Taipei, 22 Mei (CNA) Seorang kapten asal Taiwan yang baru-baru ini ditangkap otoritas Filipina bersama empat anak buah kapal (ABK) migran Indonesia di kapalnya hari Kamis (22/5) menyatakan kekecewaannya atas apa yang ia sebut sebagai penanganan buruk insiden tersebut oleh Direktorat Jenderal Perikanan (FA).
Chen Tsung-tun (陳宗頓), seorang nelayan yang berbasis di Xiaoliuqiu dan kembali ke Taiwan pada Rabu, mengatakan kepada wartawan bahwa FA gagal segera memberi tahu Direktorat Jendera Penjaga Pantai (CGA) setelah insiden terjadi pada Senin dini hari.
Sebaliknya, staf FA menelepon ibunya dan menanyakan apakah ia telah menghubungi rumah. Setelah mengetahui bahwa ia belum menghubungi, mereka dilaporkan mengatakan kepadanya, "Tidak usah khawatir," kata Chen.
"Mereka memang menelepon kami beberapa kali," kata putri Chen. "Tetapi mereka tidak memberitahu kami apa yang terjadi sampai kami bertanya langsung kepada mereka."
Insiden itu terjadi tak lama setelah tengah malam hari Minggu, ketika Sheng Yu Feng (昇漁豐號) beroperasi di bagian selatan zona penangkapan ikan yang tumpang tindih antara Taiwan dan Filipina, tetapi di luar zona tambahan Filipina -- 12 hingga 24 mil laut dari pantainya, kata Chen.
Saat itu, sekelompok 12 pria bersenjata naik ke kapal tanpa peringatan dan menyeret Chen, serta empat ABK migran Indonesia yang sedang tidur di kabin, ke geladak "Seperti anjing," kenangnya.
Chen mengatakan krunya tidak melawan, karena tidak bisa berkomunikasi dengan pejabat tersebut. Namun, ia mengatakan otoritas Filipina "Bertindak seperti perompak Somalia" dan menyita tidak hanya hasil tangkapannya, tetapi juga barang-barang pribadi -- kerugian yang ia perkirakan mencapai NT$300.000 (Rp163,1 juta).
Menurut catatan FA, kapal tersebut dicegat 91 mil laut tenggara Eluanbi, ujung paling selatan Taiwan.
Namun, tindakan baru diambil setelah keluarga Chen menghubungi Legislator Hsu Fu-kuei (徐富癸), yang kemudian mendesak Kementerian Luar Negeri untuk turun tangan, katanya.
Pihak Filipina setuju untuk melepaskan kapal, awak, dan kapten pada Senin sore setelah CGA mengirim kapal untuk bernegosiasi, dengan Chen kembali ke Taiwan pada Rabu pagi.
Chen mengatakan ia pernah mengalami insiden serupa beberapa tahun lalu, tetapi CGA merespons lebih cepat saat itu. Ia mengkritik respons lambat FA kali ini dan menyalahkan mereka karena tidak segera memberi tahu CGA.
Sementara itu, keluarga Chen mengatakan tindakan pejabat Filipina melanggar Perjanjian 2015 tentang Fasilitasi Kerja Sama Penegakan Hukum dalam Urusan Perikanan, yang ditandatangani Taiwan dan Filipina.
Perjanjian tersebut menyerukan untuk menghindari penggunaan kekerasan atau kekuatan yang tidak perlu, dan memberi tahu pihak lain sebelum melakukan tindakan penegakan hukum. Protokol ini tidak diikuti, menurut keluarga.
Dalam sebuah pernyataan, FA mengatakan Pusat Pemantauan Perikanan-nya memang berusaha menghubungi Chen segera. Ketika tidak ada respons, FA menelepon keluarganya untuk menanyakan apakah mereka telah mendengar kabar darinya dan memberi tahu mereka bahwa ditjen tersebut juga telah meminta bantuan dari Kementerian Luar Negeri.
Selesai/