FEATURE /Budaya mesin capit di Taiwan, dari permainan kompetitif hingga jadi hiburan keluarga

26/05/2025 20:36(Diperbaharui 28/05/2025 17:58)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber foto: Dokumentasi CNA)
(Sumber foto: Dokumentasi CNA)

Oleh Muhammad Irfan, penulis staf CNA

Masukan koin NT$10 (Rp5.422) ke loket kecil pada mesin kubus yang berisi beragam macam hadiah, lalu cerdik menekan tombol sambil gesit menggerakkan kursor yang terhubung pada mesin berbentuk capit di dalam kubus. Jika piawai dan beruntung, capital tadi akan meraup hadiah yang kita targetkan! Hadiah yang harganya lumayan, bisa kita dapatkan hanya dengan satu koin silver tersebut.

Demikian pemandangan yang sering ditemukan di Taiwan. Hampir di setiap sudut kota, terutamanya di kota besar, mesin capit dengan berbagai macam hadiah sudah menjadi bagian dari budaya orang Taiwan. Di pasar malam, di blok lingkungan perumahan, hingga kawasan komersial khusus, mesin yang biasa tampil dengan riasan warna-warna ini mudah ditemui di mana saja. Hadiah yang ditawarkan pun beragam mulai dari pernak pernik, mainan, boneka, penganan, hingga kebutuhan sehari-hari.

Meningkat drastis sejak 2018

Arsip CNA di tahun yang sama menyebut mesin capit dianggap oleh sebagian pengusaha sebagai cara mudah untuk mendapatkan uang tambahan dengan cepat. Dalam laporan tersebut, seorang pengusaha yang diwawancarai CNA, model bisnisnya sederhana dan pemilik toko mesin capit arcade dapat balik modal dalam waktu satu tahun dan mulai menghasilkan pendapatan hingga NT$150.000 setiap bulan setelahnya.

Belum ada informasi pasti kapan mesin capit diperkenalkan di Taiwan. Namun menurut pelaporan Kementerian Keuangan yang dilaporkan oleh media lokal, pada 2018, jumlah mesin capit di Taiwan meledak dari yang semula hanya 920 mesin di tahun 2016, meningkat hingga 3353 di tahun 2018.

Modalnya di tahun tersebut berkisar antara NT$1 juta untuk 26 sampai 30 mesin capit, biaya sewa tempat, dan pemasangan kamera keamanan. Biasanya, pemilik bisa menyewakan kembali mesin tersebut kepada pihak lain dengan biaya sekitar NT$ 5000 per bulan, biasanya untuk mereka yang mencari pendapatan sampingan, lapor CNA.

Kala itu banyak pemain adalah anak sekolah. Dengan hadiah yang didominasi oleh boneka dan mainan. Saking populernya, sejumlah politisi bahkan turut ambil komentar pada fenomena mesin capit ini. Masih dalam laporan CNA, di tahun 2018, Apollo Chen (陳學聖), anggota parlemen KMT, mengatakan perlu ada penyelidikan apakah hadiah di mesin capit sesuai dengan umur anak. Selain itu, Chang Hung-lu (張宏陸) dari DPP meminta mesin capit tidak berada dekat sekolah atau mudah diakses anak-anak.

Tren mesin capit saat itu pun diprediksi hanya akan bertahan enam bulan saja.

Dampak negatif dan penutupan di era-COVID 19

Namun, prediksi itu tak sepenuhnya benar. Soalnya tren mesin capit ternyata bertahan sampai hari ini. Bahkan, tren tersebut sempat menimbulkan kekhawatiran pada psikologis pemain khawatir akan menimbulkan adiksi (kecanduan).

Saat COVID 19 melanda, pembatasan aktivitas di ruang terbuka membuat banyak pengusaha mesin capit di Taiwan memilih untuk menutup usaha mereka secara permanen. Namun di akhir 2021, mesin capit kembali berusaha bangkit dengan laporan pemerintah menyebut adanya peningkatan sebesar 15,6 persen, yang didominasi dengan mesin-mesin baru di kota-kota kecil.

