Oleh Hung Su-chin dan Jason Cahyadi, reporter dan penulis staf CNA
Sutradara Liu Soung (劉嵩) menghabiskan tiga tahun untuk meluncurkan "Inspirations from the Southeast" (南國啟示錄) musim dua. Ia tidak ingin program dokumenter ini hanya menjadi tayangan wisata biasa, sehingga ia membawa lensanya menelusuri Asia Tenggara dengan harapan penonton Taiwan dapat keluar dari sudut pandang sempit dan melihat informasi secara langsung.
"Inspirations from the Southeast" pernah memenangkan Penghargaan Program Dokumenter Humaniora pada Golden Bell Awards ke-58. Kini, di musim keduanya, Liu dan timnya mengunjungi Siem Reap di Kamboja, Vigan di Filipina, dan Yogyakarta di Indonesia, menampilkan sejarah, budaya, serta adat istiadat di sana.
Dalam wawancara dengan CNA, Liu, seorang sutradara Taiwan, menyebutkan bahwa ia lulus dari sebuah sekolah film di London, Inggris, dan telah mempelajari berbagai teknik serta keahlian pembuatan film. Ia juga pernah bekerja di tim film National Geographic di Amerika Serikat.
"Di sana saya bertemu banyak sutradara, produser, serta editor. Dua tahun itu benar-benar mengubah cara pandang saya tentang film, dokumenter, dan standar profesional di industri ini," ujarnya.
Liu menilai bahwa berada di New York, sebuah kota dengan beragam budaya, memberikan dampak besar baginya dan membentuk pandangannya agar lebih luas dalam melihat sejarah dan kemanusiaan dunia.
Namun, meniti karier di perusahaan besar tidak mudah. Ditambah rasa rindu pada kampung halamannya di Taiwan, akhirnya ia memutuskan untuk kembali.
"Waktu itu bos saya ingin saya tetap tinggal, bahkan sempat bercanda menyuruh saya 'pura-pura menikah dengan sekretaris'. Sebenarnya saya bisa tetap di New York, namun saya ingin pulang ke Taiwan," ujarnya sembari tertawa.
Liu mengenang, "Di sana saya bertemu beberapa pembuat dokumenter dan saya menyadari bahwa dokumenter itu sangat memikat." Keinginannya untuk mengembangkan kemampuan dan kegemarannya itu membuatnya memutuskan kembali ke Taiwan.
"Meskipun lingkungan film di luar negeri bagus, hidup saya bukan hanya soal pekerjaan. Di Taiwan saya punya teman, keluarga, dan ikatan kampung halaman," ungkap pria kelahiran 1958 itu.
Karya Liu meliputi berbagai bidang, dengan fokus panjang pada eksplorasi budaya, sejarah, dan isu sosial Taiwan, serta tidak hanya memberikan dampak besar bagi dunia dokumenter, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian dan pewarisan budaya Taiwan.
Kali ini, saat mengunjungi tiga kota di Asia Tenggara, ia tetap terlibat langsung. Sebagai mantan fotografer, ia mengungkapkan bahwa semua potret manusia di pembuka program diambil sendiri olehnya.
"Saya punya tim yang hebat, tapi seorang sutradara tidak hanya duduk di belakang layar. Saya pasti membawa kamera sendiri untuk menangkap momen," ujarnya.
Mengenai motivasinya ke Asia Tenggara, Liu mengakui bahwa selain ada dukungan Taiwan Broadcasting System, juga terdapat kebijakan pemerintah yang mendorong interaksi dengan Asia Tenggara untuk membuat masyarakat Taiwan lebih memahami sejarah dan budaya negara-negara tersebut, sekaligus belajar dari keunggulan mereka.
Liu menekankan bahwa banyak orang Taiwan sering memiliki pola pikir: "Kami hanya berbisnis dengan mereka, menganggap mereka lebih miskin dan tertinggal, sehingga melihat mereka dengan pandangan sempit." Ia menilai hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman terhadap Asia Tenggara.
Oleh karena itu, kata Liu, timnya pun mengundang beberapa konsultan profesional untuk membawa mereka lebih dalam ke masyarakat lokal Asia Tenggara dan memahami budaya melalui peninggalan sejarah mereka.
"Inspirations from the Southeast" berharap bisa menjadi cermin bagi penonton Taiwan, agar bisa memahami dan menghargai kebijaksanaan serta keberagaman budaya masyarakat Asia Tenggara, melihat kawasan ini dari perspektif baru.
Serial dokumenter ini ditayangkan setiap Selasa pukul 10 malam pada 9-23 September di saluran Public Television Service (PTS) dan platform PTS Plus, serta setiap Rabu pukul 10 malam pada 10-24 September di Chinese Television System (CTS).
Selesai/ML