Warga Guangfu berbagi kisah perjuangan bangun kembali kehidupan setelah banjir mematikan

07/10/2025 17:05(Diperbaharui 07/10/2025 17:05)

Untuk mengaktivasi layanantext-to-speech, mohon setujui kebijakan privasi di bawah ini terlebih dahulu

(Sumber Foto : CNA, 6 Oktober 2025)
(Sumber Foto : CNA, 6 Oktober 2025)

Taipei, 7 Okt. (CNA) Warga Desa Guangfu di Kabupaten Hualien, Taiwan timur, berbicara pada Senin (6/10) tentang kerugian besar dan ketidakpastian yang mereka alami setelah banjir mematikan yang dipicu oleh Taifun Ragasa.

Ketika taifun menyebabkan meluapnya danau penghalang Sungai Matai'an pada 23 September, arus air dan lumpur menyapu Guangfu, menewaskan 18 orang dan membanjiri rumah serta bisnis dengan puing-puing.

Dalam wawancara dengan CNA, seorang pemilik rumah makan bermarga Chiu (邱) mengatakan banjir tersebut menghanyutkan semua peralatannya, menghancurkan toko yang telah ia bangun melalui kerja keras selama bertahun-tahun.

Setelah tinggal di Guangfu selama lebih dari 20 tahun, Chiu mengatakan rumahnya di dekat Jalan Fozu -- salah satu daerah yang paling parah terdampak -- telah dibersihkan tetapi kini kosong, karena semua perabotannya hilang.

Ia menambahkan bahwa di kota kecil seperti Guangfu, di mana semangkuk mi biasanya dijual sekitar NT$70 (Rp38 ribu), akan sulit untuk mengumpulkan dana guna membangun kembali usahanya.

"Banyak yang menghibur saya dengan mengatakan 'masih hidup saja sudah cukup beruntung,' tapi benarkah begitu?" ujarnya.

Seorang pemilik toko kertas sembahyang dan peralatan makan sekali pakai, bermarga Huang (黃), membagikan kisah serupa. Ia menjalankan usahanya selama 30 tahun sebelum dihancurkan banjir dalam semalam, menyebabkan kerugian beberapa juta dolar Taiwan.

Kini di usia lima puluhan, ia mengatakan merasa "kewalahan" memikirkan untuk membangun kembali dan tidak yakin apakah akan pensiun atau memulai lagi, seraya menambahkan bahwa ia berencana untuk beristirahat dan berharap ada kompensasi pemerintah yang lebih banyak.

"Saat ini, kami hanya ingin pintu kami bisa tertutup dengan baik," katanya.

Banjir bandang dan kematian banyak warga lanjut usia mendorong Liu San-mei (劉三妹) yang berusia 72 tahun untuk meninggalkan Guangfu, dengan mengatakan bahwa bencana tersebut membuatnya "Terlalu takut untuk tinggal."

Sementara itu, Su Hsiu-lien (蘇秀蓮), yang mengelola pertanian organik di Guangfu, mengatakan ia berniat membangun kembali lahannya daripada menyerah.

Ia mengatakan meskipun pemerintah belum memberikan panduan jelas apakah kecamatan tersebut akan dibangun kembali atau direlokasi, sebagian besar warga setempat lebih memilih untuk membangun kembali.

Pada hari Senin, pemerintah pusat mengumumkan akan memberikan NT$350.000 per rumah tangga yang terdampak kerusakan properti, termasuk subsidi perbaikan rumah sebesar NT$200.000, santunan duka NT$100.000, dan NT$50.000 untuk upaya pembersihan.

(Oleh Li Hsien-feng, Huang Yu-ching, Hsiao Hsu-chen, dan Muhammad Irfan) 

>Versi Bahasa Inggris

Selesai/ja

How mattresses could solve hunger
0:00
/
0:00
Kami menghargai privasi Anda.
Fokus Taiwan (CNA) menggunakan teknologi pelacakan untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih baik, namun juga menghormati privasi pembaca. Klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebijakan privasi Fokus Taiwan. Jika Anda menutup tautan ini, berarti Anda setuju dengan kebijakan ini.
Diterjemahkan oleh AI, disunting oleh editor Indonesia profesional.