk menyampaikan pesan tetap terbuka."
Chiu menjelaskan bahwa Wu hanya menyampaikan fakta dan mengungkapkan harapan agar kedua belah pihak di Selat Taiwan dapat melanjutkan dialog, yang terputus pada 2016.
Tsai Ing-wen (蔡英文) dari Partai Progresif Demokratik yang condong mendukung kemerdekaan menjabat sebagai presiden Taiwan pada masa jabatan pertamanya tahun itu.
Chiu mengakui bahwa mempertahankan "Dialog normal" saat ini sulit karena Taiwan tidak akan pernah menerima tuntutan Tiongkok untuk menjadikan "Konsensus 1992", yang didasarkan pada "Prinsip Satu Tiongkok", sebagai prasyarat -- karena hal itu berupaya melenyapkan Republik Tiongkok, nama resmi Taiwan.
Namun demikian, Chiu mengatakan beberapa interaksi masih berlangsung antara MAC dan Kantor Urusan Taiwan Tiongkok, serta antara SEF, yang semiresmi, dan mitranya di Tiongkok, Asosiasi Hubungan Lintas Selat Taiwan (ARATS) di Beijing.
Ia merujuk pada 3.179 pesan yang dikirim SEF ke Tiongkok pada 2023 -- sebagian besar terkait petisi publik -- dan pelaksanaan 26 perjanjian lintas selat yang masih berlanjut.
Selain itu, orang-orang di kedua sisi Selat, termasuk pebisnis, akademisi, dan jurnalis Taiwan, sering bepergian antara kedua wilayah dan berbagi informasi, kata Chiu, seraya menambahkan bahwa kemungkinan inilah yang dimaksud Wu ketika mengatakan "Saluran untuk menyampaikan pesan tetap terbuka."
Dalam wawancara radio, Chiu juga diminta untuk mengomentari insiden baru-baru ini di mana sekelompok pengunjung Tiongkok berfoto dengan bendera Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat berkunjung ke Taiwan. Menurutnya, mereka kemudian diidentifikasi sebagai mahasiswa yang sedang belajar di Makau.
Menyebut aksi mengibarkan bendera tersebut sebagai "Provokatif," Chiu mengatakan para mahasiswa itu melakukan aktivitas yang melanggar tujuan kunjungan mereka yang mereka dinyatakan, yaitu pariwisata.
Taiwan menyambut wisatawan dari seluruh dunia dan mendukung kehadiran di berbagai acara, kata Chiu, namun insiden seperti ini seharusnya tidak terjadi.
Ia mengatakan pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan, dan permohonan masuk dari kelompok tersebut di masa mendatang akan menghadapi pemeriksaan yang lebih ketat.
"Mereka jelas tahu perilaku seperti ini akan menimbulkan kebencian di masyarakat Taiwan, tetapi tetap menantang hukum dengan mengatakan 'ayo tangkap saya,'" kata Chiu. "Itu jelas tidak pantas."
Selesai/ML