Jadi permainan keluarga

Telah lebih dari lima tahun menjadi fenomena dan stereotip budaya populer di Taiwan, usaha mesin capit kita terus berinovasi dengan menawarkan hadiah yang lebih beragam dan memperluas cakupan pemainnya dari yang semula hanya di kalangan anak sekolah menjadi permainan keluarga. Di tahun 2024, majalah Commonwealth melaporkan ada sekitar 400 arena mesin capit skala besar di seluruh Taiwan, dengan masing-masing arena setidaknya berukuran di atas 100 ping (sekitar 330 meter persegi).

Pada wawancara yang dilansir dari majalah tersebut, Allen Kao, pendiri merek mesin capit terbesar di Taiwan, dcoolcatchme mengatakan, pengusaha saat ini lebih adaptif dengan kebutuhan konsumen. Hadiah yang semula sangat terbatas kini diperluas ke kebutuhan sehari-hari seperti tisu toilet hingga barang-barang simbolis yang bisa ditukar dengan produk asli seperti daging sapi, telur, atau bahan makanan segar lainnya.

“Kami ingin membuat berbelanja lebih menarik. Kami berharap pelanggan datang kepada kami untuk berbelanja,” kata Kao, dalam wawancara tersebut. Jaringan milik Kao, yang dimiliki oleh Shunyong International Co. Ltd. yang berpusat di Taichung, mengoperasikan 38 gerai di seluruh Taiwan.

Kao menyebut, pendekatan baru mempertahankan animo publik pada mesin capit karena dengan peluang menang yang lebih mudah dan hadiah yang menarik, memberi pemain rasa pencapaian yang tinggi, dan menciptakan suasana yang menyenangkan dan menghibur.

Majalah Commonwealth juga menulis, merek mesin capit pertama yang beralih ke mesin makanan ringan adalah Tigerbee dari Tainan. Karena perusahaan di baliknya berasal dari industri makanan, mereka bereksperimen dengan makanan ringan sebagai hadiah mesin capit pada tahun 2021, yang memicu tren sampai saat ini.

Dulu, kata Kao, pemain lebih kompetitif dan tak jarang kegagalan membuat frustasi. Kini dengan peluang keberhasilan yang tinggi, arena permainan telah menjadi tempat yang menghibur dan menyenangkan bagi seluruh keluarga. “Ketika seorang ayah berhasil meraih suatu benda dan anak di sebelahnya bertepuk tangan dengan gembira, ia telah menjadi pahlawan di mata putranya. Perasaan seperti itu sangat menarik bagi banyak orang,” jelas Kao.

Tahu kapan berhenti

Dessy Wu, salah seorang pembuat konten mesin capit dari Indonesia yang sudah tinggal lama di Taiwan mengatakan, yang paling menarik dari permainan ini adalah rasa “greget” ketika mengincar barang yang hendak diambil. 

Dalam wawancara bersama CNA, Dessy yang sudah 10 tahun fokus pada konten mesin capit di kanal YouTube-nya dengan subscriber mencapai 600 ribuan ini menyebut, keseruan ini yang bikin main mesin capit tidak pernah membosankan. Namun ia juga berpesan, untuk fokus pada nilai hiburannya, bukan kompetisinya.

“Seru-seruan aja. Atau tunggu pay-out. Setiap mesin ada batas koinnya, tinggal dilihat satu-satu. Kalau sudah pay-out, tanpa perlu masukkan koin kita bisa main terus sampai dapat,” kata Dessy yang mengaku penontonnya didominasi oleh orang-orang Indonesia yang ada di Indonesia.

Dessy mengiyakan kalau mesin capit ini sudah menjadi salah satu budaya di Taiwan. Ia pun mengajak, teman-teman Indonesia yang hendak berwisata di Taiwan untuk mencoba keseruan permainan ini.

Selesai/ML

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.