Taipei, 24 Okt. (CNA) Tim pembuat roti Taiwan berhasil meraih peringkat kelima dalam ajang Mondial du Pain (Kejuaraan Dunia Roti) ke-10 yang digelar di Nantes, Prancis.
Dalam wawancara dengan CNA, Wang Peng-jie (王鵬傑), yang memimpin tim, mengatakan tren kompetisi roti kini berubah, di mana standar tiap negara meningkat, dan pembuat roti Taiwan perlu memiliki pemikiran yang lebih beragam dan inovatif untuk menciptakan karya yang unik.
Wang mengatakan bahwa tingkat kesulitan lomba kali ini sangat tinggi. Jumlah peserta merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah, dan sistem penilaian juga telah berubah, dengan tim-tim kuat seperti Taiwan, Jepang, dan Spanyol masih beradaptasi dengan perubahan tersebut, ujarnya.
Wang mencontohkan, kategori roti artistik kini harus sepenuhnya dibuat langsung di lokasi. Untuk kategori roti lapis, semua bahan wajib dimasak di tempat.
"Artinya, kompetisi ini bukan hanya tentang membuat roti, tetapi juga kemampuan memasak," katanya. "Banyak tim bahkan bekerja sama dengan restoran untuk merancang hidangan mereka. Ini menunjukkan kami masih punya ruang untuk belajar dan berkembang."
Wang mengamati bahwa kompetisi kini mulai berubah arah, di mana pembuat roti modern juga perlu memahami dunia kue kering dan kuliner.
Seiring dengan tema tahun ini "Perayaan 20 Tahun Kejuaraan Dunia Roti", Tim Taiwan, yang turut diisi pembuat roti Chang Shih-pin (張世彬) dan asisten Lin I-hsiang (林奕翔), berhasil meraih posisi kelima secara keseluruhan dengan menampilkan karya yang diberi nama "The Baker".
Wang menjelaskan bahwa status pembuat roti kini berbeda dibandingkan masa lalu. Dahulu, ujarnya, mungkin orang memilih pekerjaan ini karena tidak tahu ingin melakukan apa, tetapi kini ini menjadi profesi bergengsi yang menuntut semangat dan dedikasi tinggi.
Taiwan sebelumnya pernah meraih juara pertama dan kedua, sementara Jepang juga sering menempati posisi atas. Menurut Wang, karya dari Asia telah lama memengaruhi standar kompetisi.
"Namun tahun ini terlihat Eropa mulai bangkit kembali," katanya, menilai bahwa negara-negara Eropa kini menyerap keunggulan Asia dan mengembangkannya menjadi gaya mereka sendiri, kata dia.
Wang juga mengatakan bahwa saat mengamati karya tim lain, ia melihat peningkatan signifikan dalam kualitas teknis dan artistik.
Peserta dari berbagai negara kini mempelajari gaya Taiwan, Jepang, Prancis, dan Belanda, serta berkembang dengan cepat, yang berarti pembuat roti Asia, termasuk Taiwan, harus terus berinovasi agar tetap unggul, kata Wang.
Hasil akhir kompetisi menempatkan Belanda di posisi pertama, diikuti Tiongkok, Prancis, Malaysia, Taiwan, dan Spanyol, dengan upacara penghargaan digelar pada Rabu (22/10).
(Oleh Chen Chieh-ling dan Agoeng Sunarto)
Selesai/JC