Taipei, 15 Agu. (CNA)Presiden Lai Ching-te (賴清德) menyerukan kepada negara-negara demokratis untuk berdiri bersama melawan ekspansi otoriter serta menjaga kebebasan dan perdamaian, seiring ia memperingati peringatan ke-80 berakhirnya Perang Dunia II di Pasifik melalui sebuah unggahan di media sosial.
Dalam unggahannya pada Jumat (14/8), Lai menggambarkan Perang Dunia II sebagai bencana dalam sejarah manusia yang disebabkan beberapa diktator dengan "Ambisi hegemoni, ideologi ekstrem, dan ekspansionisme militer."
"Tidak ada rezim yang berhak menyerang tanah orang lain atau merampas kebebasan dan kebahagiaan rakyat di sana," kata Lai, menambahkan bahwa negara-negara yang menghargai kebebasan dan perdamaian harus bersatu dengan tekad dan kekuatan untuk menggagalkan setiap upaya agresi.
Menurut Lai, negara-negara sekutu mengakhiri perang 80 tahun lalu dengan berjuang bersama, yang menunjukkan bahwa "Persatuan membawa kemenangan, sementara agresi membawa kekalahan."
Kebebasan dan demokrasi, ujarnya, diperoleh melalui pengorbanan tak terhitung banyaknya orang, dan ia berpendapat bahwa hanya melalui kerja sama antar-demokrasi nilai-nilai tersebut dapat bertahan.
"Ketika otoritarianisme kembali menguat dan meluas… kita harus berdiri teguh dan bersatu agar agresi tidak menang dan kebebasan serta demokrasi dapat bertahan," kata Lai.
Lai juga mencatat bahwa pekan lalu, perwakilan Taiwan untuk Jepang, Lee Yi-yang (李逸洋), diundang ke upacara di Hiroshima dan Nagasaki yang memperingati korban bom atom oleh Amerika Serikat pada Agustus 1945.
Lee, yang menghadiri acara tersebut untuk pertama kali, bergabung dengan perwakilan dari seluruh dunia untuk berkabung atas korban dan berdoa demi perdamaian, kata Lai.
Pemboman tersebut tetap menjadi satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata, yang menyebabkan Jepang, sebagai negara Poros, menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus dan menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Lai mengatakan bahwa pemandangan orang-orang dari mantan kekuatan Sekutu dan Poros duduk berdampingan delapan dekade kemudian sebagai sekutu demokratis menunjukkan persahabatan, rasa hormat, dan solidaritas yang dimiliki oleh negara-negara demokratis.
Meskipun pemerintah Republik Tiongkok (Taiwan) mengirim perwakilan ke acara Jepang tahun ini, pada 1945, Taiwan masih berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang. Pemerintah ROC baru mengambil alih kendali atas Taiwan setelah Jepang menyerah.
(Oleh Teng Pei-ju dan Jason Cahyadi)
Selesai/IF