Honolulu, 2 Des. (CNA) Tiongkok adalah tantangan terbesar yang dihadapi Taiwan, kata Presiden Lai Ching-te (賴清德) dalam pidatonya di sebuah lembaga pemikir yang berafiliasi dengan pemerintah AS di Hawaii hari Minggu (1/12), dan ia berjanji untuk memperkuat kapasitas pertahanan Taiwan dan melindungi 23 juta penduduknya.
Pada hari kedua kunjungannya di negara bagian pulau AS tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke sekutu-sekutu diplomatik Taiwan di Pasifik Selatan, Lai memberikan pidato tertutup berdurasi delapan menit dalam bahasa Inggris di East-West Center, diikuti sesi tanya jawab.
Juru bicara Kantor Kepresidenan Karen Kuo (郭雅慧), dalam keterangan kepada wartawan tentang pidato Lai, mengatakan bahwa presiden berjanji untuk terus menerapkan "Rencana Aksi Empat Pilar Perdamaian" untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Rencana ini mencakup penguatan pertahanan negara, keamanan ekonomi, kemitraan dengan negara demokrasi, serta kepemimpinan lintas selat yang stabil dan berprinsip.
Taiwan juga akan terus meningkatkan kemampuan pertahanannya sendiri dan mengadopsi pendekatan berbasis masyarakat semesta untuk isu ini, dengan merujuk pada Komite Ketahanan Pertahanan Rakyat Semesta yang dijalankan Kantor Kepresidenan, kata Kuo mengutip pernyataan Lai.
Kuo menambahkan bahwa Lai menekankan kemitraan Taiwan-Amerika Serikat, dengan menyoroti perannya dalam memperkuat kemampuan pertahanan Taiwan dan posisinya dalam rantai pasokan global, khususnya di sektor semikonduktor dan teknologi tinggi.
Kemitraan tersebut menunjukkan bahwa Taiwan adalah mitra strategis yang dapat dipercaya oleh negara-negara yang sehaluan, kata Kuo mengutip pernyataan Lai.
Presiden juga mencatat bahwa Taiwan terus mempromosikan perdamaian dan keamanan di Selat Taiwan dan kawasan Indo-Pasifik dengan membantu sekutu-sekutu regionalnya dalam berbagai bidang, mulai dari kesehatan masyarakat, perikanan, pertanian, hingga perubahan iklim, untuk memenuhi janji-janji dan memperkuat hubungan dengan sekutu di Pasifik.
Lai menyatakan harapannya untuk mendorong keberlanjutan yang cerdas, memperkuat ketahanan demokrasi, dan membangun hubungan diplomatik yang abadi pada perjalanannya ke tiga sekutu Taiwan, kata juru bicara tersebut.
Setelah pidatonya, Lai ditanya tentang kondisi Taiwan dalam empat atau delapan tahun ke depan. Kuo mengatakan bahwa Presiden menjawab dengan menyatakan bahwa tantangan terbesar negara tersebut adalah Tiongkok.
Lai mengatakan bahwa sebagai Presiden Taiwan, ia memiliki tiga misi utama untuk pengembangan masa depan negara secara keseluruhan, menurut Kuo.
Misi tersebut mencakup melanjutkan pembangunan berkelanjutan di Taiwan, memperkuat kemampuan pertahanan dengan mengembangkan kemampuan pertahanan mandiri dan/atau membeli senjata dari mitra demokratis yang sehaluan, serta memerhatikan kesejahteraan seluruh warga Taiwan, terutama kelompok rentan.
Lai menyatakan bahwa sebuah negara yang hebat harus mampu menjaga setiap individu dengan baik. Ia juga berharap Taiwan dapat meningkatkan posisinya di dunia dan berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, kata Kuo.
Sebelum pidato Lai, Suzanne Puanani Vares-Lum, Presiden East-West Center, mencatat bahwa lembaganya menerima kunjungan pendahulu Lai, Tsai Ing-wen (蔡英文) pada tahun 2017 dan 2019.
"Presiden Tsai pernah berkunjung sebelumnya. Jadi, dalam tradisi membawa orang bersama untuk membahas isu-isu penting terkait kemitraan ekonomi, perdagangan, budaya, dan pendidikan, saya sangat menantikan pidato dan diskusinya," ujar Vares-Lum.
Lai menghabiskan dua malam di Hawaii sebelum melanjutkan perjalanan ke Kepulauan Marshall dan Tuvalu, dua sekutu diplomatik Taiwan di Pasifik Selatan.
Dalam perjalanan pulangnya, Presiden akan singgah sehari di Guam sebelum menuju Palau, sekutu lainnya, pada 5 Desember. Ia akan kembali ke Taiwan pada 6 Desember.
Perjalanan tujuh hari ke Pasifik Selatan ini adalah kunjungan resmi pertama Lai ke luar negeri sejak menjabat pada Mei.
Selesai/JC