Taipei, 16 Agu. (CNA) Taiwan akan mengadakan referendum pada 23 Agustus untuk memutuskan apakah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan -- yang berhenti beroperasi pada bulan Mei setelah 40 tahun beroperasi -- harus dihidupkan kembali.
Baca penjelasan ini untuk memahami mengapa referendum ini diadakan dan mengapa hal ini dapat menyebabkan perubahan besar dalam kebijakan energi Taiwan.
Siapa yang mengusulkan referendum?
Partai Rakyat Taiwan (TPP) mengusulkan referendum ini di Legislatif pada 18 April, dan rancangan undang-undang tersebut disahkan pada 20 Mei dengan dukungan dari oposisi utama Kuomintang (KMT).
Pertanyaan referendum berbunyi: "Apakah Anda setuju bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan harus melanjutkan operasi setelah mendapat persetujuan dari otoritas yang berwenang dan konfirmasi bahwa tidak ada masalah keselamatan?"
Argumen yang mendukung pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan
Para pendukung usulan ini berpendapat bahwa tenaga nuklir menawarkan listrik yang stabil dan emisi karbon yang rendah, serta dapat dihasilkan secara konsisten -- tidak seperti tenaga surya dan angin yang dipengaruhi oleh cuaca.
Mereka juga menyoroti kurangnya sumber daya energi domestik Taiwan, ketergantungannya pada impor, dan potensi risiko keamanan nasional jika terjadi blokade oleh Tiongkok.
Usulan TPP juga mengutip skandal energi surya dan kerugian komersial besar yang dialami Taiwan Power Co. (Taipower) akibat tingginya biaya pembelian listrik.
Usulan tersebut mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Uni Eropa telah memasukkan tenaga nuklir dalam strategi keberlanjutannya, dan Jepang telah mengaktifkan kembali beberapa reaktor setelah menutupnya pasca bencana Fukushima.
Argumen yang menentang pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan
Platform Aksi Penghapusan Nuklir Nasional menentang pengaktifan kembali, dengan menunjuk pada lokasi pembangkit yang dekat dengan jalur patahan di atas Palung Manila, yang menurut mereka merupakan area dengan risiko gempa tertinggi di Taiwan.
Kelompok ini mengatakan bahwa memperpanjang operasi pembangkit akan memakan biaya besar dan memperburuk masalah pembuangan limbah nuklir di Taiwan.
Pemerintah Kabupaten Pingtung memutuskan untuk menentang pengaktifan kembali pada pertemuan keselamatan nuklir bulan Juni, dengan para ahli dan akademisi menekankan bahwa penghentian operasi mencerminkan konsensus sosial dan prosedur demokratis.
Mereka juga mengatakan bahwa referendum mendadak ini menantang keadilan prosedural dan hak-hak lokal.
Apa posisi pemerintah pusat?
Yuan Eksekutif menyatakan bahwa izin pembangkit tersebut telah habis masa berlakunya dan saat ini tidak memiliki kapasitas langsung untuk beroperasi. Namun, mereka mengatakan bahwa jika ada permintaan perpanjangan, inspeksi dan evaluasi akan dilakukan dengan keselamatan publik sebagai prioritas utama.
Komisi Keselamatan Nuklir mengatakan dapat menolak permohonan perpanjangan jika ditemukan adanya masalah keselamatan.
Pemaparan dan debat di televisi
Komisi Pemilihan Umum Pusat menjadwalkan lima pemaparan atau debat di televisi pada 7, 9, 11, 13, dan 15 Agustus, sebelum pemungutan suara.
Pembicara yang mendukung pengaktifan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan dijadwalkan antara lain Ketua Pegatron Tung Tzu-hsien (童子賢), Ketua TPP Huang Kuo-chang (黃國昌), profesor Universitas Nasional Tsing Hua Yeh Tsung-kuang (葉宗洸), dan Legislator KMT Weng Hsiao-ling (翁曉玲).
Pembicara yang menentang pengaktifan kembali pembangkit akan mencakup Wakil Direktur Eksekutif Kantor Energi dan Pengurangan Karbon Lin Tze-luen (林子倫), Ketua Taipower Tseng Wen-sheng (曾文生), ko-konvener Green Party Taiwan Kan Chung-wei (甘崇緯), dan Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) Chuang Jui-hsiung (莊瑞雄).
Ambang batas referendum
Berdasarkan Undang-Undang Referendum Taiwan, usulan untuk mengaktifkan kembali pembangkit akan lolos jika suara "setuju" melebihi suara "tidak setuju" dan mencapai setidaknya seperempat dari seluruh pemilih yang memenuhi syarat.
Jika usulan tersebut ditolak, pertanyaan yang sama tidak dapat diajukan lagi selama dua tahun.
Dua referendum terkait nuklir telah diadakan sebelumnya: usulan "Menggunakan nuklir untuk mendukung energi hijau" pada 2018 yang lolos, dan usulan "Mengaktifkan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Lungmen" pada 2021 yang gagal.
Sejarah tenaga nuklir di Taiwan
Taiwan telah memproduksi listrik dari tiga lokasi sejak negara ini mulai membangun pembangkit nuklir pada tahun 1970-an.
Lokasi operasional tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chinshan, yang terletak di Distrik Shimen, New Taipei; Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kuosheng, yang terletak di Distrik Wanli, New Taipei; dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan, yang terletak di Kecamatan Hengchun, Kabupaten Pingtung.
Pada tahun 1985, setelah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan mulai beroperasi, tenaga nuklir menyumbang 52,4 persen dari pembangkit listrik di pulau tersebut.
Seiring waktu, proporsi ini menurun seiring meningkatnya sentimen anti-nuklir dan kebijakan energi beralih ke gas alam, hingga akhirnya turun menjadi 4,7 persen pada tahun 2024.
Salah satu faktornya adalah bencana nuklir Chernobyl tahun 1986 di Uni Soviet, yang memicu gelombang protes anti-nuklir di Taiwan.
Undang-Undang Dasar Lingkungan Hidup, yang disahkan pada tahun 2002 di bawah pemerintahan Presiden Chen Shui-bian (陳水扁) dari DPP, menetapkan tujuan untuk mewujudkan "tanah air bebas nuklir."
Setelah bencana nuklir Fukushima tahun 2011 di Jepang, Yuan Eksekutif mengumumkan pada tahun 2014, setelah protes besar-besaran oleh aktivis lingkungan, bahwa pembangunan pembangkit keempat -- Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Lungmen, yang terletak di Distrik Gongliao -- akan dihentikan.
Pemberhentian operasi pembangkit nuklir
Dalam beberapa tahun terakhir, ketiga pembangkit nuklir operasional di Taiwan telah berhenti beroperasi.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chinshan berhenti beroperasi pada 2019, diikuti oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kuosheng pada 2022, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Maanshan pada 2025.
Saat ini, tidak ada energi di Taiwan yang dihasilkan secara domestik menggunakan tenaga nuklir.
Selesai/ML